30 April 2018

952 102 63
                                    

Mau mengingatkan saja bahwa hanaamj yang memberikan tema, aku bantu garap.

***

Naruto berani bersumpah demi apapun bahwa kejadian minggu lalu itu sama sekali tidak disengaja. Ia hanya ingin pindah ke sisi di mana masih ada tempat tas yang kosong sehingga ia dapat meletakkan ransel yang berat seberat dosa-dosanya.

Namun ia mengakui bahwa bibir itu manis rasanya.

Pemuda itu cukup tersinggung mengingat panggilan yang disematkan gadis tempo hari itu kepadanya: mesum.

Cantik-cantik kok garong?

Sekarang Naruto tengah berupaya meredakan debaran jantungnya yang tak karuan akibat berlari-lari mengejar kereta jurusan Jakarta Kota. Sialnya, pintu kereta menutup tepat di depan batang hidungnya. Dan tak terbuka lagi. Kini ia harus menunggu kereta jurusan Jakarta Kota yang lain.

Yang sialnya lagi tidak datang-datang; sudah ada dua kereta jurusan Tanah Abang yang masuk ke Stasiun Cilebut. Bisa saja Naruto memilih untuk naik kereta jurusan Tanah Abang, namun itu artinya ia harus turun di Stasiun Manggarai dan berganti ke kereta jurusan Jakarta Kota. Artinya, masih ada ibu-ibu dan bapak-bapak yang harus ia ajak gelud, beserta sprei dan bed cover- nya sekalian.

Naruto melirik arlojinya. Meskipun masih ada waktu, tetap saja Naruto cemas. Tidak lucu kalau baru seminggu menjadi management trainee sudah terlambat masuk kantor. Ini bukan kampus di mana jika dimarahi dosen ia tinggal nyengir kuda saja. Kehidupan dewasa memang sekeras itu. Rumit.

Bukan adegan ehem-ehem dan bunuh-bunuhan saja yang pantas dijadikan 'rate M', karena permasalahan tanggal tua dan cicilan kontrakan juga dialami manusia-manusia berusia 'mature'. Bahkan 'duit abis padahal harus bayar kost' adalah adegan gore bagi dompet. Seperti yang dialami Naruto saat ini. Karena itulah Naruto sudah kebelet menjadi budak korporat.

Naruto mengedarkan pandangannya. Kerumunan manusia mulai menumpuk karena kereta tak datang-datang. Saingan Naruto dalam memburu kereta jurusan Jakarta Kota akan semakin banyak. Mentari yang bersinar dengan teriknya memaksa Naruto untuk mencari tempat menunggu yang lebih teduh jika tak ingin bersimbah keringat.

Setelah berkali-kali menyeka keringatnya dengan saputangan handuk, akhirnya kereta jurusan Jakarta Kota tiba. Naruto buru-buru menempatkan diri di deretan terdepan. Pintu kereta terbuka namun keganasan bapak-bapak membuat Naruto terseret ke belakang. Bapak-bapak yang bergerak maju langsung dihalau oleh rombongan penumpang yang hendak turun, membuat penumpang yang akan naik mundur selangkah-dua langkah.

"PAK, YANG TURUN DULU PAK!" Seru satpam dengan galaknya.

Ada benarnya juga sih, pikir Naruto, Kalau yang di dalam belum keluar, bagaimana kita masuk?

Sepertinya jumlah penumpang yang turun sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah penumpang yang naik. Lautan manusia menggerombol di dalam gerbong sembari berdiri dengan tegap karena tidak ada lagi ruang bagi mereka. Layaknya ikan lele kalau sedang tidak ngapa-ngapain. Sambil megap-megap pula.

Naruto tak dapat bergerak. Jangankan untuk melangkah, menggerakkan tangan untuk menggapai pegangan di dalam kereta saja sudah susah. Lautan manusia ini sungguh merupakan siksaan tak terperi bagi para penglaju.

Peron Satu [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang