Keluarga

10 2 0
                                    

"Bybybyby Febby"
Aku menarik nafas panjang sebelum akhirnya dia melanjutkan perkataan nya.
"Kamu kok udah pulang aja si sayang aku nungguin kamu tadi. Kata anak anak kamu udah pulang diantar Inara, kenapa ga ngasih tau aku?" Suara Dino dari telfon.

"Eeeee uhuk uhuk, iya kak maaf ya aku tadi gak enak badan jadi pulang duluan terus ga sempet ambil hp ditas buat ngabarin kka" balas ku cepat

"Oh yaudah istirahat aja. Aku lanjut main basket ya syg, cepat sembuh sayang" .

Belum sempat aku menjawab, Dino sudah memutuskan sambungan telfonnya.

Aku melemparkan hp ku ke sembarang arah, dan bulir bulir air mata kembali jatuh di kedua pipi ku. Entah apa yang ku tangisi. Perubahan sikap Dino kah atau karna peristiwa sore tadi yang ku lihat dengan mata kepala ku sendiri.

Tok tok tok tok tok .

"

Makan dlu feb dari tadi gak ada keluar kamar, km ngapain aja? Udah sholat belum feb? Feb lagi belajar ya gak denger ibumu ngomong?" Tegur ibu ku didepan pintu.

Kreeeeeeeekkkkkk . Suara daun pintu kamar terbuka, dan segera ibu mendekat ketika menyadari aku tertidur di atas ranjang ku.

"Kirain km ngapain nak, udah tidur pasti capek ya. Makanya lain kali jangan banyak banyak ikut kegiatan disekolah jadi kecapean kan." Setelah mengelus kepala ku ibu meninggalkan ku.

Aku memang tidak tidur hanya untuk membuat ibu tidak khawatir. Lelah menangis mata bengkak ini semua akibat patah hati. Hancur sudah hati ini diusia yang belia masih sekolah pula, harus merasakan kelam nya masa SMA hanya karena berpacaran.

●●●●●●●●● 

"Feb bangun , mau kesiangan kamu. Udah tidur cepat ga bangun bangun lagi. Sudah jam setengah 7 nanti kamu telat sekolah" protes ibu didepan kamar ku.

Setengah sadar mencari hp untuk melihat jam. Dan perlahan membuka mata.

"Yaampun udah jam segini, semalam ngapain aja ya sampe sakit semua badan" keluhku. "Ohiya lupa habis nangisin kak Dino"

Segera ku berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap berangkat sekolah. Dengan harapan hari ini tidak bertemu pria nya. Eh mantan nya? Entahlah yang jelas aku hanya merasa tidak bisa bersama nya lagi.

"Ibu sarapan aku apa?" Tanya ku cepat kepada ibu yang masih sibuk menggoreng ikan. "Itu kamu liat dimeja cuma sayur bening sama ini ibu goreng ikan, buat bekal kamu. Pagi minum susu aja sama makan roti biar ga kosong perutmu" cerca ibu

"Iya bu, bawa ke kamar ya sekalian mau dandan dikit" kekeh ku.

"Jangan kebanyakan bedaknya feb km mau sekolah bukan cari cowo" pinta ibu.

Aku pun hanya mengangguk dan berlalu meninggalkan ibu. Ku patut diri ku dikaca dengan sedikit olesan bedak dan liptint. Ditambah rambut kuncir kuda . Aku pun siap berangkat sekolah.

"Bu aku pergi ya," sapaku
"Hati2 nak kalo udah sampe skolah belajar jangan main aja"

Ibu ku adalah orang paling cerewet. Aku merasa bahagia dan beruntung punya ibu seperti beliau.

Beliau adalah Ibu Kartika Pahestu. Akrab disapa ibu tika oleh beberapa tetangga kompleks. Ibu ku jago nya menanam bunga. Berbagai macam bunga yang ditanam nya didepan rumah selalu berhasil dan bahkan membuat iri tetangga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kàsih Tàk SàmpaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang