06

3K 568 27
                                    

Tok

Tok

Tok

Jisoo membalik badannya, mencoba untuk pergi lebih jauh ke alam mimpi, mengabaikan suara ketukan yang didengarnya. Seolah nggak ingin diabaikan, ketukan itu makin mengeras disertai suara yang samar-samar mulai dapat Jisoo dengar dengan jelas.

"BANGUN!"

Jisoo langsung mendudukkan diri. Dengan mata setengah terpejam, dia memandang pintu dengan malas. Dia segera bangun untuk membuka pintu saat gedoran terdengar semakin nggak sabar.

"Apa?" sahutnya marah. Tolong diingat, Jisoo baru aja tidur pukul satu, dan sekarang jam masih menunjukkan pukul dua.

Di hadapannya berdiri Taeyong yang bersedekap dada. Cowok itu nampak mengenakan kaos hitamnya dan celana jeans. Dia menatap Jisoo sengit. "Cepat siap siap," titahnya.

Jisoo mengusap matanya, menguap sekali, lalu masuk lagi ke kamar. Pintu akan sukses tertutup kalau aja Taeyong nggak menahannya. "Mau ngapain lo?"

"Tidurlah, kalo lo mau pergi ya pergi aja sendiri."

Taeyong diam. Tangannya masih menahan pintu agar nggak menutup. Karena jengah, Jisoo pun membiarkan pintu seperti itu dan beranjak naik ke kasurnya. Matanya mulai terpejam saat Taeyong berkata, "Oke, kalo gitu perjanjian kita batal."

Suara pintu yang ditutup dengan keras menyadarkan Jisoo. Buru-buru dia bangkit dan keluar kamar. Nggak jauh darinya Taeyong nampak sedang mengambil sepatu.

"Eits, tunggu tunggu, kasih gue waktu 30 menit!" katanya panik.

Itu adalah kejadian satu jam yang lalu, saat Taeyong dengan paksa membangunkannya. Sekarang di sinilah Jisoo berada, di depan ruko-ruko yang masih tertutup. Jika ditanya dia ada di mana, Jisoo akan menjawab nggak tahu. Yaa–jangan salahkan dia dong, salahkan mata Jisoo yang langsung tertutup saat memasuki mobil Taeyong.

Taeyong turun dari mobil disusul Jisoo setelahnya. Nggak jauh mobil mereka terparkir, ada banyak orang yang tampak duduk mengantri di depan ruko-ruko. Beberapa ada yang nampak sedang tertidur, berbincang, makan, pun hanya diam menggunakan selimut. Jisoo bingung. Soalnya langit aja masih gelap jadi ngapain banyak orang ngumpul di depan ruko kayak gitu? Oke, memang jalanan ibukota nggak pernah tidur kayak sekarang ini, tapi yang Jisoo tau kawasannya sekarang ini bukannya agak sepi? Maksudnya, bahkan penjual makanan di pinggir jalan aja cuma ada dua!

"Emm... Yong?"

"Hm?"

"Kita ngapain?"

"Bukan kita tapi lo."

"Haaa?" Sontak Jisoo menghadap pada Taeyong yang kini udah mengenakan jaketnya. Udara memang cukup dingin pagi itu.

"Lo pasti penasaran 'kan kenapa rame yang ngantri di sana?" Jisoo mengangguk mengikuti arah wajah Taeyong. "Mereka lagi ngantri action figure dan lo bakal ada di sana."

"Ha... ha... tapi ... itukan rame banget, Yong! Cari toko lain ajalah 'kan nggak mungkin action figure cuma dijual di satu toko."

Jisoo langsung menelan liurnya mendapati Taeyong mendeliknya. "Lo kira yang limited edition itu bakal dijual tanpa reservasi dulu? Asal lo tau ya gue udah buat reservasi buat action figure itu dari enam bulan yang lalu. Dan itu tuh cuma dijual terbatas seratus produk. Nah, coba lo liat sekarang di sana, udah berapa orang yang ngantri? Lo ngantri sekarang atau perjanjian kita batal?" Jisoo diam. Ingin rasanya dia ngehajar mulut Taeyong yang hanya berbicara panjang lebar kalo menyangkut mainan itu.

Nggak, sabar Jis. Ini semua demi Ong Seongwoo!

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Jisoo langsung menyebrang jalan lalu mengambil tempat di antrian paling belakang. Dia merentangkan alas duduk yang diberikan Taeyong dan mendudukinya. Untunglah alas itu cukup nyaman untuk diduduki. Kini Jisoo menatap sekelilingnya. Lamat-lamat dia mulai mengenali tempat ini. Toko ini adalah toko tempat action figure langganan Taeyong. Jisoo ingat pernah menemani Taeyong itu ke sini beberapa tahun yang lalu.

(Not) Sibling | Taesoo [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang