Part 26

5K 452 17
                                    

Happy Reading, maaf kalo ada typo🌻

Tidak suka dengan jalan cerita ku? Silahkan buat cerita kalian masing-masing, sesuai dengan kemauan kalian. Ini cerita ku, jadi bebas aku mau buatnya seperti apa:)

But, thank u for all of my readers. Karena udh ngeluangin waktunya, untuk baca cerita ini.

***

"Apa?! Kau bercanda?!!" Pekik Gracia.

"Sayangnya, tidak Grace."

Tubuh Gracia merosot ke lantai, ia menutup wajahnya yang sudah basah dan lembab karena air mata yang bercucuran. Ia menggelengkan kepalanya, seakan tidak terima dengan berita yang baru saja masuk ke indra pendengarannya barusan.

"Sudahlah Grace, lanjutkan tangisan mu didepan pemakaman Raja. Lebih baik sekarang kau ganti pakaian mu dan kita berangkat."

Gracia melepaskan kedua telapak tangannya dari wajahnya, dan menatap tajam orang yang barusan memberitahu berita kematian Raja Aidan alias calon mertuanya padanya tadi. "Sialan kau!" Desisnya.

Mike terkekeh mendengar umpatan Gracia, lebih baik melihat sahabatnya itu bertingkah menyebalkan dari pada melihat Gracia dalam keadaan bersedih.

"Ganti pakaian mu dengan cepat, aku dan Olin akan menunggu mu dibawah."

Selepas kepergain Mike, Gracia memutuskan untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Selesai dengan ritual mandinya, ia keluar dari kamar mandi dan mencari pakaian yang menurutnya pantas untuk dikenalan dalam acara pemakaman kerajaan. Ia belum pernah, datang ke pemakaman bangsawan, jadi dirinya bingung akan mengenakan apa. Semua pakaian yang ada dilemari itu, hanyalah berupa potongan model sederhana saja.

Tapi, kalau di ingat-ingat. Sisa pakaian yang ada dirumahnya juga tak jauh berbeda.

Setelah berkutat dengan segala pikirannya, akhirnya ia memutuskan untuk memakai dress hitam, dengan panjang beberapa centi dibawah lutut, dan juga ia memakai mantel berwarna hitam.

Begitu, ia telah rapih. Gracia mengambil tas kecil dan segera turun kebawah untuk menghampiri Olin dan Mike, sebelum kedua pasangan itu memprotesnya karena terlalu lama membuat mereka menunggu.

"Kau sangat lama..." gerutu Olin seraya bersedekap.

Gracia memutar bola matanya malas, ia sudah bisa menebak kalau sahabatnya itu akan mengomelinya. "Sudahlah, ayo berangkat."

***

Sesampainya di pemakaman, Gracia hanya menatap tajam gundukan tanah didepannya dengan memegang gagang payung. Ia merasa ada yang aneh dengan tanah yang berbatu nisan nama Aidan Federick tersebut.
Gracia tidak tau, apa yang salah disini. Tapi entah mengapa, dirinya tidak bisa merasakan kesedihan dihatinya, seharusnya ia sedang menangis dengan perasaan sesak didada atas kematian Rajanya atau Calon mertuanya, tapi sayang perasaan duka itu sama sekali tidak ia rasakan.

Mata Gracia bergerak kesana-kemari, meneliti setiap sudut pemakaman. Sampai ia menemukan satu objek yang membuat dirinya harus membelalakan matanya karena kaget, begitu ia membuka mulut. Objek seseorang yang ia tangkap dengan tatapannya tadi, memberi isyarat agar dia diam. Maka, Gracia pun kembali mengatupkan bibirnya kembali dan mengangguk pelan.

Begitu, acara prosesi pemakaman selesai. Melvin langsung menghampiri Gracia. Setidaknya ia harus meminta maaf pada matenya karena tidak memberi kabar duka ini lebih dulu.

"Maaf Grace, aku tidak memberi tahu mu lebih dulu." Ucap Melvin begitu sampai di samping Gracia.

Gracia menggenggam tangan Melvin yang terasa dingin, dan menatap tunangannya itu. Walaupun ia harus sedikit mendongakan kepalanya karena Melvin lebih tinggi dari dirinya. "Tak masalah, aku tau kau sedang panik waktu itu."

The Devil Prince and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang