Menatap raut wajah gwen yang memucat, shila sadar pasti ada yang tidak beres disini, mungkinkah gwen melihat sesuatu?
"Shil.. udah keliatan?"
"Belum.. ada apa gwen?"
"Sh-shil.. ada yang na---" gwen menelan ludahnya, tak sanggup meneruskan kalimatnya.
"Gw-gwen, gwen.."
Raut wajah gwen sekarang sudah semakin pucat, ia mematung beberapa saat, tangan kirinya meremas bahu shila hingga wanita cantik itu harus menahan sakitnya.
"Shil, ayo pergi shil.." ia menggoyang bahu shila beberapa kali.
Ia tau tempat itu tidak baik, mungkin shila memang belum melihat apapun, tapi ia telah melihatnya, pocong yang sedari tadi ada di ujung dekat batu nisan itu, juga sosok hitam besar yang duduk di dahan besar pohon itu, matanya merah dan menatap tajam, dan yang tak kalah seram adalah wanita yang berusaha menjangkau shila, mendekat dengan tangannya yang berkuku panjang.
Shila masih terus melakukan aksinya, tak menggubris kalimat gwen, karena dia benar-benar belum melihat hantu-hantu yang dimaksud oleh gwen.
"Sebentar gwen.."
Akhirnya ia memutuskan untuk ikut hanyut, dalam alunan lagu lengser wengi, menyanyikan baris-baris liriknya, sambil menajamkan pandangannya ke segala penjuru makam.
Wangi melati semerebak mengganggu konsentrasinya, tangannya bergetar, matanya nanar.
"Gwen, aku.." shila masih tak percaya dengan apa yang tengah ia perhatikan. "Aku melihatnya gwen"
Persis dibelakangnya, seorang wanita dengan baju putih panjang tengah melototinya, seolah tak senang dengan kehadirannya, tangannya yang panjang berusaha menyergap shila yang tengah menyisir.
Prank!! Suara kaca yang ia lemparkan begitu kerasnya.
"Aku, ayo, gwennn!!"
Ia lari terbirit-birit, ada suara auman besar yang terdengar oleh telinganya, sepertinya makhluk itu benar-benar marah, membuatnya lari tunggang langgang.
**
Hosh.. hosh.. hosh..
Suara nafas mereka saling beradu, shila memasuki mobilnya yang ia parkir di pinggir jalan raya besar, letak pemakaman itu memang jauh dari jalan raya besar, mereka harus berjalan beberapa meter dulu untuk bisa masuk ke gerbang utamanya.
"Shil, cepat nyalakan mobilnya shil.. kita pergi.." kata gwen panik.
"I-iya gwen."
Dengan cepat mobil di nyalakan, shila berusaha mengatur nafasnya, menyalakan AC mobil, dan memutar musik dari ponselnya untuk mengurangi kecemasan.
"Sekarang kamu udah lihat kan shil?" Lanjut gwen setelah nafasnya berhasil ia atur.
"I-iya. Perempuan itu serem.."
Shila bercerita bagaimana perempuan itu berusaha menyentuh tubuhnya, wajahnya yang rusak sebelah, dan matanya yang melotot, seolah akan memakan shila hidup-hidup. Sedangkan gwen, ia bercerita lebih banyak, tak hanya melihat gadis berbaju putih, ia juga mendapat sambutan tak enak dari penghuni pohon, dan makhluk lain yang ramai disana.
Pemandangan yang barusan itu tak begitu saja lenyap dipikirannya, shila harus meneguk beberapa kali air mineralnya agar merasa lebih tenang.
"Kita berhenti disini dulu.." shila memarkirkan mobilnya di sebuah halaman mini market.
Tumben jam segini ada minimarket buka?
Ia melirik ke arah jarum jam di pergelangan tangannya, pukul 12.30 tengah malam, sudahlah, mungkin memang ini adalah minimarket 24jam yang jarang ia temukan.
Ia masuk untuk membeli sesuatu, sepotong roti dengan selai strawberry, dan sebotol minuman dingin, sedangkan untuk gwen ia membawakan sebungkus kripik dan minuman dingin.
"Gwen, ini untukmu.." ia menyodorkan plastik belanja saat kembali ke mobil.
Shila kembali ke posisi duduknya, sedikit bersandar sembari membuka bungkusan rotinya, tak ada yang mencurigakan, jalanan lenggang, hampir tak ada orang, di minimarket pun hanya ada seorang kasir dan bapak tua yang memarkir.
"Kita IG story dulu yukk.. buat kenang-kenangan."
Shila membuka ponselnya, menekan tombol story pada instagramnya, mereka benar-benar berusaha memulihkan keadaan batinnya, menghibur diri dengan mengatakan pada banyak orang bahwa mereka usai mengerjakan tugas bersama, lalu mampir ke sebuah minimarket dan membeli camilan malam-malam.
Yah mati hapenya---kata shila. Beruntung mereka sempat memposting beberapa video singkat di ig story mereka sebelum ponsel itu kehabisan batre.
"Makasih ya gwen, udah nemenin aku. Sumpah gokil akhirnya aku gak penasaran lagi hahaa." Tawanya cekikikan.
"Iya, yaudah jangan dicoba lagi ya, untung ada aku dan-----"
"Ardio." Shila tersenyum tipis.
Gwen menyambut senyumnya, ia tau gwen ingin dipercaya bahwa apa yang dia katakan bukanlah kebohongan, shila juga tak bisa melihat ardio, tapi yang ia lihat adalah gwen, gwen yang baik dan tidak berbohong padanya, maka dengan itu ia menyimpulkan bahwa ardio juga memanglah ada.
"Yaudah, aku anter balik sekarng ya." Lanjut shila.
"Iya.. eh btw shil, kacanya pecah tadi kamu lempar."
"Ah tenang, masih ada kaca lagi kok di kamarku haha"
Mereka melaju, mengarungi gelapnya malam, dan suara angin seolah menjadi satu-satuny keramaian malam itu.
-----------------------__________--------------
Hai-hai, gimana baca mati tujuh? Ini tulisan pertama aku yang bergenre horror loh.. semoga kalian suka ya..
Jangan lupa like dan vomment nya.Share juga ke semua sosial media kalian! Ajak semua teman kalian merinding bareng!
Jangan lupa follow wattpad aku : @Fayy_Farra
Selamat membaca 🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
MATI TUJUH
Horror#21 in horror (mei & juni 2018) #2 in misteri (juni 2018) #3 in horror (agustus 2018) Shila Albartha, mahasiswi fakultas hukum yang sangat antusias ingin memiliki pengalaman melihat makhluk tak kasat mata, ternyata membuatnya nekat melakukan ritual...