"HP GUEEEEEEEEEE. WHAT THE AAARRRGGGHHHH..." Teriak Alia histeris.
Emosinya sudah di ubun-ubun. Berjam-jam dia gelisah dan berulang kali membongkar barang-barang untuk menemukan piranti itu, bahkan dia tidak bisa mengikuti pelajaran setenang biasanya, karena pikirannya terpecah pada HPnya yang tiba-tiba tak berbekas. Dan di sana Brilian dengan tidak tahu sopannya, menjadikan sumber kepanikannya sebagai bahan lelucon.
Alia tidak Paham, dosa apa dia sebenarnya. Kenapa Brilian selalu mengganggunya seenak jidat pemuda itu.
Alia berlari menuju kantin mengabaikan Dinda yang memanggil-manggil namanya.
Dia mengedarkan pandangannya, mencari spesies langka yang paling menyebalkan di alam semesta itu.
Brilian tersenyum lebar melihat Alia celingak-celinguk dengan wajah kesal mencarinya.
"Jangan lebar-lebar kalo senyum, robek tahu rasa deh lo." Ledek Ody yang mengetahui sumber senyuman temannya itu.
"Elah dy, dy. Biar aja robek, dari pada ntar di robeknya ama si Alia." Sahut Bayu meledek.
Brilian tertawa kecil menanggapi gurauan teman-temannya.
Alia mendekat Kearah Brilian yang duduk diatas meja, dengan tampang sok coolnya yang membuat Alia mual. Sedang cengingisan bersama teman-temannya, di meja paling pojok, tempat favorit para perusuh sekolah berkumpul. Lengkap dari yang masih kelas sepuluh, hingga kelas dua belas. Lucunya, mereka semua oke-oke saja, saat Brilian yang di nobatkan sebagai ketua geng. Kemana sebenarnya kegarangan pemimpin preman sekolah sebelumnya, hingga mau bertekuk lutut di bawah kuasa Brilian.
Brilian
Brilian
Brilian
Tidak habis-habisnya kesal dalam hati Alia jika membahas cowok tengil satu itu.
Uurrggghhhhh ingin rasanya Alia mengandangkan saja cowok resek bernama Brilian ini. Pasalnya bukan sekali-dua kali Alia jadi bahan ke usilan Brilian. Terakhir kali, Brilian berhasil membuatnya kalang kabut dengan menyembunyikan sebelah sepatunya dan menukarnya dengan sepatu anak lain saat Alia sedang Sholat di Masjid sekolah.
Awalnya Alia biasa saja seperti tidak ada yang salah. Karena bentuk sepatu khusus Senin-Selasa di Pundi Negara memang sudah di tentukan dari sekolah, Jadi semua sama. Hingga akhirnya dia merasakan ada yang aneh dengan ukuran sepatu itu, sedikit lebih besar dari biasanya.
Mana bisa sepatunya mekar seketika. Alia mengecek ukurannya yang memang berbeda, dan tidak ada namanya di alas sepatu itu. Akhirnya Alia memutuskan untuk kembali ke Masjid dan menanyai beberapa adik kelas, barang kali tertukar dengan miliknya.
Banyak dari mereka mengatakan tak tahu, tapi akhirnya Alia mendapatkan titik cerah saat seorang teman seangkatannya mengatakan sepatunya tertukar juga. Dan benar saja, sepatu yang di gunakan Alia adalah sepatu gadis itu, tapi masalahnya, sepatu yang ada pada gadis itu bukan milik Alia, satu ukuran lebih kecil. Membuat Alia kehilangan harapannya. Dia masih berusaha mencari-cari, hingga harapan keduanya datang menghadirkan drama yang sama. Sepatu yang di bawa Alia adalah miliknya, sedang yang dibawa anak itu bukan milik Alia. Terus begitu hingga berulang kali. Setelah frustasi Alia memutuskan untuk membuat pengumuman di TU.
Malu, sangat-sangat malu sebenarnya, dia harus membuat pengumuman kehilangan sebelah sepatunya, lebih tepatnya tertukar di Masjid sekolah. Satu sekolah menertawakan dirinya yang kesana kemari ribut mencari sepatunya.
Beruntunglah Cinderella dengan pangeran di akhir cerita bahagia mereka. Dan sungguh agungnya sepatu kaca Cinderella yang hilang sebelah. God..... Agung apanya... Alia bukan Cinderella... Jelas bukan, berharap saja pasti akan di tertawakan habis-habisan oleh si penyulut emosinya-Brilian. Kesal sangat... Jadi bahan lelucon di sekolahnya, karena manusia kurang PR macam Brilian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lalaland-nya Brilian
Teen FictionA: Aku Jahat. Ku abaikan hati yang datang dengan jutaan kasih dan ketulusan. B: Biarkan ribuan rahasia tersimpan dalam sebuah diam. C: Cara saya datang dan menetap adalah sebuah hal, yakni ketulusan. Dan bagaimana saya datang, itu karena sebuah tata...