Semuanya berkumpul. Berdiri mematung didepan sebuah jeruji besi. Tak ada yang berani mengeluarkan suaranya apalagi berbuat sesuatu. Semuanya kalut dalam pikiran masing-masing.'Apa bebar-benar dia?'
Tak ada yang tahu. Jika yang membuat semuanya jadi begini adalah dia ataupun bukan.
Tak ada yang menyangka dan tak ada pula yang menyangkalnya.
Tak ada yang tahu bahwa ia berbohong atau mengatakan yang sejujurnya.'Apa kita melakukan hal yang benar?'
Entahlah. Mereka semua cemas apa ini memang harus dilakukan atau tidak.
Tapi..... Memangnya apa arti 'benar' yang dimaksud oleh mereka?
Bukankah selama ini mereka hanya menganggap yang mereka lakukan itu adalah benar?
Tak peduli bagaimana dari sudut pandang yang lain.
Jika mereka menikmatinya, maka itu adalah hal yang benar menurut mereka.Tapi.....
Kenapa semuanya ragu seakan-akan tak tau apa yang sebenarnya mereka lakukan.
Apakah mereka terjebak dalam pikirannya sendiri?
Hah, seperti anak ayam yang baru saja menetas, yang masih ragu untuk keluar menghadapi dunia yang kacau.
Sebelumnya, mari kuperkenalkan diriku.
Aku adalah seorang penyendiri dikegelapan malam, angin malam yang dingin sudah biasa menjalar menyentuh kulitku.
Orang-orang takut padaku.
Ahh... tidak-tidak..
Aku hanya bercanda hahaha...Well, sebenarnya tidak juga..
Sebagian besar dari mereka hanya menganggapku sebagai seorang Pemuda lugu.
Pemuda kekanakan yang hanya suka bermain-main.
Pemuda berhati lembut, yang mungkin bahkan tak bisa membunuh seekor serangga kecil.
Seorang pemuda yang selalu penuh dengan imajinasi di dunianya sendiri, lalu membual tentang semacam pembunuh berantai, penguntit, detektif hebat, Superhero, dan Senjata Rahasia CIA.
Begitulah mereka melihatku, hanya seseorang yang terlalu polos dan tak tau betapa kejamnya dunia.
Terkadang disaat aku bercerita, mereka bertanya kepadaku,
Apakah aku gila?
Lalu menertawakanku.Menganggap semuanya hanya sebuah lelucon belaka.
Tetapi,
Bagaimana jika aku sebenarnya serius dan mengatakan yang sebenarnya terjadi?
Tentu saja mereka tak pernah memikirkan itu.
Dan begitu juga dengan dirimu, bila tiba saatnya nanti, kau bisa menilainya sendiri.
Apakah aku gila atau tidak, apakah aku hanya berhalusinasi dan membual atau mengatakan yang sebenarnya terjadi."Hey Jeon Jungkook!"
Merasa terpanggil, aku mencari arah suara yang memanggil namaku.Jimin hyung?
"Hyung!" Aku berjalan menghampirinya. Sudah lama aku tak bertemu dengannya
"Ada apa? Apa kau merindukanku?" Aku mengeluarkan smirk andalanku, yang membuatnya memutarkan bola mata lalu pura-pura ingin muntah hahaha...
"Yah-yah baiklah, iya, aku merindukanmu, lebih tepatnya aku merindukan cerita-ceritamu, minggu lalu kau bercerita dan lalu pergi seenaknya membuat orang penasaran dengan lanjutannya " jawabnya sambil tertawa renyah.