Like

12 3 3
                                    

Setelah kerja kelompok kemarin, hubungan kami semakin dekat, kadang ia datang menghampiriku saat aku duduk sendiri atau sedang makan dikantin.

Dia bercerita hal hal lucu, pengalamannya atau hal aneh lainnya. kadang ia juga mengajakku ke kantin berdua. Uuhh.. Aggandra sangat lucu.

Masalah teman teman lain yang suka membullyku, ia selalu membelaku, menenangkanku dan mnghiburku.

Aku merasa sangat nyaman dengannya.

Kalau Rohita tidak masuk sekolah, dia akan langsung pindah duduk disampingku.

Pertanyaan pertanyaan aneh dari anak anak sekolah pun bermunculan, bukan haya dari teman teman yang ku kenal saja, namun dari kakak dan adik kelas yang tak kutahu. Mereka berkata 'Apa kamu dan Aggandra berpacaran? 'Ada hubungan apa kamu dengan Agga?' 'Hey, jauhi Agga' 'Dengar ya, Agga milikku". Bahkan, ada juga dengan kata kata kasar seperti 'hey Idiot, Jauhi Agga' 'awas aja, aku bunuh lo kalau masih godain cowok gue' 'dasar Jalang, pergi sana'. Tetapi bukan itu saja, mereka juga sering meludah, menatap sinis, menutup hidung mereka saat aku lewat di koridor atau berpapasan dengan mereka.

Bahkan sekarang satu sekolah sudah memanggilku dengan sebutan "IDIOT".
Mereka sering melambaikan tangan padaku dan berkata "HAI IDIOT" dengan wajah mengejek.

Tapi hal itu tidak membuatku sedih ataupun kepikiran, aku sudah terbiasa dengan ejekan atau kata kata kasar mereka.

Aku sering menceritakan Aggandra tentang ancaman para Fans mereka, tapi dia hanya tertawa dan mengatakan " Jangan dipikirkan". Dan benar, aku memang tidak memikirkan kata kata mereka lagi.

"Apa yang sedang kau baca" ucap Aggandra merebut novel yang sedang ku baca.

"CINTA DALAM DIAM". Katanya membaca judul novelku dengan teriak.

"Kembalikan Agga"

"Kejar aku kalau mau". Katanya sembari berlari beberapa langkah dariku.

"Agga, jangan bersikap kekanakan, sini kembalikan". Bujukku dengan rasa bosan.

"Tidak" teriaknya dan berlari.

Dengan terpaksa akupun mengejarnya.

'Brukkkkk'

''Aww.. " ringisku kesakitan ketika seseorang berhasil mendogor bahuku yang membuatku terjatuh.

"Aku tidak sengaja". Ucapnya datar sembari membantuku berdiri.

"Tidak apa apa, Aldo. Kurasa kita berdua yang salah. Kau berlari dan aku berlari". Kataku dengan memperlihatkan seyuman keramahan pada Aldo.

"Ya". Ucapnya dingin dan melangkah pergi.

"Apa dia menyakitimu?" tanya Aggandra menghampiriku.

"Tidak, Agga".

"Maaf ya, ini pasti gara gara aku, coba saja tidak menyuruhmu mengejarku, pasti tidak akan begini". Ucap Agga dengan rasa bersalah.

"Tidak apa apa, Agga. Jangan merasa bersalah begitu".

____

"Aga apa menurutmu Aldo itu Badboy?". Tanyaku pada Agga.

Saat ini kami sedang duduk ditaman sekolah, tepatnya dibawah pohon besar tersebut.

Agga yang tadinya fokus pada laptop berwarna hitamnya berubah menatapku. Seketika raut wajahnya menjadi dingin.

"Aku tidak tahu". Balasnya.

"Memang, untuk apa kau tanyakan itu?" Tanya Agga menyelidiki.

"Tidak ada, aku hanya merasa jika dia berbeda. Dia ridak seperti teman temannya yag lain, yang senang menggoda cwek cewek, melawan guru atau keluar saat jam pelajaran berlangsung". Jelasku padanya

"Aldo itu pendiam, dingin dan..."

"Kenapa kita jadi membahasnya, sudah lupakan tentangnya". Kata Aggandra memotong pembucaraanku.

Akupun diam mengangguk mengiyakan.

"Apa kamu tidak suka pada Aldo?" tanyaku dengan hati hati.

"Mereka semua sama saja". Ucap Aggandra dan berdiri dan pergi meninggalkanku.

Ada apa dengan Aggandra? Batinku bertanya.

...............

Setelah percakapan kemarin, Agandra tidak pernah menoleh atau mengajakku berbicara lagi.

Tidak seperti biasanya. Ada apa dengan Agga.

"Agga, kekantin bareng yuk" Ajakku padanya

"Aku sedang sibuk, Din. Aku duluan ya". Ucap Agga diikuti langkah meninggalkanku.

……………

Hari ini seperti hari hari biasanya, tanpa Aggandra. Semua membali seperti sedia kala, tidak mempunyai teman kecuali Rohita. Kadang Rohit menemaniku, tetapi dia lebih sering bersama Dewi, sahabat karibnya dari kelas sebelah.

"Halo kelinci kecil mengapa kau melamun". Tanya Aggandra yang tiba tiba muncul.

"Agga, kau disini".

"Kenapa? Tidak suka ya?"

"Tidak. Bukan begitu." sergahku cepat. "Hanya saja tumben sekali kau.."

"Sudahlah Din. Lupakan itu, aku minta maaf".

Aku mengangguk

"Kemarin aku hanya sibuk mengurus tugas dari organisasiku". Kata Aggandra menjelaskan.

"Ooh iya Din, gimana kalau nanti kamu pulang bareng aku?"

"Duh gimana ya Agga. Aku dijemput Ayah". Tolakku dengan lembut.

Tetapi tetap saja membuat Aggandra kecewa.

Asal kau tahu Agga, aku juga sangat ingin.

"Bagaimana kalau besok, mau kan?". Tawar Aggandra tidak menyerah.

"Baiklah, akan ku usahakan". Jawabku senang

Tbc...

HAI IDIOT? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang