Hujan deras.
Pagi harinya di awali dengan guyuran hujan, dan kucing terluka parah di tepi jalan. Seketika Rei terhenyak, membatalkan rencana pergi ke sekolah, dan membawa kucing tersebut ke honmaru.
Kebetulan dimensi sini juga sedang hujan.
Tergesa Rei menjelajah lorong seraya meneriaki nama Yagen. Tangannya hangat oleh darah segar, kucing kurus nan dekil di tangannya melenguh sendu. Perutnyaa robek, seolah habis dikoyak oleh binatang buas lain. Tapi sejak kapan di kota ada hewan liar lepas kandang?
Rei cepat-cepat membasuh tangan usai meletakkan si kucing di atas handuk hangat. Yagen menyusul sedetik kemudian dan mengambil langkah pertama.
Mereka membersihkan luka dan darah sebisa mungkin, menghindari infeksi bakteri. Kucingnya menangis. Bibir berkumis itu mengeong kesakitan. Mereka tak punya obat bius hewan, jadi Rei mengelus lembut si kucing berharap bisa mentransfer kekuatan spiritualnya.
Yagen menjahit luka sobekan dengan telaten, tak boleh terlalu cepat ataupun lambat. Kemudian memperban luka si kucing usai mengoleskan ramuan pereda nyeri.
Rei menahan sebisa mungkin gugurnya air mata.
"Nah, Taishou ia sudah tidak apa-apa. Hanya kedinginan dan kelaparan. Istirahat sebentar akan meredakan nyeri pada lukanya." Yagen tersenyum puas, menilik binar syukur di mata sang tuan.
"Arigatou, Yagen." balas Rei. "Aku akan membawanya ke kamar."
"Kasihan sekali padahal, untung Anda membawanya pulang. Lukanya begitu parah dan banyak sekali pendarahan. Tubuhnya juga kurus dan kedinginan. Andai tidak Anda temukan, kucing uni pasti sudah mati."
"Hm, iya. Kasihan sekali."
"Tega sekali manusia yang membiarkan dia seperti ini."
"Manusia itu memang kejam, Yagen. Manusia di zamanku dan zaman ini, jauh lebih kejam daripada Oda Nobunaga, lho."
"Tapi Anda tidak, Taishou."
Rei terkekeh sembari memeluk kucing dekil tersebut, "Yang namanya manusia, tidak ada yang benar-benar baik. Kau hanya belum tahu sekelam apa masa laluku. Maa~ lagipula membahas masa lalu tidak menarik bagiku, jadi mari kita lupakan saja."
Rei keluar ruangan khusus tempat Yagen bereksperimen tersebut, "Taishou! Jangan lupa ganti baju!"
Gadis itu mengiyakan dengan senyuman mengembang.
***
Mata bulat besar mendelik dari kegelapan. Mencari-cari sang induk yang menghilang.
Memanggil-manggil dalam sunyi, tak jua ada yang menyahuti. Dimanakah engkau wahai pelita, mengapa tak tampak?
Apakah kehidupan memang berakhir di sini saja, dalam keadaan meratap nestapa?
.Diam-diam Rei menyeduh teh impor berharga selangit yang tempo hari diberi Yuki padanya. Chiisa bilang, teh ini lezat dan harum.
Well, mereka merekomendasikan minuman yang tepat. Rei butuh ketenangan, dan aroma teh ini membawa kedamaian.
Earl grey tea. Teh para Raja dan bangsawan Britania Raya pada masa lampau. Sekarang rakyat biasa pun dapat mencicipinya, walau harus merogoh kocek lebih.
Rei memilih bermalas-malasan di dalam kamarnya sembari menonton drama yaoi Thailand terbaru, dan memeriksa perkamen-perkamen sejarah. Memastikan tidak ada yang janggal dari pertempuran semalam.
Mata bulat sang kucing mengerjap, terbangun dari tidur pulasnya. Rei menyeruput tehnya, lalu menuangkan isi teko teh ke piring kecil. Mengangsurkan pada si kucing, yang langsung menyambut ria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Saniwa to Honmaru no Monogatari
FanfictionJangan lupa vote ya! X3 Ini adalah kisah sang saniwa yang harus merelakan masa remajanya untuk mengurusi lelaki-lelaki pengangguran dan menggali tanah mencari harta karun demi membayar pajak serta memenuhi kebutuhan tidak penting para toudan :'3