Pemuda Lain Negara (Melted)

9 1 0
                                    

"Dasar jamur otak udang. Lama-lama gue kecapin, gue makan ngga pake nasi lo ntar." Gerutu Alia begitu pintu kamarnya tertutup.

"Aly, Mama cariin. Kamu dari mana? Kenapa marah-marah gitu?" Tanya Mama.

Alia terkejut menatap Mamanya. Matanya seolah berkata 'Kok ada Mama?'

Alia bahkan tak menyadari keberadaan Mamanya. Yang ada di pikirannya hanya jamur otak udang.

"Gapapa Ma. Nggak penting kok. Mama ada apa nyariin Al?" Alia berjalan mendekat pada sang Mama, yang tengah duduk diatas kasurnya. Mengikuti hal serupa yang di lakukan Mamanya.

"Mau kasih tahu, Pak Sun hari ini pulang kampung. Ambil cuti karena Ibu nya sakit. Belum tahu sampe kapan. Pak Adim juga nggak ada, nganter papa keluar kota, kan. Nah, Mama juga nggak bisa nganter, Aly kan tau sendiri Mama kaya apa repotnya kalo pagi. Trus juga jaraknya jauh banget dari sekolah kamu ke sekolah Mama. Macet. Nanti yang ada malah kita telat. Jadi Aly mau gimana?"

"Bang Zen nggak bisa anter Al sambil berangkat kuliah?" Tanya Alia.

"Mama belum tanya ke abang. Pak Sun kan dadakan bilangin mau pulang kampungnya. Aly mau tanya sendiri?"

"Ya nanti Al tanya deh." Gumam Alia.

"Hallo, ladies..." Sebuah suara dari arah pintu memecah fokus Alia dan Mamanya.

"Ih.. Abang panjang umur. Baru juga di omongin." Gumam Alia dengan senyum kecil di bibirnya.

"Ngomongin abang?  Hayoo, ngomong apa? Gibah dosa loh, ngga di sayang Tuhan nanti." Balas Zen, tangannya dengan lihai menyambar toples wafer di meja Alia. Lalu bergabung dengan 2 perempuan kesayangannya.

Alia membuka mulutnya, hendak membicararakan pasal siapa yang akan mengantarnya ke sekolah. Namun tertunda karena pertanyaan Mama.

"Temen-temen kamu udah pulang? Tumben Rio nggak ikut." Tanya Mama.

"Belum pulang Ma, itu lagi pada nonton bola di bawah. Tau deh Rio kemana. Di kampus juga nggak keliatan." Jawab Zen.

"Bang, dengerin adek deh." Rengek Alia.

"Hmm?" Gumam Zen.

Alia baru saja akan mulai berbicara, tapi Zen kembali mensabotase kesempatannya.

"Eh, kamu tadi marah-marah kenapa? Masuk-masuk udah ngomel. Kamu PMS? Temen abang pada nanyain tuh."

"Ngomel-ngomel dimana?" Tanya Mama.

"Ruang Musik Ma. Aly dateng-dateng mukanya udah di tekuk ampe lecek, minjem HP abang sambil emosi. Abang tanyain ngga jawab. Malah nelpon orang. Ngomongin password gitu. Abis nelpon, abang mau nanya lagi dia udah kabur. Sambil ngomel juga tapi."

"Tadi pas masuk juga Aly ngomel. Mama tanya kenapa, jawabnya nggak penting."

"Nah iya, abang kan khawatir. Makanya abang susulin kesini."

Ada sedikit jeda yang Alia sadari, dan dengan cepat Alia hendak memanfaatkannya. Namun ternyata sekali lagi ia gagal dan keduluan sang kakak.

"Oh iya Ma, Galang minta izin nginep sini. Mak, bapak dia pulang kampung ke Samarinda. Lah rumahnya kan horor gitu Ma. Jadi dia izin mau nginep sini katanya. Sampe Maknya pulang. Boleh ya Ma."

"Ya nggak apa-apa. Mama malah seneng, rumah kita rame."

"Asekkk.... Jadi ada temennya tiap hari."

"Emang di temenin Mama nggak berasa?"

"Berasa Ma, yang nggak berasa tuh keberadaan Alia di sini." Celetuk Alia dengan bibirnya yang sudah manyun panjang.

Zen dan Mamanya beradu pandang dan kemudian tertawa bersama.

Lalaland-nya BrilianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang