Angin masih berhembus, bulan masih bersinar, begitu pula dengan bintang. Mereka yang indah dengan cahayanya masing masing. "Masing-masing" kata yang sangat jelas menggambarkan bahwa mereka tidak pernah akan menjadi "satu"
•••••••••••
6 Mei 2016
Lorong itu sangat sepi. Terlihat seorang laki laki sedang duduk dengan raut wajah yang begitu berantakan.
Hancur. Laki laki itu merasa hancur. Ia merasa gagal melindungi gadis yang sering memanggilnya dengan sebutan oppa itu.
Ia seorang dokter namun tidak bisa membantu gadis itu. Ia hanya bisa berdoa dan berharap. Berharap adik sepupu kesayangannya itu akan baik baik saja.
Sementara itu tidak jauh dari posisinya, seorang ibu dan anak perempuannya sedang menanti, ibu itu berharap agar putranya dapat bertahan.
Kejadian itu begitu cepat. Tidak ada seorangpun yang memperkirakan sesuatu seperti ini akan terjadi.
••••••
"Sungguh keterlaluan kau Hwang Minhyun.." itu lah kalimat yang Soojung pikirkan terakhir kali, sebelum tubuhnya terdorong dan membuatnya menyaksikan sebuah kejadian yang sangat ia inginkan.
Di hadapannya, ia melihat laki laki itu terbaring lemah bersimbah darah. Yang tanpa hitungan detik gadis itu merasakan hal yang sama, sebuah sepeda motor menghantam tubuh mungilnya dan membuatnya terpental beberapa meter dari sahabatnya itu.
Dapat ia rasakan perihnya gesekan aspal di pipinya. Entah apa yang terjadi dengannya kini, seperti apa kondisinya ia tidak perduli.
Ia sempat mengangkat lengan kirinya untuk menggapai tangan laki laki yang berhasil menguasai hatinya itu. Namun terlalu jauh, hingga akhirnya kegelapan menguasai dirinya.
••••••••
Sudah 2 minggu lamanya Soojung terjebak di dalam tidur panjangnya. Sementara itu di sisi lain dari kamar itu seorang laki laki yang seumuran dengannya juga merasakan hal yang sama.
Hanya saja kini ia sudah sadarkan diri. Kalau saja takdir tidak berpihak padanya.. mungkin ia tidak akan pernah lagi merasakan hangatnya sinar matahari di musim semi yang cerah.
2 rusuk yang retak, patah di lengan kiri, dislokasi lutut kanan dan lebam di sekujur tubuh. Sungguh mengerikan. Ketika ia bangun rasa sakit langsung menyergap dirinya.
Ia dapat melihat ibunya yang terlelap di tepi tempat tidurnya. Air matanya mengalir. Ia bersyukur masih selamat, hanya saja ia merasa bahwa kini dirinya tidak akan sama seperti dulu.
Kembali ia pejamkan matanya. Mencoba mengingat kembali kejadian malam itu. Gadis itu.. ia memikirkannya. Gadis yang ia tabrak malam itu, dan seseorang yang terbaring lemah dihadapannya.
"Ku harap ia baik baik saja." Gumamnya dalam hati.
•••••••••••
"Saat ini ia sudah sadar dari masa kritis, tapi kami masih harus terus memantau kondisinya.."
ucapan dokter itu membuat hati wanita bernama Lee Youngae itu sedikit lega. Setidaknya anak laki lakinya itu sudah berhasil melewati masa masa yang riskan.
"Minhyun-ah.." Ia mengusap kepala anaknya dengan penuh kelembutan. Anak laki laki bernama Minhyun itu membuka matanya perlahan. Menatap wajah ibunya yang semakin tirus sejak terakhir kali ia lihat.
"Kau akan baik baik saja.. ibu akan menjagamu.. kau tidak perlu khawatir." Wanita itu susah payah menahan air matanya, ia tidak ingin terlihat menyedihkan dihadapan anak laki lakinya itu.
Minhyun yang kala itu menyelamatkan Soojung tidak tahu menahu kelanjutan dari kejadian malam itu.
Ia tidak tahu, bahwa seseorang yang ia berusaha lindungi malam itu, sama sama dilarikan ke rumah sakit.
"Soo..jung.." suaranya sangat parau ketika menyebut nama itu. Hanya itu yang bisa ia katakan saat ini. Tubuhnya sangat lemah. Bahkan untuk berbicara saja ia merasa tidak memiliki tenaga.
Sementara itu, wanita yang ia ajak bicara tidak tahu, apa yang harus ia katakan pada putranya itu. Ia tidak ingin membuat putranya merasa bersalah karena kini kondisi gadis yang ia selamatkan justru tidak lebih baik darinya.
"Istirahatlah.. kau belum sepenuhnya pulih." Wanita itu kembali mengusap kepala anaknya. Di genggamnya erat tangan Minhyun. Tangan yang hangat, persis seperti almarhum suaminya.
"Maafkan ibu nak.. tetapi ibu belum bisa mengatakan keadaan gadis itu padamu.." gumamnya dalam hati.
••••••••••
"Lee Soojung.. kumohon bertahanlah.. apa yang harus kukatakan pada Minhyun nanti kalau ia sudah siuman.." Choi hara menggenggam erat tangan sahabatnya yang begitu lemah. Dapat ia lihat beberapa lebam dan luka kecil.
"Lihat ini tangan cantikmu.. astaga Soojung.. kenapa ini harus terjadi pada kalian.." Air mata Hara kembali jatuh. Ia mengusap tangan Soojung lembut. Matanya tidak lepas dari tangan mungil itu.
Gadis itu tidak berani menatap wajah gadis dihadapannya. Terlalu sesak untuk menyaksikan kondisi sahabatnya yang sedang terbaring lemah.
"Cepatlah sadar.. dan kembalilah mengeluh karena suara berisikku.." ia mendekap tangan Soojung ke pipinya. Ia sangat merindukannya.
Kini musim semi hampir berakhir.. dan beberapa daun mulai berguguran, bersamaan dengan harapan harapan yang belum sempat terwujud.. mungkinkah ini saatnya mengucap perpisahan?

KAMU SEDANG MEMBACA
The Moon and The Star
Fanfiction"Kalau ku ibaratkan.. Ia bagaikan bintang yang berhamburan di langit luas.. memenuhi langit malam yang sulit kau tebak.. Bintang yang tidak pernah berubah.. Hanya saja disuatu malam ia akan muncul dan di malam berikutnya ia akan hilang.. Lalu.. Baga...