33.

4.6K 243 28
                                    

"Rindu, rindu serindu-rindunya."
-Marcelino Atmadja-


-

Lima bulan di kota orang, Marcel belum juga merasa nyaman di kota tersebut. Memang benar keluarganya sudah kembali menjadi keluarga yang harmonis, tapi keadaan Marcel dan teman-teman sekolahnya yang tidak harmonis. Tidak seperti dulu, bila ia pulang sekolah langsung main bersama teman-temannya.

Tapi, sekarang berbeda. Ia tidak pernah bermain, berbaur dengan orang lain pun tak bisa. Bukan, bukan karena Marcel tak bisa bergaul. Hanya saja ia malas untuk berkenalan. Marcel terkenal dengan kedinginnannya di sekolah itu. Jadi wajar jika Marcel tak mendapatkan teman.

Banyak perempuan yang terpikat dengan Marcel, Tapi Marcel mah acuh. Tak peduli. Pernah sekali ada seorang perempuan yang mencoba mendekati Marcel. Perempuan itu terus menggoda Marcel. Marcel risih kan tuh, terus Marcel malah mengatainya membuat perempuan itu langsung menjauhi Marcel. Mungkin karena itu ia tak mendapatkan teman.

Malam pun tiba, Marcel tengah membaca buku pelajarannya. Ulangan akhir telah datang. Jadi, Marcel belajar lebih giat supaya dapat peringkat 10 besar. Setidaknya masuk 10 besar saja sudah ada kemajuan.

"Marcel.." panggilnya.

"Apa mah?" Marcel menyaut.

"Kamu betah tinggal disini nak?" tanya Mamah Marcel.

"Kayak yang mamah Liat aja gimana."

"Hmm, makan malam dulu yak nak. Mamah sudah masak makanan kesukaan kamu."

"Marcel mah apa aja suka mah." ucap Marcel.

"Kamu ini.. Yaudah, mamah sama papah tunggu di meja makan ya?" tanya Mamah Marcel.

"Iya mah."

-
Lili tengah belajar malam ini, ia sibuk dengan bukunya. Sama seperti Marcel. Lili merasa Lima bulan ini hari-harinya kosong tanpa adanya Marcel. Setidaknya, dengan melihat wajah Marcel secara langsung. Ia merasa kalau Marcel itu baik-baik saja. Bila video call, bisa sajakan Marcel berbohong. Ah, sudahlah.

"De, lo belajar mulu. Makan sana!" ucap David.

"Kak, aku kangen sama Marcel." ucap Lili.

"Lo video call-an setiap waktu. Masih aja kangen." kesal David. Ya, Marcel dan Lili emang selalu berhubungan setiap saat, ya namanya juga anak remaja.

"Iya sih. Aku alay ya kak?"

"Nggak, yaudah makan dulu nanti lanjut belajarnya. Mamah sama Papah juga udah ada disana." ucap David.

"Iya iya." Lili menyimpan bukunya dan pergi ke meja makan.

-

Malam semakin Larut, Marcel pun mencoba memejamkan Mata. Tapi, ia tak bisa. Ucapan orang tuanya saat di meja makan tadi sungguh sangat membuatnya bahagia.

Pikiran Marcel langsung tertuju kepada Lili. Ia mengambil ponselnya dan mulai mencari kontak Lili.

MarcelA : P
MarcelA : Li?

CLili : iya Cel?

MarcelA : kamu belum tidur Li?

CLili : belum. Emang kenapa?

MarcelA : Aku telpon ganggu gak?

CLili : tumben nanya? Biasanya langsung telpon?

MarcelA : Kan aku gak mau ganggu kamu tidur Li.

CLili : Ohh gitu. Yaudah.

Marcel menelpon Lili dan Lili langsung mengangkatnya.

"Guten morgen Li.." sapa Marcel.

"Ini udah Malem cel."

"Itukan ucapan buat selamat malam Lili."

"Guten morgen itu selamat pagi. Gak usah pake bahasa asing lah kalo gak bisa cel." ucap Lili sambil senyum-senyum gak jelas.
"Terus gimana? Yang bener itu gimana?"

"Selamat malam."

"Selamat malam juga."

"Hah?!"

"Li, kamu lagi apa?"

"Baru beres makan tadi. Kalo kamu?"

"Aku lagi bingung."

"Bingung kenapa?"

"Bingung aja, kenapa kamu selalu ada di pikiran aku. Harusnya aku bosen ya kan? Tapi, kok ini beda. Malah, pikiran aku maksa aku buat ketemu sama kamu. "

"Kamu mah gombal mulu."

"Gombal gimana? Ini beneran Li. Semua yang keluar dari mulut aku tentang kamu itu semuanya jujur. Gak ada rekayasa." ucap Marcel sungguh-sungguh.

"Ikatan tali antara sahabat mah emang gitu cel."

"Tapi, aku gak mau kalo kita cuma sahabatan."

"Pacaran gitu maksud kamu?" keluar dengan polosnya.

"Ya.. Gak tau hehe.."

"Cel, aku ngantuk. Udah dulu ya. Besok kan kita Ulangan fighting Cel." ucap Lili.

"Je t'aime Bonne nuit."

"Kamu ngeledek aku ya cel? Itu bahasa apa?"

"Hah? Eh nggak. Good Sleep Li, have a nice dream. Mimpiin Marcel ya."

Tut..tut..

Marcel menyimpan langsung ponselnya di atas nakas. Marcel menenggelamkan wajahnya di bantal dan merutuki dirinya atas kebodohannya.

"Duh.. Kok gue bisa keceplosan ngomong gitu sih? Arghh.. Apa gue harus ngajak Lili balikan ya?" Marcel Bingung.

"Nggak. Prinsip gue kan 'Dilarang keras balikan sama Mantan.' jadi, gue gak boleh baper lagi. Lagian, ini mungkin cuma obsesi." gumam Marcel.

"Eh tapi kalo obsesi gak mungkin kaya gini. Yaudahlah ajak balikan aja. Gue juga sayangkan sama dia."

"Li, tunggu gue pulang ya. Jangan sama orang lain dulu." ucap Marcel. Yang saat ini ia sudah seperti orang gila ngomong sendiri.

Lili mah sekarang lagi senyum-senyum. Dagdigdug ser juga. Lili berusaha untuk tidur. Tapi, karena Marcel Lili tidak bisa tertidur. Ia masih kepikiran dengan ucapan Marcel.

"Marcel, bisa gak sih kamu gak buat aku baper. Kalo aku baper, emang kamu mau tanggung jawab?" ucap Lili.

"Jantung aku deg-degan cel. Apalagi, pas Kamu gombalin aku."

"Jujur ya, aku masih sayang sama kamu cel. Bahkan semenjak kita putus pun aku masih sayang sama kamu. Apa kamu tau perasaan aku cel? Mungkin nggak. Tapi, aku gak tau. Kalo ini obsesi, pastinya aku bakalan gampang lupain kamu. Tapi, ini bukan sekedar obsesi semata. Ini beneran rasa sayang ini tumbuh semakin hari semakin membesar. Aku juga gak tau kenapa ini terus tumbuh. Yang jelas aku sayang sama kamu." ucap Lili.

"Selamat malam Marcel, Tidur yang nyenyak ya." ucap Lili.

--

Hey

[SUDAH DI REVISI]

Tempramental Boyfriend [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang