(4) Residence

1.3K 140 21
                                    

Menurut prediksi dari pakar cuaca yang Holly tonton di berita tadi pagi, hari ini langit akan cerah dan awan gelap kemungkinan besar tidak akan terlihat. Namun, buktinya saat ini hujan turun cukup deras disertai hembusan angin dingin yang sukses membuat tubuh Holly kedinginan.

Holly menatap jalanan yang basah dengan wajah datar, kesal karena tidak bisa melanjutkan perjalanan pulang ke rumah setelah lelah beraktivitas di sekolah. Jadwal kegiatannya hari ini sangat padat, dan ia ingin cepat-cepat sampai di rumah untuk mengistirahatkan tubuhnya. Tapi, kenyataan memang tak pernah sesuai dengan ekspektasi. Ugh, Holly sangat benci kata-kata itu.

Sudah ada sekitar lima belas menit dia berdiri di depan sebuah pertokoan lusuh yang tidak terpakai. Suasana yang sedikit mencekam membuat Holly semakin menekuk wajahnya. Di sana, hanya ada dirinya dan seorang pria tua yang duduk cukup jauh dengan keberadaannya, juga seekor kucing yang basah kuyup setelah berlari di tengah hujan.

Gadis bermanik aquamarine itu memeluk tubuhnya sendiri akibat suhu udara yang semakin dingin. Pandangan matanya beralih menatap gumpalan awan gelap di atas sana. Sambil berharap hujan akan segera reda dan matahari kembali menampakkan wujudnya. Sungguh, Holly merindukan kehangatan dari bintang terbesar di jagat raya itu.

"Holly..."

Holly segera mengalihkan pandangan begitu indera pendengarannya menangkap suara yang sudah tidak asing lagi baginya. Jantungnya mendadak berdegup kencang ketika melihat sosok berambut coklat itu menatapnya khawatir sambil memegangi sebuah payung.

Untuk memastikan bahwa ia tidak berhalusinasi, Holly mengerjapkan matanya beberapa kali. Takut-takut sosok itu menghilang setelah matanya benar-benar terbuka.

Akan tetapi, walaupun Holly sudah memastikan bahwa penglihatannya tidak salah, sosok tersebut masih ada disana, tidak bergerak sedikitpun meski hanya sekedar memalingkan wajah. Ia tetap berdiri beberapa meter di depan Holly sambil menatapnya khawatir di bawah naungan hujan, membiarkan sepatunya basah terkena cipratan air.

"Tom?" Panggil Holly seakan tidak percaya bahwa sosok itu adalah Thomson Traveers.

Tanpa menghiraukan panggilan Holly, sosok berambut coklat yang diduga Tom itu melangkah mendekati Holly. Ia menaruh payungnya yang masih terbuka di lantai, lalu melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Holly yang terdiam mematung.

"Kenapa tidak menelponku kalau kau belum pulang? Aku tadi ke rumahmu tapi kau tidak ada. Aku tidak tahu kau ada kegiatan bersama teman-teman klub memasakmu" ucap Tom pada Holly yang masih saja terdiam, menahan degupan jantungnya yang semakin menggila.

"Holly?" Tom memanggil gadis itu karena tidak ada jawaban apapun dari Holly. Dia tidak cerewet seperti biasanya.

"Holly? Ada apa?" Tom benar-benar penasaran dengan sikap diam gadis itu. Perempuan memang selalu sulit dipahami, Tom jadi bingung sendiri.

"Kenapa kau ada di sini? Dan untuk apa kau mencariku?" Tanya Holly setelah cukup lama terdiam

Tom menaikkan sebelah alisnya, tentu saja ia heran. Tom mulai menganggap bahwa gadis di hadapannya itu bukanlah Holly. 'Apa mungkin dia kesurupan? Atau jiwa Holly yang sebenarnya tertinggal di suatu tempat?' Pikir Tom mulai bertanya-tanya.

"Apakah itu penting untuk dipertanyakan?"

Untuk kedua kalinya Holly mengerjapkan matanya, merasa bingung pada dirinya sendiri. Di hadapannya, Tom terlihat sama bingungnya.

"Entahlah" Holly menggeleng, membuat Tom mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Sudahlah. Kau tidak terlihat seperti dirimu jika seperti itu" Tom berucap, "Ayo!" Ajaknya seraya meraih tangan Holly untuk dia genggam, sedangkan tangan lainnya meraih payung yang sebelumnya ia taruh di lantai.

The Spirit Of The MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang