"Hey, Axel!" sapa seorang pria muda dengan seragam dan masih memakai headshed di telingan kirinya sambil merangkul pria muda di depannya.
"Hey, Javier. Bagaimana pertandingabnya kemarin?" tanya Axel yang masih berjalandengan pria bernama Javier.
"Lancar, sayang yaa kau tidak bisa ikut? Padahal kau kan kapten basketnya" jelas Javier.
"Kamu taukan kalau kaki ku cedera?" jawab Axel lalu masuk ke kelasnya, diikuti Javier.
Masuklah seorang gadis yang mengenakan seragam yang sama, "Hay Valen!" sapa Javier yang langsung mengikuti arah yang dituju oleh gadis yang disebut Valen.
"Dasar!!" bisik Axel dengan cuek.
Tiba-tiba bel sekolah berbunyi, semua siswa-siswi yang berada di luar kelas berhamburan masuk ke ruangannya dan menunggu mata pelajaran pertama masuk. Dikelas XI A, kelas Axel, Javier dan Valen memulai mata pelajaran pertama fisika oleh pak Albert, tapi pak Albert masuk ke dalam kelas tidak sendirian melainkan ditemani dengan seorang gadis yang menggunakan seragam rapi dengan rambut panjangnya diikat setengah sedang poninya menyamping ke kenan dan mengenakan tas ransel berukuran sedang dibalik punggungnya.
"Pagi!" ucap pak Albert saat berada di dalam ruangan.
"Kali ini bapak membawakan teman baru untuk kalian, oke, silahkan perkenalkan nama kamu!?" perintah pak Albert kepada gadis yang berada di sampingnya.
"Nama saya Nazea Vivina Beatrix, akrabnya Zea. Mohon bantuannya!" ucap gadis tersebut lalu membungkukkan sedikit badannya.
"Teman kita ini tidak berasal dari negeri kita, jadi tingkah lakunya mungkin lain dari kita. Baiklah kita mulai pelajarannya..." jelas pak Albert sambil menyalakan LCD dan laptopnyalalu menyuruh Zea duduk di bangku sebelah Valen yang ternyata satu-satunya bangku kosong.
Pelajaran fisika berlanjut hingga jam istirahat. Setelah mendengar bel istirahat, pak Albert langsung mebereskan barang-barangnya lalu keluar dari kelas.
"Hay Zea. Namaku Valen" sapa Valen saat pak Albert sudah tidak berada di kelas sambil memberikan tangannya.
"Hay," jawab Zea dengan membalas uluran tangan Valen dengan lembut sambil tersenyum.
Datanglah Axel ke bangku tempat Valen dan Zea duduk.
"Bisakah kamu menulis biodata dan mengumpulkan foto besok?" tanya Axel kepada Zea yang langsung to the point tanpa melirik ke Valen.
"Ah iya, aku akan mengerjakannya" jawab Zea mengiyakan perintah Axel dengan tenang, tidak dengan Valen, dia sangat gugup karena Axel datang ke bangku mereka.
Setelah Axel meninggalkan tempat mereka, Valen hanya tersenyum melihat punggung Axel yang sudah menghilang di balik pintu kelas.
"Hei, Valen? Kamu kenapa?" tanya Zea yang mencurigai tingkah laku aneh kawan barunya ini.
"Huh? Tidak kenapa-kenapa kok" jawab Valen sambil terus-terusan tersenyum lalu merapikan mejanya yang berantakan dengan buku-buku fisika.
Di kantin yang terlihat ramai di kunjungi oleh siswa-siswi saat istirahat.
"Apa kau menyukainya?" tanya Javier kepada Axel yang masih menyeruput jus jeruk miliknya.
"Siapa? Valen?" tanya Axel setelah melegakan dahaganya setelah pembelajaran fisika tadi.
"Heum," Javier mengangguk.
"Dia menyukaimu, lho?" lanjut Javier dengan nada menggoda Axel.
"Hahah, ada-ada aja kamu!? Sudah, habiskan minumanmu, 7 menit lagi bel masuk.." ucap Axel sembari melirik jam tangan hitam yang berada di tangan kiri miliknya.
Jam istirahat di SMA Kaitai memang hanya sebentar dan sepenuhnya belajar.
Lain halnya di kelas, "Tadi itu siapa?" tanya Zea kepada Valen yang sedang bercerita dengannya.
"Dia ketua kelas kita, sekaligus kapten basket sekolah" jelas Valen dengan sedikit menghayal tentang Axel. Sudah lama Valen menyukai Axel karena tampannya, rajinnya, atletisnya dan ahli dalam bidang musik juga.
"Maafkan aku yaa Valen.. Kalau boleh ku tebak, kamu sangat menyukainya kan? Sudah lama kamu mengaguminya" jelas Zea sambil menatap wajah Valen dengan serius.
"Kenapa kamu tahu? Kamu kan murid baru disini?" tanya Valen dengan nada terkejutnya.
"Kalau menurutku sih, Axel juga suka sama kamu kok" jawab Zea sambil tersenyum dan mencubit lembut pipi Valen.
"What!!" teriak Valen yang membuat seluruh siswa-siswi yang berada di kelas menoleh ke arah Valen dan Zea dengan tatapan sinis.
"Kecilkan suaramu," ucap Zea sambil membungkam mulut Valen dengan tangannya lalu melepaskannya kembali.
Tiba-tiba Axel dan Javier masuk ke dalam kelas dengan sedikit terburu-buru akibat mendengar teriak Valen yang terdengar di koridor.
"Ada apa?" tanya Axel saat tiba di depan meja Valen dan Zea, mereka berdua hanya tersenyum ke arah Axel yang sedang bingung dengan dua kawannya ini.
"Hem, sebenarnya Valen..." belum sempat Zea melanjutkan pembicaraannya kepada Axel buru-buru Valen membungkam mulut Zea dengan tangannya.
"Kenapa dengan kalian berdua?" tanya Javier yang mulai angkat bicara.
"Ngga kenapa-napa kok, hanya ini rahasia kami berdua" ucap Valen dengan terburu-buru yang masih membungkam mulut Zea yang berbicara.
Axel dan Javier pun menghiraukan kedua gadis itu dan kembali ke tempat duduknya.
Zea berusaha melepas bungkaman mulutnya dan menyatakan apa yang mau dia bilang, "Axel, Valen suka sama kamu!?" berhasil Zea mengungkapkan apa yang ingin dia katakan.
Valen dan Axel terkejut dengan perkataan Zea sang murid baru di kelasnya itu begitu berani membicarakan ketua kelasnya yang bisa di bilang bintangnya sekolah.
"Wah, tuh anak baru asal nyeletuk aja!?" ucap siswa yang duduk di bangku paling belakang sambil berbisik ke teman sebangkunya.
"Zeaa!!" geram Valen sambil menatap Zea dengan tajam lalu berlari keluar kelas dengan terburu-buru, entah dia merasakan marah, senang atau terkejut.
Di tangga tanpa sengaja Valen menabrak seseorang yang membuat dia terjatuh dan hilang kesadaran. Axel, Javier dan Zea yang mengikuti Valen tadi melihat kejadian itu. Axel langsung berlari turun dan menggendong Valen ke ruang UKS.
Setelah 12 menit di bawa ke ruang UKS, sadarlah Valen.
"Valen aku sangat minta maaf akan kejadian tadi, aku sangat menyayangkan kalau kamu terus menggantung perasaanmu ke Axel..." belum selesai Zea menjelaskan tiba-tiba seorang cowok dengan tubuh yang tinggi masuk ke dalam ruang UKS.
"Zea bisa tinggalkan kami berdua??" tanya Axel yang tetap berjalan menuju ranjang tempat Valen berbaring.
Zea hanya tersenyum senang dan meninggalkan kedua orang itu di dalam ruangan.
Setelah berdiam selama 10 menit, Axel pun mengangkat bicara.
"Ehm Valen hari ini ulang tahun mu kan?" tanya Axel dengan senyum manisnya. "Ini kado buatmu!?" ucap Axel sambil mengeluarkan kotak merah sedang dari balik punggungnya yang disembunyikan sedari tadi.
Valen terkejut senang dan spontan memeluk Axel. Awalnya mereka berdiam diri dan Valen langsung melepaskan pelukannya. Semenit kemudian mereka langsung tertawa bersama. Zea dan Javier yang mengintip dari tadi di luar hanya tersenyum senang.
^The End^