Seongwoo adalah anak tunggal. Tapi bukan berarti ia akan tumbuh dengan sifat yang kekanakan ataupun manja. Dia justru tumbuh menjadi pribadi yang mandiri. Terlebih setelah kedua orang tuanya meninggal 3 tahun yang lalu.
Lelaki manis itu tinggal disebuah Apartemen sederhana disudut kota Busan. Apartemen yang hanya memiliki satu kamar tidur dan interior yang terbilang simple.
Tak jarang teman-temannya bertanya heran padanya kenapa ia masih tinggal ditempat sempit itu sementara ia mempunyai kekasih yang amat sangat kaya. Dan Seongwoo hanya menanggapinya dengan senyum khasnya.
Siang ini Seongwoo sedang tidak bekerja. Bossnya menyuruhnya untuk istirahat karena beberapa hari ini ia memforsir pekerjaannya agar tidak mengecewakan pelanggannya. Awalnya Seongwoo menolaknya, namun akhirnya ia menyutujuinya karena setidaknya ia bisa menghabiskan waktu dengan Minhyun.
"Minhyun-ie, aku diberi waktu untuk libur selama 3hari." Keluhnya pada sang kekasih melalui sambungan telpon.
"Benarkah? Kau bisa menggunakannya untuk istirahat, love."
"Hm.. tapi aku tidak bisa jika hanya berdiam diri diapartemen seperti ini. Kau tau itu kan?" Seongwoo membentuk bibirnya menjadi kerucut.
"Kau mau kita berlibur kesuatu tempat?"
"Kita? Kau juga harus bekerja, Minhyunie."
"Tidak masalah, aku bisa menundanya untukmu."
"Tidak tidak. Tidak perlu. Kau tidak boleh semaumu seperti itu, bodoh."
"Hei, pekerjaanku sedang tidak banyak. Baiklah, kita akan berlibur ke Jeju. Dan tidak ada penolakan."
Tut.....
Minhyun memang sulit sekali dibantah.
•
•
•
•
•"Minhyunie, kau tidak membawa baju hangatmu satupun?" Tanya Seongwoo setelah membuka koper milik Minhyun dan tidak mendapati baju hangat satupun.
"Aku melupakannya." Jawab sang dominan sembari membuka kancing kemejanya.
Ya, mereka memang sudah sampai di pulau Jeju. Pulau indah yang sangat pas untuk berlibur. Suasananya yang tenang, udaranya yang segar, serta jauh dari hiruk pikuk kota membuat siapapun ingin selalu bisa menghabiskan waktu disana.
"Dasar bodoh! Bisa-bisanya melupakan yang penting begitu. Kau tau ini musim dingin, kan?"
Seperti biasa, Minhyun menanggapinya dengan senyuman setiap kali mendengar omelan Seongwoo. Baginya itu sama sekali bukan sesuatu yang menyebalkan. Nyatanya selama ia sibuk jarang sekali ia mendengar omelan-omelan dari kekasihnya itu. Menurutnya itu manis. Terkadang ia sengaja membuat Seongwoo melontarkan omelannya karena ulahnya. Seperti saat ini. Minhyun bukannya lupa. Ia hanya sengaja melupakannya. Hanya ingin melihat betapa merdunya omelan Seongwoo hingga sampai ia terkikik dalam hati mendengarnya.
Minhyun mendekati kekasihnya yang duduk dikasur berukuran king size itu, memeluknya dari samping dan menyandarkan kepalanya di pundak Seongwoo.
"Aku merindukanmu, love."
Seongwoo mendengus pelan, ia tau ini hanya akal-akalan Minhyun untuk menghentikan omelannya. Tapi disisi lain yang dikatakan Minhyun memang benar, lelaku ini memang tengah merindukannya. Mengingat beberapa minggu terakhir mereka jarang menghabiskan waktu bersama. Dan bohong jika Seongwoo tidak merindukannya juga. Seongwoo bahkan lebih rindu pada kekasih tampannya ini.
Sebuah bingkaian cantik dibibir Seongwoo terukir disana. Minhyun selalu tau cara membuatnya bahagia. Sejak kecil hingga saat ini. Dan akan terus berlanjut dimasa yang akan datang.
"Kau lapar, Minhyunie? Aku akan buatkan sesuatu."
Omong-omong, saat ini mereka bukanlah tinggal di sebuah hotel atau penginapan. Minhyun memiliki villa di Jeju. Dan disinilah mereka sekarang.
"Ya, aku lapar. Aku ingin memakanmu." Minhyun masih setia dengan posisinya, bersandar dibahu Seongwoo-nya dengan tangannya yang melingkar dipinggang Seongwoo.
"Makanlah aku jika kau ingin jarimu kuhilangkan satu." Death glare Seongwoo tidak berfungsi dengan baik ternyata. Toh Minhyun cuma membalasnya dengan kekehan pelan.
Tapi kalian perlu tau, Seongwoo begitu bukan karena ia munafik atau apapun sejenisnya. Mereka memang belum pernah 'berhubungan' seperti itu. Seumur hidup mereka selama mereka bersama sejak kecil hingga sekarang, hal seperti itu tidak pernah terjadi. Nyatanya Minhyun sangat amat menghargai kekasihnya. Ong Seongwoo amat sangat berharga baginya. Jika Minhyun adalah seorang pangeran, maka Seongwoo adalah mahkotanya. Mahkota berarti penting dan berharga untuk seorang pangeran, bukan? Ia menghargai apa yang seharusnya Seongwoo jaga untuk pendampingnya kelak. Yang Minhyun yakini adalah dia. Minhyun hanya perlu menunggu waktu, menunggu apapun yang belum pantas menjadi pantas dilakukan nantinya.
"Seongwoo-ya." Panggilnya sambil menutup matanya, menyamankan posisi dibahu Seongwoo.
"Hm?"
"Aku mencintaimu."
"Dan kau pun tau aku juga sangat mencintaimu, Minhyunie."
Ntahlah, rasanya kata-kata cinta itu tidak sama sekali membosankan untuk mereka. Walaupun mereka sudah mengucapkannya ribuan kali selama mereka hidup.
Jika kalian penasaran, Minhyun dan Seongwoo sudah menjalin hubungan resmi lebih dari seorang sahabat sejak mereka duduk dibangku sekolah menengah. Hingga sekarang. Bisa kalian bayangkan bukan, sudah berapa banyak kata-kata cinta itu terlontar? Sangat amat banyak. Minhyun dan Seongwoo benar-benar menghabiskan hidup mereka bersama. Saat mereka menempuh sekolah tingkat atas, pernah ada yang mencoba merusak hubungan mereka. Namun itu tidak bekerja sama sekali. Minhyun hanya akan mencintai Seongwoo. Dan begitupun dengan Seongwoo yang hanya membutuhkan Minhyun dalam hidupnya.
"Mandilah, aku akan menyiapkan makan malam untukmu." Seongwoo mengusap lengan Minhyun yang melingkar dipinggangnya.
"Tidak, biarkan begini lebih lama lagi."
"Apa kau tidak lelah dan lapar Tn. Hwang?"
"Aku sedang mengisi energiku sekarang."
"Terserah kau saja." Seongwoo mulai malas menanggapi perkataan kekasihnya yang terlampau keras kepala itu. Padahal ia tau Minhyun belum memasukkan makanan apapun kedalam perutnya sejak pagi tadi.
"Seongwoo-ya...." Panggilnya lagi. Kali ini Seongwoo hanya menjawab panggilan itu dengan deheman.
"Ayo menikah."
- TBC -
****
HAHAHAHAHA NULIS APASIH AKU. maaf kalau typo bertebaran dimana mana. Dan maklumi kalau gaje.
Aku boleh minta vomentnya ga? ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
ENDLESS [ONGHWANG]
Fanfiction"Minhyun-ie, aku ingin membuatkan baju yang indah untukmu, yang akan kau gunakan saat kau menikahiku." -Hwang Minhyun. "Seongwoo-ya, aku ingin membuatkan istana untukmu." -Ong Seongwoo. ⚠ Warning BxB, mengandung konten dewasa.