Kenalan

17 4 6
                                    

"Hi idiot?" suara berat itu membuatku menoleh ke belakang, sungguh bulu kudukkku sekarang sudah berdiri.

Kami saling bertatapan.

"Mereka memanggilmu idiot, kenapa?" tanya Aggandra, cowok pahlawan itu.

"Aku tidak tahu" jawabku ragu.
Karena aku memang tidak tahu, tapi kenapa ragu menjawabnya? Yang membuatku ragu yaitu cara dia memanggilku, sangat lembut dan terdengar lebih seperti bisikan.

"Kenapa kamu tidak bembalas mereka?" tanya Agandra menyipitkan matanya.

"Maksudmu?"

"Kau hanya diam saja ketika mereka memanggilmu idiot, seharusnya kau balas mereka. Apa kamu__"

"Aku sudah terbiasa". Kataku memotong ucapannya.

Ketika melangkahkan kaki pergi, agandra menarik tanganku.

"Ada apa lagi?" tanyaku menoleh padanya.

Dia diam, menatap mataku dalam beberapa saat " tidak ada". Hanya itu jawabannya lalu melepaskan tanganku seraya melangkah pergi.

......

Aku berlari ketaman sekolah, meringkuk dibawah pohon besar yang teduh dan menangis sejadi jadinya. Sungguh, tidak ada alasan yang logis kenapa aku menangis. Tapi cara Agandra tadi membuatku sangat terharu. Bukannya baper, tapi hanya saja mengapa dia bertanya hal tersebut.

Cowok manapun tak pernah menanyakan hal tersebut, mereka dengan lapang dada akan memanggilku 'IDIOT' hanya karena teman yang lain melakukannya. Tapi dia tidak.

Sejak 2 minggu lalu, saat kami pertama masuk, dia langsung memilih tempat duduk diseberang tempat duduk ku.

Melihatku yang hanya duduk merenung tanpa teman, dia mulai menyapaku.

"Hai, aku Agandra." ucapnya sambil menjulurkan tangan kanannya padaku.

Aku melihat sekeliling, merasa aneh dengan suasana ini. Tumben sekali ada orang yang ingin berkenalan dan berjabat tangan denganku. Sampai aku merasa kalau dia sedang berbicara dengan orang lain. Tapi mana mungkin, jelas dia menatap dan mengulurkan tangannya ke arahku.

Dia terkekeh. Saat akan menurunkan tangannya yang belum juga tidak ku jabat, aku langsung memajukan diri dan meraih tangannya sebelum tangannya tersebut ia turunkannya dan..

Brak... Aku terjatuh. Karena akan meraih tangan tersebut. Mejaku tersebut menindihku serta kursinya ambuk denganku.

Sesaat kemudian, aku mendengar suara tawa dan ejekan dari teman teman di kelas.

Mataku mulai berair. Malu. Dan aku hanya diam diposisi tersebut tanpa usaha.

Kurasakan meja dan kursibyang menumbrukku tadi perlahan diangkat.

"Kau tidak apa apa?" tanyanya dengan lembut.
Aku mendongakkan wajahku, melihat Agandra yang tengah duduk jongkok di sampingku.
Wajahnya begitu lenuh dan penuh perhatian.

"Tidak apa apa". Jawabku dengan bergetar karena tangisan ini.

"Tolong diam semuanya" tegas Agandra kepada seisi kelas yang sedang menertawakanku.

Seketika semua senyap.

"Dia jatuh dan kalian hanya menertawakannya saja? Dimana pikiran kalian, segarusnya kalian membantunya". Jelas Agandra kepada semua.

"Untuk apa membantu Idiot seperri dia". Ariani menimlali

"Dasar idiot"

" cewe dekil".

" Gendut"

Sapi betina"

Sungguh ejekan ejekan mereka ini membuatku pusing. Segera kututup telingaku dengan kedua tangan ini dan pergi keluar meninggalkan Agandra yang masih terpaku melihatku.

Bukan hanya saat itu saja Agandra menolongku. Saat teman teman cowok ku atau Genk tersebut memaksa ku pergi belanja untuk mereka, justu Agandra melempar uang mereka. Dan menyuruhku untuk tida mau.

Ketika mereka megejekku dengan kata kata kasar mereka, Agandra justru membelaku dan memarahi dan menasihati meewka tersebut.

Dia sungguh baik, ramah, lembut dan selalu terseyum padaku... Ehhh maksudnya semua orang.

Entah karena sifat kemanusiaan, jiwa sosialnya atau karena ia ketua kelas atau karena wakil ketua Osis.

Bel masuk berbunyi, aku segera menghapus air mataku dan membenarkan penampilanku.

"Adin?"

"Rohit? Kenapa kamu disini?" Tanya ku dengan heran padanya.

"Dari tadi aku mencarimu dan Aggandra bilang kamu disini!". Jelasnya dengan singkat.

Agandra? Kenapa Agandra? Bagaimana bisa? Apakah dia  mengikutiku? Tidak. Tapi dia yang meninggalkanku tadi, dan bagaimana bisa dia mengetahui aku disini.

"Jangan melamun, ayo cepat ke kelas". Ucap Rohit menarik tanganku pergi.

_____

*Pelajaran Biologi*

"Hari ini Ibu akan membagikan kelompok untuk kalian, dan silakan kalian cari materi yang akan ibu berikan sesuai kelompok kalian nanti". Jelas Bu Tiara, guru Biologi kami yang masih muda.

Kapan giliranku, ini sudah kelompok 4, namaku belum saja disebut.

"Kelompok 5, Materinya tentang perbedaan Sel sel manusia
dan hewan, Anggotanya Aggandra Arya Hakim, Zulfiana Jaehati, dan Adina Talia Putri.

Deg.. Aggandra lagi?? Kenapa harus dia? Dadaku sudah sesak sekarang.

Entah karena apa,
Tiba tiba, mata kami bertatapan.

Tbc...

HAI IDIOT? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang