Kerja Kelompok

18 4 4
                                    

Hatiku berdetup kencang tidak karuan, sejak Bu Tiara menyebut nama kami sekelompok, entah ada angin dari mana, tiba tiba Aggandra menoleh menatapku,.

Mata kami bertemu.

Deg.. Deg.. Sejarang hatiku terasa sudah tak berdetak lagi, tanganku terasa dingin. Ia menatapku heran. Apa dia sadar dengan keanehan ku ini? .
Aggandra terseyum. Senyumannya yang selalu berhasil membuatku tersipu.

Apa dia sedang mencoba menggodaku? Uhh.. Dina, jangan berhayal.. Mana ada laki laki yang akan menggodamu, melihatmu saja mungkin mereka akan lari maraton.

Dengan segera ku menunjuk, terus menatapnya sama saja membunuh ku dengan perhalan bukan?.

"Adina, besok aku tunggu sepulang sekolah ditaman, disana kita kerjakan tugas ini. Ada kau bisa?" tanyanya yag kujawab hanya dengan anggukan.

______

Tringgg..... Bel panjang yang menandakan pulang disambut dengan sorakan gembira oleh seluruh siswa.

Seperti janjiku dengan Aggandra kemarin, kami akan belajar kelompok di taman sekolah sekarang.

"Akan kutunggu disana". Kata Aggandra seraya melangkah pergi.

Kenapa aku menjadi gugup begini. Apa ini effect karena tak pernah ada laki laki  yang dengan senang hati mengajakku berbicara.

Terlebih lagi ..... tidak masuk sekolah. Itu artinya, hanya kami berdua yag akan mengerjakan tugas tersebut.

Sebelum menemui Aggandra, aku terlebih dahulu pergi ke toilet. Membenahi penampilanku agar terlihat lebih rapi dan mempersiapkan hatiku agar baik baik saja didekatnya.

Kulihat arlogi hitam yang meningkar manis ditanganku sudah menunjukkan pukul 2.50 pm. Itu berarti dia sudah menungguku 20 menit. Oohh Tuhan, kenapa aku jadi tak sadar begini.

Saat tiba ditaman sekolah, kulihat Aggandra duduk dibawah pohon tempatku menangis kemarin! APA? metaku terbelalak keluar melihatnya. Apa mungkin kemarin ia mengikutiku dan melihat aku menangis? Apa ia sengaja disana agar aku ingat hari dimana dia menenangkan ku ketika ..... dan genk nya membully ku? Pikiranku terkecamuk melayang.

....dan genknya terus saja membullyku, Seperti sekarng mereka menyanyi dengan penggalan lirik 'Adina gendut, jelek, kumel, dan... IDIOT' sorak mereka yang mengundang tawa seluruh isi kelas. Mereka mmang jahat. Tak tahan akupun berlari keluar ke arah pohon besar yang ada ditaman sekolah, tempat ini memang selalu menjadi favoritku ketika aku merasa terhina selerti ini. Disana aku menangis sejadi jadinya menumpahkan kesedihanku.

" Adin, sudahlah jangan menangis". Ucap sebuah suara yang membuatku langsung menghapus air mataku dengan kasar.

" Mereka hanya senang menertawakan orang lain, karena tak ada hal yang lebih bermanfaat yang akan mereka lakukan. Mereka hanya ingin mendapat perhatian." Ucap Aggandra dengan lembut.

Disana, kami duduk bersama. Ia menenangkanku dan berusaha menghiburku.

Orang orang yang lewat melihat kami dengan tatapan sinis. Tepatnya hanya kearah ku, mungkin mereka hanya cemburu melihat cowok sekelas Aggandra duduk dengan cewek dekil, jelek dan idiot sepertiku.

"Ekhmm"

"Eh, kau sudah disini, ayo duduk". Ia menoleh singkat dan kembali memainkan laptopnya.

"Nah, aku sudah mencari materinya, lihat!" ucapnya memiringkan laptopnya padaku.

Dan hanya kubalas dengan anggukan.

"Kamu sudah kemana tadi? Aku kira kamu pulang duluan!".

"Aku tadi pergi ke toilet" jawabku ragu.

"Apa kau berdandan disana? Agar menarik perhatianku?" ucap Aggandra disertai tawa kecil.

Deg.. Wajahku pasti sudah meeona sekarang.

"Bilang saja, Adin.. Tak perlu ragu".

"Tidak" Jawabku pelan dengan masih menunduk.

"Hey.. Ada apa? Lihat aku Adin, kenapa menunduk begitu? Apa kau malu". Tanyanya dengan tertawa

Deg.. Deg.. Jantungku sekarang terasa copot.

Aggandra mengangkat dagu ku, membuat mata kami bertemu. Dia mengamati wajahku dengan teliti.

Ada apa ini?

Kurasa sekarang dia sudah melihat wajahku yabg sudah memerah seperti kepiting rebus.

"Ayo kita mulai belajarnya". Akhirnya ia berbicara.

Selama kami belajar, ia terus membuat lelucon dan mencairkan suasana. Dia memang sangat menyenangkan. Dengan diam kuamati wajahnya ketika ia tertawa, sungguh ia sudah berhasil membuatku terpesona.

"Hey Adina". Ia melambaikan tanganya didepan wajahku, yang membuatku tersadar dari lamunan konyol ku.

"Kenapa kau melamun? Apa kau melamun menjadi Juliet dan Aku Romeo nya?" tanyanya dengan tertawa, namun tetap saja membuatku gugup, karena ia berhasil menebak pikiranku.

Ya, tadi dia memang bercerita padaku tentang Romeo & Juliet, yang kisahnya sangat romantis, dan bercerita tentang kemashyuran cerita tersebut.

"Ya". Upps kata itu tiba tiba keluar dari mulutku, bagaimana bisa aku sangat teledor menyebutnya.

Mendengar pernyataan konyolku itu membuatnya tidak bisa berhenti tertawa.

"Tolong, berhentilah tertawa Agga" Ucapku sebal.

Ia yang sudah terancun dengan tertawanya itu, perlahan menghentikan tawanya.

"Aku lapar, Adin." Ucapnya sambil memegangi perutnya.

"Ayo, kita pergi, temani aku makan". Katanya sembari berdiri dan menarik tanganku agar berdiri mengikutinya.

"Maaf, Agga. Aku harus pulang, ini sudah jam 4.30" .

"Kalau begitu, ayo aku antar kamu pulang". Ucapnya langsung menarik tanganku berjalan mengikutinya.

"Tidak usah, aku dijemput oleh Ayahku". Tolakku halus seraya melepaskan tanganku.

"Baiklah kalau begitu". Ucapnya kemudian.

Tring.. Tring.. Nada hp nya berbunyi.

"Ibuku menelpon, akan kuangkat dulu". Ucapnya seraya menjauh beberapa langkah dariku.

Setelah beberapa saat, ia mematikan ponselnya sembari berjalan kearahku.

"Adina, aku duluan ya". Ucapnya singkat dan langsung berlari pergi.

Tbc..

HAI IDIOT? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang