Dia Jung Jaehyun. 24 tahun. Seorang mahasiswa jurusan seni. Melangkahkan kakinya terburu-buru membelah karamaian kota Seoul di pagi hari. Namja tampan itu terus melangkahkan kaki-kaki panjangnya. Tak memperdulikan orang-orang yang tengah mengumpat kasar karena perbuatannya. Menabrak orang-orang yang tengah berjalan tenang di sekitarnya.
Tap!
Sedikit membungkuk dengan kedua talapak tangan yang menyentuh lutut. Namja berkulit putih tersebut akhirnya menghentikan langkahnya. Mencoba mengatur kembali nafasnya yang setengah-setengah.
Ia tegakkan tubuh jangkungnya. Tangan besarnya bergerak menuju pelipisnya yang terasa basah karena keringat. Mengusap kasar pelipisnya hingga kini pelipisnya tak lagi terlihat basah.
Memejamkan matanya sambil mengatur nafasnya. Namja tampan itu kembali berjalan. Namun kali ini dengan langkah yang lebih pelan. Mata tajamnya menatap sekitar. Memanjakan mata indahnya dengan pemandangan dedaunan maple berwarna orange yang mulai berguguran.
Senyum tipis menghiasi paras tampannya saat tangannya dapat meraih selembar daun kering tersebut.
"Ck, musim gugur cepat sekali datang," bisiknya pelan.
Kembali melangkahkan kaki panjangnya dengan sebuah senyum menawan yang melengkapi paras sempurnanya.
Matanya berbinar indah menatap sekelilingnya. Hingga mata tajamnya terhenti pada sebuah obyek. Berhenti tepat di titik terdalam sepasang manik coklat teduh itu.
Jung Jaehyun. Setelah selama setahun hidup dalam kegelapan. Kini mulai menemukan cahayanya.
Mata tajamnya tak lepas dari si sosok manis. Langkah kakinya membawanya mendekat pada sosok yang masih menatapnya tanpa bergeming itu. Atau mungkin ia tak bisa bergeming? Waktu seakan terhenti saat kedua manik mata itu bersatu dalam sebuah tatapan dalam yang begitu sirat akan sebuah perasaan yang tak bisa diartikan.
Jung Jaehyun mengabaikan sekelilingnya yang terasa berhenti. Bahkan jarum penunjuk detik di pergelangan tangannya tak bergerak sedikitpun diabaikannya. Ia hanya memfokuskan mata tajamnya pada sosok manis di ambang pintu cafe dihadapannya.
Tap!
Langkah kakinya yang panjang berhenti tepat dihadapan sosok manis yang tengah dibekukan waktu. Tangan panjangnya terulur untuk menyentuh pipi kiri si sosok cantik. Namun belum sempat ia menyentuh permukaan paras si cantik. Si empunya sudah berbalik memasuki sebuah cafe tempatnya berdiri tadi. Meninggalkan Jaehyun yang masih mematung menatap punggungnya yang mulai menjauh dari mata tajam Jaehyun.
Kring~
Suara lonceng kecil yang tertiup angin mengakhiri lamunan Jung Jaehyun. Membawa waktu kembali berjalan sebagaimana semestinya.
Dan Jaehyun, untuk pertama kalinya mengabaikan waktu berharganya. Untuk pertama kalinya namja berparas rupawan itu membiarkan perasaan yang selama setahun terakhir ini ia tahan menguasainya. Ia tak perduli jika pilihannya kali ini akan kembali membawanya dalam keterpurukan seperti satu tahun yang lalu. Ia tak perduli jika rasa sakit yang selama setahun ini ia coba tutupi kembali muncul. Ia tak perduli jika usahanya selama setahun ini berakhir sia-sia karena ia tetap tak bisa melupakan sosok cantik yang tengah ia pandangi itu. Dan dengan tekatnya, si namja tinggi melangkahkan kakinya memasuki cafe, menyusul sosok cantik yang telah berhasil memukaunya.
"Chogiyo, Tuan ingin memesan apa?" dan sebuah suara lembut membuyarkan lamunannya yang kini tengah berdiri mematung di ambang pintu.
Jaehyun menatap intens sosok manis di hadapannya. Tatapan yang sirat akan berbagai macam perasaan.