13.Selamat Datang Rindu(2)

70 30 17
                                    

Detak

Kuhela napas panjang

Berharap sesak didadaku sedikit berkurang

Merenung pada setiap detak

Milik sebuah kisah, hati yang retak

Aku menatap, sambil meratap

Menunduk seolah tak siap

Mengingat, betapa banyak detak yang tersia-siakan.

Membuatku menjerit dalam sebuah penyesalan

Napasku mulai pasrah

Menghadap pada setitik cerah

Ku bertanya "Ini wajah penuh duka, siapa yang punya?"

Ketika detak mengakhiri sebuah cerita

💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫💫

Aku melihat Dion menghentikan mobilnya dihadapan pagar rumahku.
Ia membuka kaca mobilnya sembari melambaikan tangannya ke arahku.

Aku hanya membalasnya dengan senyum. Aku melirik ke arah arloji berwarna putihku yang mengiasi tanganku.

Pukul 07.00

Saatnya Rindu berangkat sekolah. Hampir setiap hari Rindu diantar oleh Dion. Walau, Dion itu sejak SMA memiliki predikat sebagai anak nakal yang sering melanggar peraturan sekolah. Tapi, ia begitu peduli terhadap sesama manusia. Terutama seorang wanita.

Perihal Pak Reno, supirku saat masa SMA sudah pulang kampung. Jadi, kini aku sudah tidak punya lagi seorang supir. Mobilku sudah di jual dan diganti oleh motor yang ku pakai sekali-kali bila Dion sedang tidak bisa mengantar kami.

Aku melirik ke arah Dion. Dari arah belakangku, Rindu bergegas menghampiriku. Dion balas menatapku sembari tersenyum genit. Hanya ini yang tidak bisa berubah dari diri Dion dari masa SMA nya, yaitu genit dan jago gombal. Sekalinya gombal, mungkin bisa membuat para wanita di mabuk kepayang.

Berbeda denganku yang sudah tahu karakter Dion. Aku merasa gombalan Dion biasa saja, karena dia sering melakukannya terhadap wanita lain.

"Ayo!"ajak Dion.

Aku mengangguk mengiyakan. Sebelumnya aku merapikan kerah seragam yang Rindu kenakan. Lalu melangkah memasuki mobil Dion.

Mobil melaju dengan kecepatan rata-rata. Disini, hening. Tidak ada yang memulai pembicaraan diantara kami.

Aku hanya mengarahkan pandanganku ke arah jalanan yang mulai muncul terik mentari dari ufuk timur. Sungguh, aku malas untuk melirik ke arah Dion jika hanya sekedar berbincang hal basa-basi.

"Kak,"panggil Rindu menoleh kearah diriku yg duduk di belakang.

Aku hanya berdeham.

"Kak Dion sama kak Senja cocok loh..."

Mataku membelalak.

"Hujan angin tuh anak ngomong kayak gitu."Batinku.

"Kak Senja cantik-cantik galak..." ucapnya sembari cengengesan.

"Kalau Kak Dion ganteng-ganteng baik!" sambungnya lagi.

Aku mendengus kesal. Rindu menoleh ke arahku sambil menjulurkan lidahnya, bermaksud untuk meledekku. "Jodoh... Jodoh..." ucapnya lagi sambil bertepuk tangan. Perkataan Rindu, berhasil membuatku naik darah.

"Awas ya kamu!"pekikku. Aku beranjak ke arah Rindu. Mencubit pipinya tanpa peduli ia merasakan sakit atau tidak.

Namun, Dion menangkis tanganku. Aku melirik ke arah Dion sambil memasang wajah muram.

Sebuah Cerita Rindu untuk Senjani[Terbit||GuePedia2019]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang