7. Secangkir Teh malam ini

10 0 0
                                    

Menatap Mu sama seperti menatap bulan dalam pekatnya malam, indah tapi wajah itu penuh dengan kepalsuan.

Vanka

Disini, di tempat biasanya Diska meminum teh di kedai sederhana milik seorang pemuda bernama Fahri. Seperti biasa gadis ini selalu menyempatkan waktunya untuk meminum teh buatan Fahri teman kecilnya.

Fahri masih sibuk dengan pekerjaannya, karena jujur saja kedai teh Fahri tidak pernah sepi di setiap malamnya, oh ia tidak hanya teh saja, melainkan berbagai minuman tradisional seperti kopi salah satunya. Tapi Diska lebih menyukai teh saja, makanya dia selalu menyebut kedai Fahri dengan sebutan kedai teh.

Laki-laki tinggi itu menghampiri Diska yang tengah duduk sendiri di bangku paling ujung kedai.

"Kenapa ke sini..." Tanya Diska pada Fahri yang saat ini tengah duduk dihadapannya.

"Gak papa, pengen nemenin lo aja..." Jawab Fahri bebas.

Diska mengedikkan bahunya, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya membaca buku cerita kesukaannya.
Tapi seseorang telah berhasil membuat buku cerita itu lepas dari tangannya.

"Baca cerita terus..., sini taruh dulu".

Fahri diam menatap lekat Diska, mencoba menerka lebih dalam manik mata hitam itu.
"Pasti ada masalah ?? cerita saja sama gue"

"Gak ada semuanya baik-baik saja, sini balikin !!" Rebut Diska mengambil kembali bukunya.
"Yang ada masalah sejak dulu itu lo, karena lebih mentingin usaha dari pada belajar" Ungkap Diska blak blakan.

Ya..., sejak dulu Diska memang selalu berkata pedas kepada siapapun, pengecualian kepada Papa nya, karena Diska akan menjadi gadis yang sangat manja jika sudah bersama Papanya.

"Sekolah yuk Ri.., sama aku"

Kembali meminum teh, Fahri masih tidak menjawab ajakan Diska.

"Why..?".

"Gak mau saja" kata Fahri.

Diska cemberut mendengar respon Fahri yang selalu saja sama. Padahal bagi Diska pendidikan itu lebih penting dari pada usaha kayak gini.

"Gue ngerti sih Ri impian lo seperti apa. Tapi apa gak sebaiknya lo sekolah dulu sama gue, habis itu lo kuliah masuk jurusan enterphreneur , lalu lo bisa buka usaha yang lebih besar dari ini. Enak bukan..., pendidikan dapet pekerjaan juga dapet". Jelas Diska yang sepertinya hawa setan hasutannya kembali bersemayam.

Tapi inilah Fahri, Dia lebih suka seperti ini, bukannya apa. Uang saja Dia tidak punya, kedua orang tuanya sudah lama meninggal, sebenarnya Fahri juga ingin sekolah sama seperti Diska tapi melihat kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan Fahri memilih untuk bekerja saja, padahal kalau Fahri tidak menyukai dunia usahanya, Papa Diska ingin membiayai pendidikannya Fahri, tapi Fahri tidak mau merepotkan siapapun, baginya membuka usaha kedai kopi sepertinya menjadi pilihan terbaik. Usaha kedainya itu murni Fahri mulai dari 0, sehingga sekarang Dia bisa menyicil untuk membeli rumahnya sendiri.

"Diska....!! Dunia Gue disini..., di kedai ini gue suka dengan pekerjaan ini. Jadi lo jangan tanya gue mau sekolah atau tidak. Karena jawabannya pasti akan tidak. !!" Pukas Fahri mencubit kedua pipi Diska.

HELLO INDISKA...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang