/he wants to say 'i love you' but keeps it to 'goodnight' because love will mean some falling and she's afraid of heights/
💠💠💠"Sher, nanti malem ikut gue, ya?" tanya Leon yang tiba-tiba saja sudah bergabung dengan Sheryl, Ivana, Zoya, Wenda dan Yosi yang tengah berbincang ringan.
"Kemana lagi, sih?" Sheryl tampaknya mulai jengah karena Leon selalu mengajaknya jalan-jalan hampir setiap hari.
"Jalan mulu... Jangan bilang, lo lupa kalau hari ini ada kerja kelompok, Le?" Ivana menyahut. Beberapa hari yang lalu memang ada pembagian kelompok Bahasa Inggris dan Sheryl, Leon, Ivana juga Sakha tergabung dalam kelompok yang sama. Keempatnya juga telah sepakat kalau hari ini mereka adakan kerja kelompok di rumah Ivana.
"Lah, iya! Hampir lupa gue," Leon cengengesan. "Ya udah. Habis kerja kelompok ke rumah gue ya, Sher?"
"Ini bocah, berduaan mulu nggak jadi-jadi. Nunggu apaan lagi coba?" Wenda ikut berkomentar.
"Ngikut aja! Lo sendiri sama si Bayu udah sampai mana emang?" balas Sheryl.
"Sampai Bogor,"
"Wih, jauh juga mainnya..."
Yang lain tertawa menanggapi gurauan Sheryl dan Wenda. Karena tak enak mengganggu obrolan kelima perempuan itu, Leon akhirnya pamit.
"Nanti jangan lupa pakai baju bagus ya, Sher. Dandan juga," bisik Leon pada Sheryl dengan raut sumringah, sebelum beranjak ke bangkunya.
💠💠💠
Tibalah saatnya kerja kelompok di rumah Ivana. Semua sudah datang terkecuali Sheryl. Sudah lima belas menit sejak gadis itu membalas pesan Ivana dan bilang kalau ia sedang dalam perjalanan. Sementara mereka sudah berkumpul sejak setengah jam yang lalu.
"Lama banget si bocah..." Tanpa permisi, Leon mengambil alih toples camilan di ruang tamu yang sejak tadi dihak-milik oleh Sakha. "Jaga image dikit dong, di rumah calon,"
"Calon, ndasmu," Ivana yang duduk manis di atas sofa menjitak Leon yang selonjoran di lantai. "Le, sebenernya lo suka Sheryl apa nggak, sih?"
Pertanyaan tiba-tiba dari Ivana itu membuat Leon terdiam sesaat. Sebelumnya ia sudah yakin betul kalau dirinya sangat menyukai Sheryl. Tapi kadang muncul perasaan tak rela kala melihat gadis itu bersama lelaki lain, sampai-sampai ia ingin menuntut Sheryl supaya hanya melihatnya saja, secara sadar ataupun tidak. Dan tentu saja masih sangat mustahil bagi Sheryl membuka hati untuknya. Jadi pertanyaannya, apa hak Leon untuk cemburu?
"Diem aja ditanyain," Sakha menginterupsi lamunan singkat Leon.
"Gue suka sama Sheryl, cuman masih belum mantap aja buat nembak dia. Ya, lo tahu sendiri gimana patah hatinya dia waktu masih suka sama Kevin. Gue takut dia nggak siap,"
"Apa yang bikin lo suka sama Sheryl?" Ivana bertanya lagi dengan raut penasaran.
"Banyak. Salah satunya karena Sheryl cewek yang unik. Dia bisa bikin semua orang percaya kalau dia itu orang yang kuat, dia nggak suka orang-orang lihat dia waktu lemah atau rapuh. Itu yang buat gue kepingin melindungi dia dan jadi satu-satunya orang yang dia percaya buat berbagi susah. Dan lagi, Sheryl itu tsundere, mana nggak ketebak sama sekali. Lo kenal dia, ya buat mempelajari dia. Kadang juga dia bisa sejahat itu bikin gue penasaran dan bingung sama perasaan gue sendiri,"
Mendengar penjelasan Leon, Sakha berbisik pada Ivana. "Kayaknya Leon beneran jadi bucin, deh,"
"Woy, sorry lama!"
Sebuah suara menginterupsi obrolan mereka tentang Sheryl. Panjang umur, yang punya nama datang setelah namanya disebut-sebut. Dari dalam rumah, ketiganya bisa melihat Sheryl tengah berusaha menaikkan motor yang dikendarainya ke bagasi rumah Ivana yang cukup menanjak. Melihat Sheryl yang kesusahan, Leon berinisiatif untuk membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pandora✔
Teen FictionSelalu ada hati yang merindukanmu untuk pulang. Menyiapkan segalanya agar kamu nyaman untuk tinggal. ©2019 • oldelovel