Ambigu (masih dua tahun yang lalu)

4 0 0
                                    

"Jess. Jessi!"

Terdengar suara yang sangat Jessi kenal, suara yang bisanya sangat ia sukai, suara yang sangat menenangkan, suara yang selalu membuatnya tertawa.
Tapi kali ini, dia ingin sendiri. Ia tak ingin mendengar suara itu. Ia tak ingin menikmati betapa menenangkannya suara itu.Semuanya berbeda, tak seperti kemarin.

Dengan cepat Jessi berlari meninggalkan parkiran sambil mengusap setiap tetes air mata yang mengalir di pipinya.
Berlari tak tentu arah, yang terpenting ia ingin sendiri. Menyendiri.

"Jess...."

Samar-samar suara itu terdengar. Sesekali Jessi berbalik, memastikan kalau orang yang memanggil-manggil namanya tak mengejarnya lagi.
Dengan langkah gontai, Jessi berjalan menyusuri jalan. Kakinya melangkah tak tentu arah, hingga ia berhenti di sebuah taman kota. Duduk di bawah pohon yang sejuk nan rindang, sambil memandangi setiap pemandangan yang ada di taman itu.

"Are you okey?"

Jessi berbalik mendengar suara itu, dan terlihat ada Rafa di sana.
Dia pun tersenyum miris dan kembali memandang ke depan.

"Sorry" ucap Rafa pelan

Jessi memandang Rafa tak mengerti, seakan mengatakan 'untuk apa?'

"Buat apa yang terjadi di parkiran_"

"Lo gak salah kok Raf", potong Jessi cepat

Rafa menghembuskan nafasnya kasar, seakan itu adalah masalahnya. "Gue gak tau kalau kalian berdua pernah jadian" lanjutnya "dan gue..... ju...ga gak tau ka...lau lo...." Rafa sengaja menggantungkan kata-katanya kemudian menatap Jessi.

Jessi pun melakukan hal yang sama yang menyebabkan pandangan mereka bertemu

"Suka sama Alzi" lanjut Rafa lirih, takut hal itu akan membuat kesedihan Jessi berlanjut

Jessi segera mengalihkan pandangannya dan tersenyum miris. "Udah lah Raf, gak udah di bahas. Lupain aja kejadian hari ini" ucapnya, tatapannya jauh menerawang ke depan

"Lo beneran suka sama Alzi Jess?" Tanya Rafa memastikan

Jessi menatap Rafa kemudian tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

"Alzi itu temen baik gue Raf, hubungan kita murni pertemanan. Tanpa ada rasa suka. Gue suka sama dia itu cuma sebatas temen. Dia asik di ajak ngobrol, dia baik"
Jessi menjeda ucapannya sebentar "He is perfect. But we just friends" lanjutnya lesu. Tapi di iringi senyum manisnya yang terpaksa

"Yakin lo beneran gak suka sama dia Jess?" Potong Rafa

Jessi mengerutkan keningnya bingung

"Maksud gue--- e_ lo beneran gak suka sama dia?" Lanjut Rafa seakan mengerti kebingungan Jessi

Jessi pun tersenyum dan menggeleng lagi "gak kok" jawabnya singkat

Rafa pun langsung menghembuskan nafas kasar "gue pikir lo beneran suka sama dia" ucap Rafa sambil mengalihkan pandangan ke depan. Jessi menatap wajahnya dari samping. "Kalau lo beneran suka sama dia, lebih baik lo bilang jujur Jess. Karna menahan itu sakit, apa lagi kalau orang yang kita suka dekat sama orang lain" tambahnya

"Maksud lo?"

"Gue pernah ngerasain itu Jess", pandangan Rafa kembali memandang Jessi. Mereka saling tatap. "Gue harap lo gak nyesel nantinya. Lo tau kan kalo sebentar lagi kita bakalan lulus?"

Jessi mengengguk tanda mengiyakan

"Alzi mau lanjutin study nya di Jerman" lanjut Rafa

"Lo tau dari mana?"

Mak ComblangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang