Veranda duduk terdiam menatap ruang operasi dimana saat ini Naomi sedang mempertaruhkan hidup dan matinya, air matanya tampak kering dimata indahnya dan menyisahkan tatapan kosong tak bernyawa. Fokusnya hilang, buyar bersamaan dengan malam yang semakin larut, mengabaikan Alena sang Mama yang saat ini masih duduk disebelahnya sambil mengusap bahunya. Dia tak memperdulikan hal itu.
"benar yang kau katakan tadi ? Bahwa seseorang yang saat ini berada didalam sana adalah kekasihmu ?" Veranda menoleh pada Papanya yang sedang menatap intens pada dirinya.
"iya, dia kekasihku" jawab Veranda tegas.
Freddy memijat pangkal hidungnya, dia benar-benar tak terima putri bungsunya terikat pada hubungan menjijikan yang tak memiliki masa depan bagi keduanya.
"hentikan hubungan ini, kalau tidak..."
"kalau tidak apa ?" putus Veranda memotong omongan Papanya sendiri. Untuk pertama kalinya dalam hidup seorang Veranda dia menatap tajam pada Papanya sendiri bahkan memotong omongannya.
"tak ada masa depan bagi hubungan seperti ini ! Saya malu jika ada salah satu anak saya memiliki hubungan sakit seperti ini !" balas Freddy tajam.
"hubungan ini gak sakit ! Hubungan ini saya dan Naomi yang menjalaninya dan jika anda malu mempunyai anak dengan hubungan yang beda diantara lainya tak usah anggap saya ada lagi !" balas Veranda tak kalah tajam.
Freddy mengusap wajah kasar mendengar putrinya yang berani menentangnya, dia berfikir bahwa perempuan yang bernama Naomi itu telah membawa pengaruh buruk pada anaknya.
"oh, jadi karena perempuan jalang itu kau berani menentang Papamu hah !! Katakan pada saya apa yang telah dia berikan untukmu sampai kau berani melawan saya ??
"perempuan yang Papa maksud mempunyai nama, dan namanya adalah Naomi. Dia memang tak memiliki harta yang banyak untuk memenuhi keinginan saya, tapi dia selalu mengusahakan apapun untuk membuat saya bahagia lebih dari harta yang Papa kasih untuk saya !" kata Veranda tegas.
Freddy mengeraskan rahangnya, emosinya sudah sampai keubun-ubun mendengar pembelaan putrinya.
Brak
Freddy menendang keras bangku ruang tunggu. Sungguh emosinya ingin meledak saat itu juga, dia tak ingin anaknya terjerat dalam lingkaran dosa tak terampuni ini, sebagai sosok Ayah, Freddy merasa dia gagal membimbing anaknya ke jalan Tuhan, justru kini anaknya sudah tersesat dalam hutan bernama Dosa. Dia takkan mampu mengampuni dirinya sendiri jika anaknya mengambil langkah lebih jauh lagi, dia harus mengambil ancang-ancang memutus mata rantai hubungan ini dengan langkahnya sendiri.
"kau tidak boleh lanjutin hubungan ini lagi, karena...."
"karena apa hah !" omongan Freddy lagi-lagi dipotong oleh Veranda benar-benar membuat emosinya habis.
"KAMU TETAP TIDAK BOLEH BERSAMANYA !!" bentak Freddy.
"SAYA TIDAK PEDULI !!"
PLAK
Tamparan keras langsung singah dipipi Veranda hingga menimbulkan bercak merah. Jika kalian berfikir tamparan itu berasal Freddy yang tak tahan dengan emosinya atau Alena yang saat ini sudah menanggis sesunggukan melihat pertengkaran ayah dan anak itu ? Kalian salah. Justru tamparan itu berasal dari Kinal yang sudah menatap tajam pada adiknya yang sedang menunduk.
"kamu berani membentak papamu huh !? Aku sendiri sebagai seorang kakak tak pernah berani melakukan hal itu" kata Kinal tajam.
Suasana semakin bertambah mencekam, beberapa polisi yang ditugaskan mengawal ruang operasi secara perlahan mulai pergi meninggalkan lorong ruangan itu. Memilih menyelamatkan diri sendiri demi secangkir kopi dan sebungkus rokok dari pada menonton drama keluarga atasan mereka.