" Bersyukur atau menyesal? Aku tak tahu untuk menyimpulkan. Karena Aku benci kehilangan. "
______________________________________
"pelankan pak"
"zoom lagi pak"Mata tajam Rivan mengarah pada layar monitor saat ini. Rahang nya mengeras melihat kejadian itu. Ternyata benar dugaannya selama ini. Sungguh bagus Elliza menutupinya. Tangannya mengepal kuat kuat.
"saya copy kan rekaman ini" ucap nya datar tapi sangat menahan emosinya.
Bapak bapak tersebut langsung meng-copy rekaman tersebut kedalam sebuah flashdisk.
Setelah dicopy, ia segera menemui Elliza. Tapi saat di apartemen Elliza, ternyata ia masih sekolah. Sehingga Rivan menunggunya sampai pulang sekolah.
Tak berselang lama, Elliza datang dengan pakaian seragamnya.
"hai Rivan! Udah lama nungguin aku? " sapanya ramah setelah itu ia berjalan ke dapur untuk minum. Dapurnya langsung mengarah pada ruang santai yang Rivan gunakan.
Rivan masih mencoba tenang. Ia setelah itu juga mengambil minuman dingin di kulkas.
"Rivan, aku kayaknya mau mandi dulu. Bau. Habis sekolah. Aku kekamar dulu ya" ucapnya lalu bergegas meninggalkan Rivan.
Drtttt.... Drttt.....
Rivan mencari bunyi itu. Tepat disamping tubuhnya. Ponsel Elliza yang ketinggalan sepertinya bergetar. Rivan mendekat.
'skilev is calling'
'skilev? ' tabnyanya dalam hati.
Rivan melihat ke arah kamar Elliza. sepertinya Elliza membutuhkan waktu lama untuk mandi. Ia memegang handphone itu dan menggeser tombol berwarna hijau.
"lama banget lo ngangkatnya. Lo ngapain? Pokonya jangan diulangi lagi kalau ada Velix telepon "
Rivan mengepal. Ternyata Velix dan Elliza sama sama saling kenal. Ia membiarkan Velix berbicara tanpa niat untuk membalas ucaannya.
"lo diam aja. Lo masih marah gara gara kemaren? "
"ok kalau gitu. Gue ada kabar bagus untuk lo. Waktu gue tinggal satu minggu lagi buat menangin taruhan itu. Dan kabarnya gue akan dapat uang sekitar seratus juta. Kalo lo pulang ke Indonesia, gue beliin lo apapun yang lo minta. Dan oh ya, Ticha kayaknya emang bener bener Udah ngejauh dari Rivan. Kayaknya dia benci banget sama Rivan. Itu kesempatan lo buat ngedeketin Rivan. Pokoknya gue terima kasih sama apa yang udah lo lakuin untuk bantu gue buat menangin taruhan untuk mem-pacari Ticha"
Mendengar ocehan tersebut, Rivan memukul pelan meja dapur.
"ok deh, itu aja informasi dari gue. maafin gue kemaren. Padahal menurut gue lo cium Rivan itu udah bagus. Gue kira dengan lo cium dia, dia pelan pelan akan suka sama lo.tapi lo sendiri bilang, lo disebut gila sama dia. Yaudah deh nggak usah dibahas itu lagi. Gue males denger nama Rivan. Semoga lo beruntung hari ini. Bye"
Percakapan tersebut langsung dimatikan oleh Velix di seberang sana. Yang sedang Rivan pikirkan sekarang, Ticha sedang dimanfaatkn oleh Velix dan apa yang terjadi antara Velix ataupun Elliza.
Ia mengembalikan ponsel itu ke tempat semula. Dan ia kembali duduk di sofa dengan sekaleng minuman. Sekitar sepuluh menit, Elliza datang.
"kamu kangen sama aku? "
Rivan masih diam.
"Rivan, jawab dong! "
"kamu mau minta maaf soal kamu mengatai aku gila? "
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Derajat [Completed] ✔️
Подростковая литература"Percayalah, berhentinya putaran itu karena elo." Kata orang, cinta itu seperti matahari. Tenggelam di satu tempat, terbit ditempat yang lain. Tapi bagi Rivan Aditya Putra, kalimat itu sama sekali tidak berlaku buat mantan satu-satunya yang bernama...