MENTOR

37 25 89
                                    

Sean Rex POV

Aku merebahkan tubuhku di sofa menatap langit-langit kamarku dengan santai. Aku bangun lebih pagi karena,rasa gugupku. Hari ini aku akan melakukan pelatihan dengan seorang Mentor. Aku tidak tahu siapa dia. Aku hanya berharap dia bukan orang yang suka mengurusi urusan orang lain.

Tok... Tok... Tok...

Itu pasti dia! Aku pun berdiri dari sofa dan berjalan untuk membuka pintu. Semoga dia bukan orang yang penuh rasa curiga.

Krek!

"Hai,Sean." Aku menatap laki-laki di depanku tak percaya. Aku pun memperhatikannya dari atas ke bawah. Dia terlihat lebih muda dariku. Apa bocah ini yang akan mengajariku?

"Menilai penampilan seseorang itu tidak sopan." Ucapnya memperingatkan. Aku tercekat saat bocah itu mengomentariku.

"Maaf... Bukan begitu maksudku." Ucapku karena merasa tak enak.

"Tak masalah,perkenalkan namaku Sammy Matthew. Kau bisa memanggilku Sam. Aku adalah mentormu." Aku meneguk salivaku mendengar namanya. Dia adalah anak yang dikatakan Rashlee! Padahal Rashlee mengatakan aku harus menjauhinya tapi kenapa dia yang malah menjadi mentorku!

"Aku adalah Sean Gale. Mohon bantuannya,mentor." Ucapku berusaha sesantai mungkin Dia mengangguk dan mengajakku untuk memasuki grimm carnya.

"Aku akan memberikan sedikit informasi. Dulu butuh waktu beberapa tahun pelatihan sebelum melakukan misi pertama tergantung pada kemampuan trainee. Tapi sekarang Master mempersingkat waktunya menjadi tiga bulan. Dia tidak memberikan waktu lebih untuk trainee yang tidak dapat mempergunakan waktu yang sangat singkat itu untuk belajar. Maka dari itu kuharap kau bisa mengerti dengan cepat." Ucap Sam membuka suara. Aku hanya mengangguk untuk menanggapinya. Setelah itu tidak ada pembicaraan di antara kami. Hingga akhirnya grimm car berhenti di depan sebuah gedung. Sam mengisyaratkan untuk memasuki gedung itu. Aku pun mengikutinya. Saat Sam membuka pintunya aku langsung dibuat terkesima dengan ruangan besar ini. Ada begitu banyak senjata dan alat kebugaran. Tapi tempat ini kosong.

"Kenapa tidak ada orang di sini?" Tanyaku sambil mengedarkan pandanganku.

"Setiap mentor memiliki gedung sendiri." Aku mengalihkan pandanganku ke arahnya saat dia menjawab.

"Jadi ini gedung milikmu?" Ucapku tak percaya.

"Gedung ini adalah milik beberapa generasi. Sebelum gedung ini menjadi milikku,aku adalah trainee dari mentor yang memiliki gedung ini. Begitu pula sebelumnya." Aku terkejut mendengar perkataannya. Jadi sebelumnya tempat ini adalah milik Rashlee?

"Kenapa kau bisa memilikinya? Seharusnya ini tetap miliknyakan?" Sahutku.

"Ya tapi dia telah pergi." Jawab Sam. Itu benar,tapi pasti ada orang lain yang lebih berhak atas gedung ini.

"Bagaimana dengan mentornya?" Tanyaku pada Sam. Ya,Rashlee tidak pernah mengatakan apapun soal mentornya.

"Dia juga sama. Oleh karena itu,gedung ini disebut Ghost Building oleh beberapa orang. Karena semua orang yang memiliki gedung ini telah pergi meninggalkannya." Jelas Sam dengan wajah sedikit murung. Jadi mentor Rashlee pergi meninggalkannya. Tapi dia tidak pernah mengatakan apapun soal hal itu. Iya benar,aku bahkan tidak tahu apa yang sudah kuketahui soal gadis itu. Sepertinya aku tidak mengenalnya dengan baik.

"Apa semua S-Assassin memiliki gedung sendiri?" Tanyaku pada Sam.

"Tidak,hanya orang-orang spesial saja. Seperti mentorku dan mentornya. Aku bisa menempati gedung ini bukan karena aku penerusnya. Tapi karena aku memang memiliki kemampuan itu." Perkataan Sam membuatku tertegun. Gadis itu pasti bekerja keras untuk bertahan hidup hingga dia mendapatkan tempat terbaik di sini.

"Sekarang pilih senjatamu. Aku akan mengajarimu menggunakannya." Aku menatapnya sekilas dan mengalihkan pandanganku dengan senjata-senjata yang mengkilap. Sial,benda-benda di sini sangat hebat. Apa ini semua milik gadis itu? Aku tak bisa membayangkan jika darah seseorang akan membasahi pisau dan beberapa alat lainnya. Aku kembali tersadar dari lamunanku dan memilih dengan cepat. Aku mengambil salah satu pisau combat yang cukup berat. Tentu saja ini bukan pilihanku. Rashlee selalu melakukan pembunuhan dengan benda ini. Jadi aku harus memilih senjata yang sama agar tidak ada kecurigaan jika Rashlee membantuku nanti.

"Pilihan yang bagus,mari kita lihat kemampuanmu." Aku mengangguk untuk menjawab perkataannya. Kulangkahkan kakiku untuk mengikutinya yang tiba-tiba berhenti di depan sebuah robot.

"Sekarang kau coba untuk menyerangnya seakan-akan dia adalah targetmu. Kau tidak perlu menusuknya,setidaknya kau bisa menangkapnya." Ucapan Sam membuatku bingung. Memangnya seberapa cepatnya robot itu?

Pip...Pip...Pip...

Aku mengernyitkan dahi saat melihat mata robot itu menyala. Keren! Baru saja aku merasa takjub tiba-tiba robot berlari dengan cepat. Tanpa pikir panjang aku langsung melangkahkan kakiku untuk mengejarnya. Tapi,dia sangat cepat. Terlalu cepat untuk manusia biasa sepertiku. Jika,terus seperti ini aku akan kelelahan. Sepintas aku melirik ke arah Sam yang tengah tersenyum miring. Sial,bocah itu meremehkanku! Aku kembali memfokuskan diri pada robot di depanku. Dia sudah mendekati sudut gedung. Sebentar lagi dia akan berbelok. Tanpa pikir panjang aku langsung berbelok untuk memotong jalannya. Saat aku melihat magnet yang menyatukan kaki atas dan betisnya aku pun mempunyai ide. Dengan penuh konsentrasi aku melemparkan pisauku ke magnet itu.

Bruk!

Robot itu langsung ambruk seketika karena kakinya terlepas. Aku langsung menjatuhkan tubuhku ke lantai dengan nafas terengah-engah.

"Butuh waktu lama kau melakukannya." Aku melirik Sam yang tersenyum senang. Dia sama gilanya dengan Rashlee.

"Mari kita lanjutkan lagi." Sambungnya dengan wajah yang kembali datar. Aku bahkan tidak sanggup untuk berdiri. Aku berusaha mengatur nafasku yang terengah-engah dan berusaha berdiri.

"Biarkan aku istirahat sebentar." Pintaku.

"Di medan tempur kau tidak akan bisa memikirkan itu. Cepat berdiri." Aku mengepalkan tanganku mendengar perkataannya. Bocah ingusan ini benar-benar membuat amarahku memuncak.

"Kau harus lari lebih cepat sekarang." Aku mendudukkan diri mendengar perkataannya. Dia mengeluarkan remote dari saku jasnya.

Ting!

Tiba-tiba lantai ditengah gedung ini terbuka perlahan. Aku mengernyitkan dahi memperhatikannya. Saat sebuah kandang muncul di tengah ruangan aku langsung membelalakkan mata.

GUK! GUK!

Seekor anjing berkepala tiga seperti kerberos muncul di depanku. Kenapa ada makhluk seperti ini di sini!

"Kau bercanda." Ucapku sambil tertawa tipis.

"Pikirkan cara untuk bertahan hidup." Balasnya sebelum membuka kandang itu.

Ting!

Sial! Aku langsung berlari sekuat tenaga tanpa melihat ke belakang. Aku mulai memanjat pajangan dinding untuk mencari tempat yang lebih tinggi. Saat aku berhasil berdiri di atas pajangan kulihat Sam menyeringai. Tiba-tiba benda yang kuinjak jatuh seketika. Aku pun langsung berlari menghindari para anjing itu. Sial,apa yang harus kulakukan sekarang! Saat aku bertatapan dengan Sam aku mendapat secercah harapan. Dengan sisa tenagaku aku berlari ke arahnya. Dia hanya mengernyitkan dahi melihatku berlari ke arahnya. Sedetik sebelum aku sampai di hadapannya tiba-tiba anjing itu menerjangku. Aku jatuh tersungkur hingga menabrak dinding. Tak sampai di situ anjing itu kembali menghampiriku. Dengan cepat aku berdiri untuk menghampiri Sam.

Srak!

"Ah!" Geramku saat cakarnya berhasil merobek punggungku. Aku tetap berusaha berlari menuju Sam dengan susah payah.

Grep!

Aku menjatuhkan tubuhku di pelukannya dengan pasrah.

"Latihan ini akan berguna jika ada yang melihat aksi pembunuhanmu. Anggap saja hewan tadi adalah segerombolan polisi gila dan beberapa orang yang mengejarmu." Jelasnya. Aku tidak mendengarkannya karena tiba-tiba penglihatanku buram.

##
Tbc?
-Life For Dance
.COLD.

DESIRE TO SAVE 1- THE CRUEL WORLD (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang