Indefiniment
tidak tebatas
.
.
.
Pagi hari di musim semi. Awal musim semi sebenarnya. Jadi masih ada sisa dari musim dingin yang mencekik. Eum, tapi itu tak menjadi alasan bagi pemuda manis bernama Kim Taehyung.
Hell, kenapa dia harus malas saat impiannya dulu tercapai. Dia sudah memiliki toko roti sendiri sekarang. Sudah enam bulan berlalu sejak dia resmi menyandang predikat sebagai pemilik toko roti DulceTae.
Ah, ternyata waktu tak terasa berlalu begitu saja.
Sungguh Taehyung tak menyangka waktu bisa begitu saja berlalu. Setelah melalui perjuangan panjang dan penuh kesakitan, akhirnya dia bisa membuka toko roti impiannya. Lupakan semua kekerasan yang pernah diterimanya. Lupakan semua luka di tubuhnya. Dan lupakan semua kenangan buruknya.
Taehyung selalu suka saat dia harus membalik kata 'close' menjadi 'open' di pintu masuk tokonya. Rasanya seperti Taehyung sedang membuka pintu bagi masa depannya yang lebih baik untuk dapat masuk ke dalam kehidupannya yang terbilang keras ini.
Setiap pagi, Taehyung akan membalikkan kata itu sambil tersenyum lebar. Seakan dia sudah sangat siap menyambut pagi hari yang akan membuat cerita baru di lembaran hidup usia 24 tahunnya.
Secara perlahan Taehyung mulai memahami tentang pemasaran untuk tokonya. Selama enam bulan terakhir dia sudah banyak belajar tentang bagaimana mempromosikan roti yang dijual di tokonya, tentang bagaimana dia harus mengemas tokonya dengan gaya yang lebih kekinian dan menyenangkan.
Hell, ini impian Taehyung sejak kecil. Impiannya yang sempat dihina oleh ayahnya bahkan diragukan oleh pria itu. Namun dorongan kuat dari sang ibu dan pemuda kelinci kesayangannya membuat Taehyung yakin akan jalan yang dia pilih.
Bertahun-tahun Taehyung harus merasakan sakit hati karena perlakuan ayahnya yang kasar baik dari tindakan maupun ucapan. Ah, entahlah. Mengingat pria itu sukses membuat emosi Taehyung naik turun.
Bisa dibilang dia sedikit trauma dengan ayahnya. Ah, sudahlah. Masa-masa kelam itu tak perlu diungkit lagi. Biarkan itu berlalu seiring dengan langkah Taehyung yang mulai meraih kebahagiaannya.
Ada ibunya, ada keluarganya, ada pemuda kelincinya -Jeon Jungkook- yang tanpa lelah mendorongnya untuk terus maju. Walau dengan cara yang menyebalkan karena Jungkook terus mengganggunya, tapi Taehyung tetap berterimakasih.
Drrrttt...drrrttt
Ponsel pintar Taehyung bergetar. Wajahnya terlihat berseri saat melihat si penelepon di pagi hari ini. Siapa lagi jika bukan Jeon Jungkook.
"Hai, ini aku" sapa Taehyung.
"Morning princess" Jungkook menyapa dengan suara dan nada yang begitu manis.
Taehyung tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya, "Aku prince, princess itu untuk perempuan" rajuknya.
Jungkook tertawa di sebelah sana, membuat Taehyung juga tanpa sadar tertawa. Ah, rindu sekali. Padahal baru sekitar empat bulan mereka tidak bertemu lagi karena Jungkook sudah mendapat pekerjaan baru.
Dan setelahnya mereka terjebak dalam obrolan manis yang cukup lama. Iya, cukup lama karena bahkan Taehyung sempat membersihkan tokonya dan menyiapkan roti yang sudah dia buat tadi pagi-pagi sekali.
Jeon Jungkook adalah sumber energi dan kebahagiaan Taehyung.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sambel Rujak
FanfictionKumpulan project PSKG. Campuran. Ada asem, manis, asin, ngalahin nano-nano