Pagi ini lagi-lagi daratan London dibasahi rintikan gerimis hujan. Sudah empat hari ayah dan ibu Nina pergi ke LA untuk menghadiri pernikahan sepupu ayahnya di sana. Jika sesuai perjanjian awal mereka akan tiba di rumah besok malam. Seperti biasa setelah bangun dan merapikan tempat tidurnya Nina menyibukkan dirinya di dapur memasak untuk sarapannya sebelum ke kampusnya. Bila sedang melakukan pekerjaan rumah sendiri Nina sering teringat dengan sahabatnya Zayn yang usil itu, walau Zayn kadang usil dengannya tetapi Nina senang berada di dekat Zayn. Zayn selalu membantu Nina dalam segala hal itulah kenapa Nina sangat mendambakan sosok kakak laki-laki dalam hidupnya. Takdir berkata lain.
Sepert biasa jika ingin ke kampus Nina menggunakan bus tingkat merah khas London.
"Apa di sini kosong ? boleh saya duduk di sini ?"
Suara berat itu membuyarkan lamunan Nina, gadis oriental itu menoleh ke sumber suara. Secara bersamaan si pemilik suara itu dan Nina terbelalak dan saling membuang muka.
beberapa saat terdiam, Nina angkat bicara
"Sudah duduk saja, daripada berdiri disitu.. pemberhentian selanjutnya masih lama lo" katanya tanpa memalingkan wajahnya dari jendela bus.
"Baiklah"
Lagi-lagi Harry harus masuk ke zona dingin yang dibangun Nina, tak ingin berlama-lama dalam "awkward moment" seperti ini Harry mencoba mencairkan suasana namun sia-sia karena Nina tidak memperdulikan lelucon yang dibuat Harry.
"Kamu pasti bukan asli London kan ?"
Nina melirik sejenak menatap mata hijau yang indah milik lawan bicaranya
"Ya, aku berasal dari Irlandia. Aku pindah ke sini karena pekerjaan orang tuaku"
Harry mengeluarkan handphonenya lalu menjulurkannya ke Nina. Gadis di depannya itu spontan mengerutkan dahinya, Harry membalasnya dengan senyuman manisnya.
"Berikan aku nomor ponselmu ! "
"Untuk apa ? aku tidak memberikan sembarang orang nomor ponselku" tolak Nina
"Aku bisa menjadi teman yang baik, percayalah" Kali ini Harry menunjukkan Nina keindahan giginya yang tersusun rapi di balik senyumnya yang lebar.
Tak kuasa melihat ketampanan pria di depannya, Nina kemudian meraih ponsel milik Harry lalu menekan beberapa tombol dengan cepat. Harry masih dengan senyum indahnya. Mereka berpisah saat Harry turun tepat di depan sebuah toko roti di dekat Central Park.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Halo sayang" terdengar suara lembut dari seberang
"Halo mom ! ada apa ? bukannya saat ini kalian harusnya ada di atas pesawat ?" tanya Nina
"Maafkan ibu sayang, sepertinya kami akan di sini lebih lama lagi.."
"hah ? apa terjadi sesuatu ?" suara gadis manis itu meningkat 2 oktaf
"oh tenang saja tidak terjadi apa-apa disini, aku dan ayahmu hanya ada sedikit urusan disini"
"............"
"sayang ?"
"Ya sudah kalian hati-hati ya di sana, aku akan baik-baik saja disini. Tak usah khawatir"
"I love you baby"
"I love you too mom"
Sedetik kemudian Nina merebahkan tubuhnya ke sofa dekat telepon rumahnya disimpan. Dia berpikir andai Zayn ada di London saat ini juga pasti dia tak akan merasa kesepian seperti ini. Bel rumah Nina berdering entah siapa yang malam-malam begini datang ke rumahnya. Dengan tubuh sekoyong-koyong dia berjalan menuju pintu rumahnya
"Mrs. Hannah ?" senyum gadis itu mengembang
Hannah adalah seorang janda beranak satu yang tinggal tepat diseberang rumah Nina, keluarganya dan keluarga Mrs. Hannah sudah mulai dekat beberapa hari setelah kepindahan Nina ke London. Baginya Mrs. Hannah adalah sosok tetangga yang baik dan cantik, suaminya meninggal tiga tahun yang lalu.
"Apa ibu dan ayahmu belum pulang?"
"Belum Mrs, mm.. silahkan masuk" senyumannya masih melekat diwajahnya
"Oh tidak usah, aku hanya ingin memberikan ini"
Mata coklat indah milik Nina menatap sepucuk surat yang digenggam oleh Mrs.Hannah. Kali ini ekspresi Nina berubah.
"Tadi ada seorang lelaki tampan yang datang ke sini tetapi tak ada orang, jadi dia menitipkan ini padaku. Dia menyuruhkan memberikannya padamu"
"Benarkah ?" Nina menyambut lembut surat dari tangan Mrs. Hannah
"Ohya, apa kamu sudah makan malam ?" tanya perempuan paruh baya itu
"Belum Mrs hehe" Nina tahu maksud pertanyaan perempuan itu
"Ayo makan malam bersama kami.. Aku baru saja membuat mushroom cream soup"
"Dengan senang hati, aku harus ganti pakaian dulu sebelumnya"
"Aku tunggu ya" Senyum Mrs. Hannah sungguh teduh itu membuat Nina sangat merindukan ibunya. Tanpa menunggu lama dia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lepek, setelah mandi dia memeriksa semua sudut rumahnya sebelum pergi ke rumah Mrs. Hannah. Dia menyimpan amplop yang berisi surat misterius itu di atas tempat tidurnya. Dia berniat membacanya saat pulang dari rumah Mrs. Hannah.
Makan malam yang lezat dan hangatpun mengisi malam gadis itu. Dia, Mrs. Hannah, dan Alex anak Mrs. Hannah yang baru berusia 5 tahun menyantap nikmat makanan yang ada di meja bundar kecil milik perempuan paruh baya itu. Enaknya batin Nina.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Would
FanfictionZayn dan Nina adalah dua sahabat aneh asal Irlandia. Sebagai sahabat Nina selalu berbagi cerita kepada Zayn, begitupun dengan Zayn. Namun, ada rahasia kecil Zayn yang tak diketauhi Nina. Sampai pada saat Nina pindah ke London Zayn tak pernah memberi...