Aku menatap Kania dalam diam. Sungguh, aku tak tahu sahabatku ini tengah berduka. Dua hari tak masuk sekolah, lalu saat bertemu lagi dia mengatakan ibunya meninggal. Namun sungguh, aku salut padanya dia tidak nampak terpukul. Dia tidak nampak sedih, bukankah dia sangat tegar ?
"Bagaimana kronologinya ?" tanyaku kemudian sedikit takut. Rasanya sungguh tidak nyaman menanyakan peristiwa kecelakaan yang dialami ibunya. Tapi aku penasaran.
"Ibu sedang pergi ke toko kue untuk membeli roti seperti biasa. Lalu, entah bagaimana sebuah truk menabrak ibu yang hendak menyebrang. Dan ibu mati ditempat bersimbah darah bersama dengan adikku yang masih dalam kandungannya." Kania menerawang kosong kedepan.
Untung perpustakaan sepi dijam istirahat begini. Jadi kalaupun Kania menangis, tak akan jadi pusat perhatian. Aku mengelus bahunya simpati. Berharap gadis itu semakin kuat.
"Ayahku sangat terpukul. Dia menangisi ibu dan adikku." lanjutnya kemudian. Menunduk memainkan kedua ibu jarinya.
"Padahal ayah tahu, kalau itu bukan anak kandungnya." akunya lagi.
Aku terbelalak kaget. Maksudnya bagaimana ? Tapi aku tak berani bertanya. Karena jawabannya hanya satu,-
"Ibuku berselingkuh dengan seseorang dan dia hamil anak orang itu." aku menelan ludahku.
Tuhan. Kania anak yang baik, mengapa dia harus mendapat kenyataan pahit seperti itu ?
"Sabar Kania. Aku tahu kamu kuat " hiburku.
"Tapi aku bersyukur akan satu hal, Fara." dia menatapku dengan senyuman sendu. Aku menatapnya aneh meski kasihan.
"Supir truk yang menabrak ibuku tidak mengatakan apapun tentangku " dahiku mengernyit bingung.
"Dia tidak mengaku bahwa aku yang membayarnya."
_______
Ini pendek banget ngga sih ? Aku kok kaya kurang panjang yaa ?