10. I Can't Ask Why(2)

102 45 18
                                    

Bisakah kubertanya mengapa hujan turun lebih deras?
Mengapa luka yang kudapat?
Sedangkan seindah bunga yang kutanam
Namun nyatanya tak seindah bunga ditaman luas
Tak semulus jalan lurus tak berbatu
Tak juga seindah langit malam yang berhias bintang-bintang
Yang ada hanya terik yang seharusnya terang, dibuat padam.

🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠🌠

Aku berbaring lemah diatas ranjang yang berada didalam ruangan ber-cat putih. Setiap helaan napasku terbantu oleh alat yang menempel dihidungku, tabung oksigen yang semakin sedikit kuhirup, serta selang-selang yang melekat di lenganku membantuku bertahan hidup.

Samar-samar kudengar dari balik pintu, Ayahku bercakap pada Ibuku.

"Ini semua gara-gara dia dekat Bintang!"

"Sudahlah, ini semua sudah terjadi..."

"Aku ga mau ikut campur ngurusin Senja disini! Pokoknya biarkan aku panggil Bi Resti kemari untuk menjaga Senja sampai dia pulih."

Dadaku sesak rasanya mendengar percakapan tadi. Sekarang aku tidak tahu harus bagaimana, aku tidak bisa mengabari Bintang lagi, aku juga tidak bisa sembunyi-sembunyi menemuinya lagi walau hanya beberapa menit saja.

Klek! Seseorang tengah membukakan pintu, muncul seorang wanita mengenakan pakaian putih membawakan nampan berisikan makanan untukku. Dia adalah perawat di rumah sakit ini.

"Ini makan siangnya,"ucapnya. Aku mengangguk. Lalu ia bertanya padaku, "Loh, adek disini sendiri?"

"Nanti bibi saya kesini kok." Aku melihat perawat itu nampak mengatur infusanku. Setelah itu ia kembali meninggalkanku sendiri. "Ya sudah, saya tinggal dulu, jangan lupa makanannya dimakan."

"Iya,"jawabku.

***
Hari pun menjelang malam. Tak ada juga yang datang menjengukku. Kutunggu Bi Resti, namun ia tak datang. Tak biasanya Bi Resti melupakan keadaanku.

Malam ini sangat sepi. Tiba-tiba...
Tepat pukul 20.00 seseorang tengah membukakan pintu kamarku. Kulihat sosok lelaki berkulit putih itu datang menghampiriku, membawa kantong plastik berisikan jus mangga.

"Dion?" panggilku.

"Loh kok ada Dion?aku pikir Bintang."Batinku.

"Hai,ini buat kamu..." ia menyodorkan jus mangga itu di hadapanku. Aku pun mengambilnya.

"Duh makasih, jadi ngerepotin."

"Ga apa-apa sama calon ini." Dion mengedipkan matanya. Aku bingung, apakah yang dimaksud perkataan Dion?

"Hah, maksudnya?"tanyaku.

"Ada deh..."

"Gimana udah baikkan?"ia malah mengalihkan pembicaraan. Aku menganggukan kepala saja.

"Syukurlah, btw aku bawain jus diminum ya..."

Aku hanya mengangguk.

"Malam ini aku menemani kamu."

Aku mengerutkan keningku "Siapa yang suruh?"tanyaku penuh kebingungan. Kupikir Dion hanya mencari-cari kesempatan saja. Ternyata dugaanku salah.

"Ayahmu."

"Kamu kenal Ayahku?"

Dion mengangguk. "Kenal dari mana?" tanyaku dengan rasa penasaran.

"Ayahmu teman Ayaku."

Sebuah Cerita Rindu untuk Senjani[Terbit||GuePedia2019]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang