oneshot

1.4K 201 99
                                    

"Miryang tadi pagi diserang musuh, untung kami selamat semuanya..."

Lelaki dengan rambut berwarna abu-abu menatap dinding rumah yang dicat berwarna biru muda setelah membaca kata demi kata yang tercetak di kertas yang sudah berubah menguning tersebut; ia tidak perlu membaca keseluruhan isi dari keras kuning itu, tentang linimasa berita dan seluruh kejadian yang seolah-olah baru terjadi di hari senin kemarin.

Ia sesekali melirik jam yang diletakkan diatas lemari pajangan yang berisi seluruh foto-foto dan teko-teko antik yang ia kumpulkan dengan rajin sejak masih muda.

23:45

Aku tidak tahu kenapa aku masih duduk di sofa ruang keluarga saat tengah malam seperti ini dengan memegang sebuah kertas tua berwarna kuning dan menghitung detik demi detik waktu yang akan terlewati.

23:50

Berapa lama lagi aku harus menunggu? Apakah aku boleh seperti ini terus? Apakah aku harus masuk ke kamar tidur dan terlelap dibawah selimut hangat agar besok pagi dapat melakukan aktivitas seperti biasa?

Ia menghela napas pelan, masih menatap sendu dinding yang berada di depannya.

"Kamu belum tidur?" seorang lelaki dengan suara lembut bertanya dari ambang pintu.

Ia memutar badan dan mengulum bibir menatapnya sebagai jawaban.

Lelaki itu berjalan mendakat, menyisir rambut yang dulu hitam tetapi telah berubah warna menjadi abu-abu seiring berjalannya waktu. "Tidurlah."

Ia menggelengkan kepala. Sifat keras kepala yang tidak pernah luntur.

"Berhentilah dan tidur."

"Nanti dulu." Ia bersuara pelan, sekali lagi menatap jam yang yang berada di atas lemari.

23:55

"Waktunya akan tiba." Ia berbisik, menarik ujung piyama lelaki yang menghampirinya, menyuruh ia untuk duduk di sampingnya.

Lelaki yang ketampanannya tidak akan pernah hilang seiring berjalannya waktu itu menurut, menggenggam kedua tangan keriput Jeon Wonwoo dan menariknya dalam sebuah pelukan--menyandarkan kepala itu ke dadanya setelah menyelimuti diri mereka berdua dengan selimut hijau yang ia bawa dari kamar tidur mereka.

00:00

"Mau mendengar ceritaku?"

Lelaki itu mengangguk sambil mengelus rambut abu-abu yang menggelitik lehernya. "Tentu, aku ingin mendengar ceritamu lagi."

---TS--

Ada masa-masa ketika perang dingin masih berlangsung dan perang korea sudah sampai pada akhir, saat itu ia berumur 20 tahun.

Terbangun di pagi hari dengan sinar matahari yang mengintip dari balik tirai jendela dan aroma sup kimchi yang tercium di udara. Dinding kamar yang berwarna hijau pistachio terlihat berkilauan ketika sinar matahari mengenainya dan tirai yang bergerak ketika dihembus oleh angin pagi. Meskipun ia telah terbiasa dengan udara pagi Busan yang dingin, tetapi masih saja menggigil seperti ini.

Cepat-cepat ia menyingkap selimut dari tubuhnya dan bergegas ke kamar mandi ketika teringat bahwa hari ini adalah hari pertama bekerja di kedai kecil milik Paman Lee, meskipun Paman Lee adalah kerabat tetapi ia tetap harus memberikan kesan yang baik sehingga ia tidak perlu merasa tidak berguna karena tidak lolos masuk ke dalam daftar tentara perang.

Setelah mengeringkan rambut hitam pendeknya, ia mengenakan seragam kerja yang terdiri dari celana bahan hitam dan kemeja putih kebesaran milik kakak laki-lakinya. Menatap dirinya lekat-lekat di cermin besar yang terletak dekat jendela, ia tersenyum berlatih membuat senyum terbaik untuk hari pertamanya bekerja.

[✓] Travelin' SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang