Masa Tersulit Part 1

2 0 0
                                    

Aku Ana, salah satu anak sastra inggris di perguruan tinggi negri terbaik dikotaku. Aku memiliki pacar bernama Raja, dia anak teknik elektro di perguruan tinggi swasta terbaik. Hubungan kita udah berjalan 11 bulan hanya beberapa minggu lagi genap setahun. Hubungan kita dipenuhi dengan perjuangan dan memiliki impian bisa satu universitas di perguruan tinggi negri terbaik dikota kami. Terutama pacarku ini, dia sangat berharap bisa masuk ptn yang dia inginkan namun tuhan berkata lain, melainkan yang masuk ke ptn impiannya adalah aku. Dan dia masuk ke salah satu pts terbaik dikota kami. Dari sini cerita akan dimulai...

Tahun pertamaku di universitas membuatku merasa gugup, karena aku belum ada bayangan kehidupan mahasiswa yang sebenarnya itu bagaimana. Aku mulai mencari kebutuhan-kebutuhan kuliah bersama Raja di toko alat tulis. Aku dan Raja juga belum kepikiram apa saja yang harus dibeli.

"Ja, apa aja nih yang dibeli? Aku gaada bayangan apa-apa.. Hahaha" kataku.

"Sama na, aku juga bingung mau beli apa, maba banget" kata Raja kebingungan.

"Beli binder, pulpen, stabilo sama hal-hal kayak gitu aja deh" kataku putus asa.

"Yaa, okelah" kata Raja setuju.

Aku dan Raja mulai memilih binder dan isi binder lalu mulai memilih pulpen dan stabilo. Lalu, Aku dan Raja bergegas ke kasir.

"Ja, bayar sendiri-sendiri ya" kataku. Karena aku ngga mau merepotkan Raja dan ini merupakan kebutuhanku sendiri.

"Ngga usah Na, aku bayarin aja sih" kata Raja.

"Ngga mau, ini kebutuhanku pribadi Jaa" tolakku.

"Udah gapapa Naa, aku bayarin aja" kata dia memaksa.

Aku hanya bisa diam, karena Raja merupakan tipe cowok yang suka membayar apa saja saat bersama denganku dan aku selalu merasa gak enak sama Raja saat dia melakukan hal itu. Karena, aku berfikir dia belum bisa menghasilkan uang sendiri dan uangnya itu adalah uang kebutuhan dia selama sebulan penuh. Saat dikasir aku terus melihat ke arah papan total harga, aku melihat total barangku Rp. 55.000 dengan cepat aku mengeluarkan uang dari dompet dan menyerahkannya ke Mbak kasir. Aku takut keduluan sama Raja. Raja melihat kearahku kaget. Lalu aku menatapnya dengan senyum. Aku dan Raja menuju ke parkiran. Aku mengambil helm namun direbut oleh Raja, dia memakaikan helm dikepalaku lalu mengencangkan ikatan dan menepuk helmku sambil berkata.

"Besok lagi, aku yang bayar yaa" katanya.

Aku hanya bisa diam. Aku pun naik ke motor Raja. Selama perjalanan aku hanya bisa diam. Raja terus memancing percakapan saat perjalanan namun aku hanya diam. Saat tiba dirumahku, aku turun dari motor Raja dan melepas helmku.

"Mau mampir dulu gak?" tanyaku.

"Yaa boleh, aku juga haus. Hahaha" kata Raja.

Raja pun langsung memakirkan motornya dan duduk di kursi depan rumahku. Aku masuk kamar untuk meletakkan barang-barang yang tadi ku beli dan kembali ke depan.

"Kamu mau minum apa? Biar dibikinin sama Mbak Uut" tanyaku.

"Es sirup aja" kata Raja.

"Mbak Uut tolong bikinin es sirupnya 2 yaa. Makasih" kataku.

"Iya non" kata Mbak Uut.

Mbak Uut pun menuju ke dapur untuk membuatkan minuman kami.

"Kok tumben nyuruh Mbak Uut, biasanya kamu yang bikin minuman kalo aku kesini?" tanya Raja.

"Aku capek banget Jaa" kataku sambil menggoyangkan tanganku seperti kipas.

"Iya-iyaa sayang, aku tau. Aku mau ngomong sesuatu nih sama kamu" kata Raja dengan nada yang mulai serius.

"Ngomongin tadi pas ditoko alat tulis? " tanyaku memastikan, karena aku sudah tau kenapa Raja tiba-tiba mampir kerumah setelah pergi berdua denganku, biasanya dia langsung pulang dan mengeluh capek saat dia sampai dirumahnya.

"Iya, kenapa kamu kayak gitu tadi Naa?" tanya Raja.

"Dari awal kita pacaran, aku udah bilang ke kamu kan kalo kita jalan berdua kita bayar sendiri-sendiri baik itu makanan, minuman, tiket bioskop,  kebutuhan pribadi dan yang lain. Soalnya kita tu masih posisi anak Jaa, dan kita belum bisa cari uang sendiri dan uang yang dikasih ke kamu dari ortumu itu tujuannya untuk memenuhi kebutuhan kamu selama sebulan, aku gamau ngambil hak dari uang ortumu" jelasku pada Raja.

"Iyaa na, tapi disini aku pacarmu dan aku cowok. Aku gamau orang lain ngira kalo aku tu cowok yang biarin ceweknya bayar sendiri sedangkan aku ada disitu" jelas Raja.

"Kamu gausah menghiraukan pemikiran orang lain Jaa, ini hubungan kita bukan hubungan mereka" jelasku lagi.

"Iya, tapi aku juga gamau dicap cowok yang gak care sama ceweknya, masa cewek yang bayar dimana-mana itu cowok yang bayar naa" jelas Raja.

"Kita udah pernah bahas masalah yang sama kayak gini sebelumnya Jaa, dan kamu juga beralasan kamu takut dicap jelek sama orang lain dalam hubungan ini, dan masalah itu udh 2 bulan yang lalu, aku berfikir selama 2 bulan ini kamu bisa ngerti kalo ini hubungan kita yang menjalani kita bukan orang lain, aku berharap 2 bulan itu kamu bisa menghilangkan pemikiranmu tentang rasa takutmu dicap jelek sama orang lain yang padahal mereka gak ambil posisi dihubungan kita, tapi aku salah Jaa" jelasku.

Tiba-tiba Mbak Uut datang membawakan minumanku dan Raja.

"Monggo minumannya" kata Mbak Uut.

"Iya, makasih Mbak" kataku. Lalu Mbak Uut masuk kedalam.

"Gini Naa, tapi aku juga pengen jadi cowok yang bertanggung jawab dimata kamu dan orang lain" jelas Raja yang membuat hatiku rasanya seperti terkena tusukan panah yang tajam dan rasanya membuatku sesak.

"Orang lain? Jadi selama ini kamu masih mempermasalahkan hubungan ini dengan tanggapan orang lain tentang kamu?" tanyaku.

"Naa udah yaa, aku gamau jadiin masalah ini jadi masalah yang besar" kata Raja.

"Jaa, ini hubungan kita. Gaada sangkut pautnya sama orang lain. Terserah mereka mau menanggapi hubungan kita kayak gimana, ini hubungan kita dan aku gak butuh tanggapan mereka" jelasku.

"Naa udah deh, aku lagi gak mood bahas ini sekarang. Aku pulang yaa" kata Raja sambil berdiri dan pamit.

"Yaudah, es sirupnya diminum dulu" kataku.

Raja pun duduk lagi dan meminum es sirupnya. Aku hanya diam memikirkan kata-kata Raja tadi dan bisa-bisanya dia selalu lari dari masalah. Setiap hubungan kami ada masalah dia selalu lari dari masalah dan tidak mencoba untuk menyelesaikan masalah namun membiarkan masalah itu hilang. Aku mulai kurang simpati dengan sikap Raja yang seperti itu.

"Aku pamit dulu ya sayang, ntar aku kabarin kalo aku udah sampe rumah" pamit Raja.

"Ya, tiati" kataku.

Raja langsung naik ke motornya dan pergi. Aku pun masuk ke dalam rumah sambil membawa gelas es sirup yang belum sempat ku minum tadi ke dalam kamar. Dikamar aku hanya bisa diam dan terus memikirakan perkataan dan sikap Raja tadi.

30 menit kemudian, notif whatsapp di hpku berbunyi.

"Aku udh sampe rumah, aku capek banget nih" pesan whatsapp dari Raja.

"Yaudh, sekarang mandi terus makan" balasku.

"Iya, bentar yaa" balas Raja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 18, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang