Diantara berjuta insan yang memijak bumi. Itu adak kita. Sama seperti mereka yang memiliki cerita lara serta nestapa masing-masing kita juga seperti itu.
Sebab itu..
Kita bukanlah cakrawala dan bentala yang memang tidak diizinkan semesta untuk bersatu. Tetapi, kita adalah Harka dan Renjana. Menyatu pada atma pada senyumnya Bentala yang menggenggam Hasya.
Happy Reading
---
Dissosiative identy Disorder atau DiD adalah salah satu jenis gangguan kejiwaan dalam skala paling berat. Gangguan mental yang ditandai dengan ciri utama perubahan identitas. Kerusakan memori, emosi, kesadaran, perubahan perilaku.
Penderita ini bisa memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda-beda di satu raga. Setiap penderita ini memiliki identitas yang berbeda dengan dirinya yang asli. Seperti: gestur, usia, ras/suku bahkan hingga berbeda jenis kelamin.
Tetapi pada Saga hanya Pradipta Saskara Varen.
Dipta melabeli dirinya sendiri sebagai laki-laki yang berstatus sebagai mahasiswa berusia dua puluh tahun, lebih muda limat tahun dari usia Saga yang sesungguhnya.
Dipta tidak mengakui Jagat sebagai seorang Ayah melainkan Kakak Laki-laki. Begitu juga dengan Narsa yang ia akui sebagai Kakak perempuan. Namun dibanding dengan Jagat, Dipta lebih mendengarkan dan menurut dengan Narsa.
"Kenapa tidak makan siang dulu baru meminum ini?" kata Jagat begitu berdiri di sisi sofa panjang saat ia menemukan presensi yang ia cari tengah tiduran di sana.
Jagat yakin jika pemuda itu tidak tidur, hanya memejamkan mata saja.
Tidak ada ekspresi yang berlebih di wajah Jagat. Ia hanya berdiri tenang dan kembali menyorot Dipta setelah melirik dua kaleng bir kosong tergeletak di atas meja.
"Tidak ada pengaruhnya dengan saya," cetus Dipta dengan nada santai tanpa mengubah posisinya.
Lelaki itu hanya membuka mata beberpa saat saja sebelum kemudian ia pejamkan lagi. "Abang sudah pulang? Tumben orang sibuk siang sudah di rumah."
"Tidak ada pengaruhnya dengan kamu tapi nanti Saga yang menanggung sakitnya Dipta," sahut Jagat tak bosan memperingatkan hal ini saat Dipta hadir. "Kamu puas. Tetapi di sisi lain ada yang menanggung penderitaan dari kesenangan kamu ini."
Ini bukan hanya sekedar peringatan semata karena memang seperti itu yang akan terjadi nanti. Saga yang akan diinfus atau mendapat penanganan medis sebab sakit lambung yang Saga rasakan tidak tertahan jika ia terbangun.
Dipta boleh kebal menahan rasa sakit tapi Saga tidak.
Dipta mendecakkan lidahnya, lalu kembali membuka matanya yang tadi terpejam, "Itu bukan urusan saya, salahkan Saga yang lemah." dan Dipta juga tidak akan bosan untuk menyangkal Jagat.
Lihat saja laki-laki itu memasang wajah cuek seraya tersenyum miring.
Ya, meski samar Jagat dapat menangkap smirik itu.
Perilaku Dipta yang terkesan membangkang kepada Jagat membuat pria itu terus menyabarkan dirinya. Terkesan menganggapnya tidak ada berbeda dengan Saga yang kerap mengidolakannya.
Jagat mengepalkan tangan kiri nya, naif sekali jika ia tidak sakit.
Orang-orang biadab itu benar-benar luar biasa mengorek tanpa ampun trauma Saga hingga membabat habis kesehatan psikologis putranya tanpa cela.
"Kita makan siang," putus Jagat memilih tidak memperpanjang lagi.
Jagat lebih memilih mengajak makan siang lelaki itu. Dipta itu sangat keras, dan tugas Jagat adalah tidak boleh lebih keras dari pemuda itu. Ia tidak ingin Dipta lebih jauh menantang dari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nawasena Hasya Narsa
ChickLitNote: Yang Baik diambil yang kurang baik dijadikan pelajaran (Mengandung Adegan Kekerasan) Hasya Narsa adalah dua Jiwa yang berbeda Dua ukiran wajah yang tak sama namun mereka sama Terpahat dalam kehalusan dan tersuguhkan dalam kelembutan Akan tet...