Setelah ayah menerima telpon tempo hari. Ayah jadi semakin posesive padaku. Aku tidak boleh pergi kemanapun jika tidak bersama ayah. Bahkan jika aku bersama Anne sekalipun.
Akhir-akhir ini selalu ada orang-orang ber jas yang datang ke rumah. Yang tentu saja selalu ayah usir dengan kasar.
Aku tidak tau mereka siapa. Ayah hanya mengatakan jika mereka orang yang mengajaknya berbisnis.
Tentu aku tahu ayah berbohong. Aku masih berusaha mencari tahu siapa mereka, tapi ayah selalu menghalangiku.
Ayah juga semakin sering menerima telpon dan berakhir marah-marah. Aku sungguh tidak tahu akan situasi ini.
"Es ayo kita pergi besok"
'Kemana?'
"Kita jalan-jalan aja. Udah lama kita ga jalan"
'Ga bisa!'
"Kenapa?"
'Ayah'
"Euhh selalu"
Anne memutar bola mata jengah. Kami sedang ada di perpustakaan. Tadi bu Rini menyuruh Kami menyusun buku yang baru saja datang.
Sudah lama aku tidak pergi keluar. Ya tentu saja karna ayah. Jujur saja aku sedikit kesal. Tapi mau gimana lagi.
Tora masih sering main ke rumah, tidak jarang juga kak Tara ikut.
Ahh, ayah telat lagi menjemputku. Sudah hampir satu jam aku menunggu ayah di halte. Apa ayah lembur? Tapi kan besok libur.
Me : Yah dimana?
Ayah : Dibelakangmu Sayang!
Benar saja ayah sudah dibelakang. Dengan senyuman yang selalu menenangkan.
'Ayah lama'
"Maafkan ayah! Tadi ada sedikit urusan"
'Baiklah. Ayo pulang'
Ayang menceritakan apa yang terjadi di kantornya. Ternyata atasan ayah tadi ulang tahun. Ayah bekerja di kantor pemerintahan.
Mobil ayah melintasi sebuah pasar malam. Aku jadi ingat dulu saat aku masih kecil.
Ayah selalu menggendongko dipundaknya dan kami berkeliling sepanjang malam sampai aku tertidur.
"Ingin kesana"
Aku mengalihkan pandanganku pada ayah.
"Kita bisa pergi nanti malam"
'Benarkah?'
"Tentu saja! Sudah lama kita tidak pergi keluar sweetheart"
'Terimakasih ayah'
Ini akan menyenangkan. Lebih menyenangkan lagi kalau Om Guntur ikut. Apa aku ajak saja ya? Baiklah akan aku ajak nanti.
Sesampainya dirumah aku langsung naik ke kamar dan mandi. Hari ini cukup panas.
Setelah selesai aku menghampiri ayah di dapur. Ayah terlihat lucu mengenakan celemek bermotif hati besar milikku. Sungguh tidak serasi dengan badan tegap ayah.
'Aku bantu!'
Aku mengambil alih udang yang sedang ayah bersihkan. Ayah juga sudah selesai mandi. Terlihat dari rambutnya yang masih basah.
Kami akan masak udang asam manis kesukaan ayah. Ayah itu pecinta seafood. Di restoran pun ayah slalu memesan seafoot.
"Coba ini!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Me & My Dad(TAMAT)
General Fiction"Aku hanya ingin AYAH. Aku tak mau yang lain, termasuk IBU" Ayah bilang aku spesial. Aku lebih istimewa dari anak lain. Aku lebih kuat dari anak lain. Itu kenapa Tuha hanya memberiku seorang Ayah tanpa ibu. Mahes Pradipta. Pria tangguh yang bekerja...