Chapt 7 - Rintihan tangis

8.9K 591 14
                                    

Shila memutuskan untuk tidak melanjutkan pencariannya tentang minimarket itu, khawatir akan ada pihak-pihak yang kurang senang dengan apa yang mereka lakukan.

Sore ini ia duduk di atas ranjangnya, menatap langit oranye yang terkena semburat senja. Sudah beberapa hari sejak kejadian minimarket itu, pertanyaan-pertanyaan dari beberapa orang pun telah surut.

Matanya masih menerawang jauh, ia memutuskan untuk membasuh wajahnya sebentar.

"Shilaaaaa" ketukan di ambang pintunya membuatnya segera beranjak.

"Iya?" Ia membuka pintu itu, dan tak menemukan siapa-siapa disana.

Jantungnya mulai berdebar, ia berjalan perlahan sembari melihat-lihat barang kali ada orang yang terindikasi telah memanggil namanya

Shilaa..

Kini suara itu datang dari arah lantai satu, shila masih berusaha mengendalikan dirinya, berjalan pelan hampir menuju anak tangga hingga sebutir kelereng terlempar dari bawah ke ujung kakinya.

Kelereng siapa ini?----pikirnya.

Dengan nyalinya yang hampir berkurang setengah, ia masih terus melangkah, mulai menuruni anak tangga, hingga sampai pada anak tangga paling bawah.

Keluarkan aku.. keluarkan aku..

Shila mendengar suara tangis sesegukan, tepat satu meter dari anak tangga terakhir, ia mendapati seorang anak meringkuk dengan baju lusuhnya.

"Adek siapa?" Tangannya gemetar hendak menyentuh bahu si anak.

KELUARKAN AKUUUUU!!!!!!

Shila meloncat seketika, tubuhnya terjatuh di atas anak tangga, tangannya berusaha merayap menaiki anak tangga dengan seribu ketakutan, tapi terlambat, tangan anak itu telah meraih kaki shila, mencengkram dengan kuku panjangnya.

Shila merasakan perih tak tertahan, jantungnya berdebar tapi ia masih berusaha menggapai anak tangga untuk menyelamatkn dirinya.

"Rika, vina, adis, to-toloooong.." ia berteriak sebisanya.

Memanggil nama seluruh penghuni kos mewah itu sampai akhirnya ia jatuh pingsan.

**

"Shillll.." suara sayup terdengar ditelinganya.

Entah berapa lama ia pingsan, percikan air, dan aroma khas dari minyak kayu putih adalah salah satu upaya dari teman-temannya untuk membangunkannya.

Apa aku masih hidup?--batin shila.

"Aku dimana?" Ia mulai terbangun dengan matanya yang sayup.

Disekelilingnya, seluruh penghuni kos telah duduk melingkar, menatapnya tanpa tau apa yang ia alami sehingga ia pingsan di bawah tangga tadi.

"Kamu kenapa shil? Kami dengar kamu teriak-teriak dan waktu kami datang, kamu udah pingsan."

Shila masih terdiam, terakhir yang diingatnya, anak kecil itu terus menarik kakinya hingga kepalanya harus beberapa kali terbentur anak tangga.

"A-aku.. ta-tadii----" ia masih tergagap.

"Tadi kenapa shil? Tenangin dirimu dulu, minum, baru ngomong yang jelas." Adis memeberikan segelas air putih untuk shila.

"Tadi ada anak kecil, cowok. Terus dia nangis, a-aku..." shila menarik nafasnua panjang. "Aku turun karena penasaran, di-dia.."

Shila menjelaskan semuanya dengan rinci, seorang anak yang ia lihat bukanlah anak manusia. Di pertanyaan terakhir, anak itu memutar badannya ke arah shila, dan berteriak Keluarkan aku!!

Wajahnya amat menyeramkan, matanya melotot dan hampir keluar dari tempatnya, wajahnya hancur dan tangannya panjang berkuku.

"Di-dia sempat mencakarku." Shila membuka bagian bawah kakinya, posisi yang ia yakini telah tercakar oleh makhluk mengerikan itu.

Disana memang ada bekas cakaran, merah tapi tak mengeluarkan darah, hanya kulit ari yang sedikit mengelupas menghasilkan perih tak tertahan bagi shila.

"Kalian percaya kan ke aku?" Shila menatap satu persatu temannya.

"I-iya shil." Jawab adis diikuti anggukan oleh yang lain.

"Aku diikuti hantu itu, se-setan itu mengikutiku. Di-dia penguni kuburan" tatapan mata shila kosong.

Ia mengingat kembali malam dimana ia tak seharusnya melakukan hal bodoh itu, menyisir rambut dikuburan, disanalah semua bermula.

"Terus selanjutnya gimana shil? Apa kita semua juga akan di terror?"

Seisi kosan dilanda kepanikan, siapapun itu pasti tak ingin berurusan dengan hal-hal seperti ini.

"Gwen!" Shila berteriak seakan menemukan ide cemerlang.

"Bisa minta tolong ambilkan Hp dikamarku?" Tambahnya meminta siapapun yang bersedia.

Kali ini rika yang bergerak, dengan cepat ia naik ke kamar shila dan mengambil ponsel miliknya.

"Terimakasih rik.."

Ia langsung menghubungi gwen, menunggu ponsel gwen terangkat cukup lama juga membuatnya tak sabaran.

"Ha-hallo shil.." suara gwen terdengar gemetar di ujung sana.

"Gw-gwen, kamu kenapa?"

Shila urung menceritakan kisahnya, ia mendengar suara gwen sangat menyedihkan.

"A-aku terus di ikuti perempuan itu shil."

"Perempuan siapa gwen?"

"Seperti kuntilanak."

"Gwen. Aku ke kosmu sekarag."

"Cepatlah shil."

Suara gemetar gwen semakin menjadi, membuat shila gugup luar biasa, tanpa menjelaskan pada teman-temannya yang lain, ia langsung bergegas mengambil kunci mobil di kamarnya dengan tergesa-gesa.

"Aku pergi dulu, kalian tenanglah."

"Shil kamu mau kemana?"

"Ini darurat."

Shila meradang, baginya ini sudah keterlaluan, memang ia mengganggu ketentraman kuburan malam itu, tapi ia tak menyakiti setan-setan itu, kenapa dia harus menyakiti shila bahkan sampai kakinya terluka.

MATI TUJUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang