chapter 14

5 2 0
                                    

"Dimana pia?" Gibran langsung membandingkan tasnya dan menarik kerja baju milik rizky

"Esssst santai mas bro, dia aman!" Rizky mengangkat kedua tangannya serasa tidak bersalah

Gibran melepaskan genggamannya lalu keliling keliling Mencari keberadaan pia

Pia yang tengah terikat dengan tali di sekujur tubuhnya dengan posisi lutut di dagunya dengan mulut yang di plester dan raut wajah yang menangis serasa ketakutan akan semuanya.

Pia mengisyaratkan kepada gibran yang tengah berjalan ke arahnya untuk menolongnya, ternyata dugaan nya salah dengan tiba tiba rizky dari belakang dengan balok yang besar lalu langsung memukul punggung gibran. Dengan tersontaknya gibran terjatuh dan pia yang tidak bisa beranjak kemana mana hanya bisa menjerit histeri. Walaupun tidak semua suaranya terdengar karena mulutnya yang di tutup dengan pelaster

Dengan rasa ketakutan yang sangat kuat pia mencoba meraih ponsel yang berada di sakunya, dikirimkannya  pesan untuk syifa karena tidak bisa menelfon ia hanya bisa mengetik pesan. Itu pun seadanya aja ga bisa panjang panjang karena tangannya terikat dengan tali yang sangat kuat

Pia: syif tolongin gue please!

Syifa: pi, lo kenapa? Lo dimana sekarang?

Pia: gue ada dibelakang sekolah, tolongin gue sekarang please! Ajak anak anak yang lain. Sekarang rizky sama gibran lagi berantem hebat! Tolong gue syif tolong

Syifa: tenang tenang syif gue kesana bareng anak anak jangan kemana mana oke!

Pia yang dari tadi hanya menangis merasa bersalah karena tidak bisa memisahkan mereka berdua.

Kenapa harus gibran? Apa perlu aku harus hilang dari dunia ini biar mereka tenang? Dalam tangisnya pia membatin

Tuhan tolong aku, pisahkan mereka dengan cara apapun itu!

Sementara gibran dan rizky masih berantem hebat. Baju yang sudah dipenuhi oleh darah darah diantara mereka berdua membuat pia semakin menangis histeri.

Untung waktu bisa merubahnya di detik itu juga syifa, utami, dan gita datang dengan membawa pak bambang

Pak bambang yang memisahkan gibran dan rizky sementara syifa, utami dan gita melepaskan ikatan tali yang terlilit di tubuh pia

Pia dengan ketakutannya langsung memeluk sahabatnya dengan erat

"Aku takut syif, tam, git" dalam isakannya pia berbicara

"Kamu tenangin diri dulu ya! Kami disini bakal jagain kamu kok" sambung gita

"Kita ke kelas aja yuk pi!" Ajak utami

"Gibran sama rizky mana?" Khawatir pia mulai lagi

"Dimana mereka?" tanyanya lagi

"Dimana syif? Dimana?" Pia mengguncangkan tubuhnya syifa

"Gibran di uks, sedangkan rizky di bawa keruang BK sama pak bambang" jawab syifa

Tanpa basa basi pia langsung menuju ke ruang uks dimana didalamnya terdapat gibran yang tergeletak di atas ranjang dengan kepala yang penuh dengan perban dan baju yang berdarah darah

"Pi, kamu masih syok jangan kesana dulu!" Syifa berusaha memberhentikan pia

"Udah syif, biarin aja dia lihat keadaan gibran mungkin emang itu yang bisa buat dia tenang!" Utami mengelus punggung syifa dengan halus

"Iya syif, pia ga papa  kok" gita pun mengikuti utami

***

Pia lalu masuk ke ruang uks. Tanpa bertele tele dia langsung duduk disebelah gibran, sambil memegang erat tangan gibran, dengan tubuh yang sangat lemas gibran berusaha untuk membuka matanya dengan paksa

"Pia?" Katanya kaget saat melihat pia yang berada di hadapannya

"Gibran? Gibran gracious? Kamu udah bangun? Syukur deh!" Pia tersenyum senang

"Aku kok bisa ada disini pi? Bukannya tadi aku di---" belum sempat berbicara pia memotong pembicaraannya

"Iya tadi kamu kata anak anak pingsan dan tersungkur jatuh ke tanah. Untung aja pak bambang datang tempat waktu. Lagian kamu ngapain sih sampe berantem segala sama rizky? Kamu tau ga aku yang jadi korbannya?" Omelnya

"Sorry. Aku bisa jelasin nanti, tapi sekarang kamu enggak kenapa kenapa kan?" Tanya gibran sambil meringis kesakitan saat mau bangun dari tempatnya

Pia lalu membantunya dan kembali menjawab "ga usah tanya aku deh, aku ga kenapa kenapa kamu lihat aja diri kamu sendiri"

"Gib" kata pia lagi

"Hmmm"

"Apa ada yang kamu sembunyiin dari aku?" Tanya pia ragu

"Kok kamu nanya gitu banget? Kaya ga percaya gitu sama sahabatnya sendiri" gibran balik nanya

Sahabat? Why? Gue udah anggap lo lebih dari sekedar sahabat gibran

Sebenarnya gue juga udah anggap lo lebih dari sahabat pi, sorry

"Bukan gitu, ini ga da sangkut pautnya sama kamu kok, tenang aja lagian aku juga ga kenapa kenapa jangan cemberut gitu dong" gibran mengelus rambut pia

I really lie, pi. Again and again i'm so soryy

"Kamu terluka juga?" Gibran ga sengaja melihat lengan tangan pia yang terluka akibat tali yang terikat di tubuhnya tadi sangat ketat

"Mana? Oh ini?" Pia mengangkat kedua lengan tangannya

"Cuma dikit doang ga parah kok?" Jawabnya santai disertai dengan senyuman

"Apanya ga parah kaya begini? Sini biar aku obati!" Pinta nya

"Eh kamu masih sakit, aku bisa sendiri kok!"

"Pia, ini ga bisa dibiarin nanti makin parah gimana?" Bujuk gibran dengan nada lembut

Pia menghela nafas lalu berfikir ide di kepalanya

"Gini aja deh, gimana kalau aku obati kamu, kamu obati aku juga! Kan impas"

"Modus ya mau terus deket deket aku?" Gibran terkekeh

"Ih apaan sih? Udah sini obatnya aku deluan obati kamu ya" pia lalu mengobati perlahan wajah gibran, sampai tak sadar pia bukannya kembali mengobati gibran malah bertatap tatapan mesra.
Di selangi itu hamdi sih karipnya gibran datang dan tak sengaja melihat kemesraan mereka, hamdi tau dia salah kalau harus membubarkan kemesraan mereka tapi mau bagaimana? Ini lebih penting dari pada apa yang ia lihat.

"Echmmm" hamdi berdeham

***



DOUBTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang