Suasana meja ma
kan hanya diisi keheningan, tak ada canda tawa yang biasa keluar dari kedua kakak beradik yang selalu menggangu satu sama lain atau suara orang tua yang melerai keributan keduanya,kini hanya ada suara dentingan suara sendok yang beradu dengan piring tanpa. Suasana benar-benar sunyi.Alena,Freddy dan Kinal sesekali mencuri perhatian pada Veranda yang hanya diam mengaduk-ngaduk isi piringnya, ketiganya dilingkupi suasana bingung dan kasihan pada Veranda yang seolah kehilangan separuh jiwanya. Tapi bagaimana pun ketiga orang itu tak bisa menerima hubungan terlarang yang diam-diam sudah dijalani Veranda cukup lama, tapi melihat kondisi Veranda seperti ini membuat mereka dilema. Apakah mereka mengalah demi kebahagiaan Veranda ? Atau malah tetap berpegang teguh pada norma dan hukum agama yang tak mungkin bisa dinegosiasi dengan malaikat dihari penghakiman terakhir ? Atau hanya pasrah pada Tuhan berharap bahwa perasaan yang sedang dirasakan anaknya hanya sementara dan akan berubah seiring waktu.
Drrrttt...Drrttt
Getaran ponsel milik Kinal mengalihkan perhatiannya. Tertera nama Dhika disana membuat Kinal mau tak mau harus mengangkatnya.
"ada apa dhik ?" tanya Kinal.
"kantor sekarang. Naomi sudah sadar dan lagi dalam perjalanan buat pemeriksaan. Mungkin sebentar lagi dia sampai"
Kinal terdiam mendengarnya, sesekali dia melirik pada adiknya yang ikut menatapnya penasaran.
"iya, gue nanti nyusul kesana. Ada lagi ?"
"hm, gini nal. Yah lo taulah Pak Tora gimana.."
Kinal berdecak kesal. Tora Atmaja,atasannya itu pasti sedang berulah. Mengundang media massa untuk meliput berita penangkapan dengan berdalih bahwa dia memberi kontribusi terbesar padahal pria setengah tua itu hanya duduk diam saat rapat dan lebih memerintah bawahannya atau anak baru untuk melakukan pekerjaannya. Kadang Kinal bingung dengan kerja Kapolri jaman dulu, bagaimana bisa manusia yang mementingkan pencitraan media ini bisa mendapat jabatan sebesar ini ?
"terserah dia aja deh, palingan kalo ada pertanyaan dari media biarin dia aja yang jawab toh juga dia gak tau apa-apa kalo kita gak turun tangan. Siksa atasan sendiri sekali-kali gakpapa biar mampus sendiri tuh orang" Kinal bisa mendengar suara kekehan dari arah seberang, dan dia yakin bahwa Dhika menyetujui apa yang dia katakan tadi.
Kinal menutup telfonnya. Pandanganya fokus pada sarapannya dan dengan cepat dia menghabiskannya untuk menghindari tatapan adiknya yang masih menatap lurus padanya.
"aku pergi du.."
"aku ikut!"
Kinal menghela nafas gusar. Dia sudah tau bahwa adiknya akan mengeluarkan kata itu pada dirinya semenjak Dhika menelfonnya tadi.
"gak bisa. Kamu dirumah. Istirahat sama pikirkan kuliahmu" tolak Kinal.
"gak. Aku tetap ikut. Aku ingin bertemu Naomi" ucap Veranda mempertahankan keinginannya. Kinal benar-benar dibuat frustasi dengan sikap adiknya saat ini.
"kamu tetap tidak boleh ikut !" Kata Kinal tegas.
"aku akan tetap pergi meski tanpa ijin dari siapapun disini !"
"Veranda !"
Pragggg
Veranda melempar asal sendok dan garpunya. Dia beranjak meninggalkan meja makan dengan air mata yang luruh dari matanya namun dengan cepat dia menghapusnya. Meninggalkan meja makan dalam kondisi tak enak membuat Alena dan Freddy hanya mampu diam tanpa mau bersuara. Jika biasanya meja makan diisi dengan keributan kakak beradik yang saling menggangu satu sama lain, kini meja makan mereka berisi keributan dan bentakan. Entahlah siapa yang harus disalahkan akan keadaan seperti ini ? Veranda yang egois dengan hubungannya atau keluarganya yang terlalu mengatur hidupnya temasuk dalam hal percintaan ?