"Brian!" Teriak Friska setelah memasuki kelasnya mencari Brian, tapi Brian tidak terlihat di kelasnya.
Friska berjalan keluar kelasnya untuk mencari Brian di perpustakaan. Friska mengelilingi ruangan perpustakaan tapi tetap tidak menemukan Brian.
"Ihh... Brian lo di mana sih?" ucapnya kesal, dan mengabil ponselnya di saku bajunya, dan mengetikkan beberapa pesan ke Brian.
Brian 👊
Lo di mana? 9:15am √ √
Gue nyariin lo 9:15am √ √Friska melihat bahwa pesannya telah di baca oleh Brian. Friska menunggu balasan dari Brian tapi sepertinya Brian tidak ingin membalas pesannya itu.
"Aarrghh... Kebiasaan deh" ucap Friska kemudian berlari keluar perpustakaan.
~~~
Friska berlari ke arah taman yang berada di belakang sekolahnya, taman yang sepi hanya terdengar suara beberapa kicauan burung yang hinggap di pohon pohon di taman itu.
Friska mengedarkan pandangannya mencari sosok yang sedari tadi ia cari. Friska melihat ada sepasang kaki yang menyilang di belakang salah satu pohon.
Friska melangkah ingin melihat siapa yang berada di balik pohon itu, siapa tau saja dia adalan Brian yang sedari tadi ia cari-cari.
Ternyata lelaki yang berada di belakang pohon itu adalah Brian. Friska berdiri di samping Brian yang tengah duduk bersandar di pohon sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya dan duduk di rumput dengan kaki yang bersilang di pergelangan kakinya.
Friska memperhatikan Brian dengan lekat, karna Brian yang menutup matanya sambil menggunakan earphon untuk mendengarkan musik dari handphone nya.
Friska duduk di samping kiri Brian, dan meletakkan air minum botol yang ia bawa dari tadi. Dan Friska masih terus saja memperhatikan wajah Brian yang terlihat damai.
"Di mata gue lo sempurna banget Brian" ucap Friska dalam hati dan masih memandangi Brian yang berada di sampingnya.
"Ihh... Apaan sih gue? Ngga jelas banget" ucapnya kembali dalam hati dan berhenti menatap wajah Brian.
"Brian" panggil Friska, tapi tidak di jawab oleh Brian.
"Briaan!" panggil Friska lagi, tapi tetap tidak di jawab oleh Brian.
Friska mendekatkan tangannya ke telinga kiri Brian untuk mencabut earphone nya. Belum sampai Friska menyentuh earphone Brian, pergelangan tangan Friska yang ingin mencabut earphone di telinga Brian tertahan oleh genggaman dari tangan Brian. Friska sedikit kaget karena perbuatan Brian yang spontan itu.
"Kenapa?" tanya Brian yang sudah melepaskan genggaman tangannya di pergelangan tangan Friska.
"Kok elo tau, kalo gue mau narik earphone lo" ucap Friska sambil memengangi pergelangan tangannya yang di genggam Brian tadi
"Lo tadi manggil gue" jawab Brian tapi pandangannya tetap ke depan.
"Lo dengar?"
"Iya, Hp gue mati"
"Ih... Trus kenapa lo ngga nyahut sih, kesal gue ama lo" ucap Friska dan memalingkan wajahnya dari Brian.
"Kenapa nyariin gue?" tanya Brian, kali ini dengan melihat Friska tapi dengan ekspresi yang dingin
"Ngga apaapa" jawab Friska tak ingin melihat Brian
Hening sejenak, hanya angin yang lewat membuat suara gesekan-gesekan daun yang tertiup angin serta kicauan-kicauan burung yang berada di pohon. tidak ada kata-kata yang keluar dari Friska ataupun Brian, Brian kembali menutup matanya. Tidak suka dengan keadaan seperti sekarang ini Friska, mulai membuka suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRIAN
Teen Fiction"kata orang perbedaan menyatukan seseorang. tapi kenapa perbedaan yang kita miliki tidak?" -AMELIA FRISCA K "Kita di pisahkan oleh benteng yang sangat kokoh, aku berada di sisi benteng itu dan kamu berada di sisi lainnya. sehingga kita tidak dapat b...