#Haya3

178 28 4
                                    

Semesta mengajarkan apa arti ketulusan,

Semesta menyebutnya cinta,
Cinta yang tidak melawan ketentuan takdir.

Mentari mengajarkan arti rela,
Walaupun mentari harus pergi diganti Rembulan karena dipisah Senja.
Mentari akan terus datang esok harinya, seolah terus memaafkan Senja meskipun berulang kali terluka.

Apakah mereka saling membenci?
Tidak, mereka saling mencintai.

Mentari tahu bahwa Senja hanya mengakhiri sebuah hari,
Bukan mengakhiri indahnya sebuah cerita.

-

Langit gelap dengan gemerlap bintang dan bulan tampak sangat indah.

Adakah yang berkenan menjadi langit? Yang selalu menerima awan bagaimanapun keadaannya.

Adakah yang mau seikhlas Fajar yang datang dipagi hari lalu berganti dengan awan pagi?

Adakah yang mau setabah awan pagi yang harus pergi karena hari tlah berganti?

Apa ada yang bersedia menjadi senja? Senja indah yang harus hilang kala malam mulai menyapa.

Apakah pernah merasakan kekecewaan langit cerah yang harus berganti dengan rintikan hujan?

Langit tidak membenci hujan,
Langit menerima apa adanya awan.

Apa ada rasa tulus layak matahari yang terus menyinari bulan tanpa henti?

Fajar yang harus pergi karena Mentari,
Mentari yang harus tenggelam kala Senja datang,
Dan senja yang harus mengalah demi Malam yang akan tiba.

Mereka saling mencintai, menjadi peluk teduh yang saling menghangatkan, menjadi satu kesatuan yang disebut bahagia.

Mereka datang karena Tuhan,
Fajar yang mencintai senja,
Matahari yang mengasihi bulan.
Mereka tidak pernah bertemu, tapi mereka mencintai.

Mereka diciptakan tuhan dengan tugas yang berbeda,
Mereka memang saling mencinta tapi mereka datang sebatas menjaga cinta bukan untuk melawan sebuah takdir.

Takdir yang dengan jelas tidak menyatukan cinta mereka.

Gadis kecil dengan boneka beruang ditangannya tampak mengikuti seorang wanita dewasa dengan pakaian serba minim.

Rambut gadis kecil yang indah itu terkepang dua, terlihat sangat lucu.

Keduanya masuk ke sebuah Villa di Bandung, setiap harinya gadis kecil memang tampak mengikuti wanita dewasa yang sedang bersamanya saat malam hari tiba.

" Kamu diam disini, saya akan bekerja. " Wanita dewasa dengan wajah yang cantik berjongkok seraya memberikan headset dan ponsel pada gadis kecil.

" Ibu bekerja apa? Kenapa kita pergi setiap malam? " Tanya Gadis kecil dengan mata bulat berbinar, tangannya terulur untuk menerima pemberian wanita dewasa lalu ia masukkan kedalam saku celananya.

" Kenapa kamu ini cerewet sekali hah? Cukup diam, jangan pernah mematikan lagu yang saya putar nanti. Bermainlah dengan bonekamu. "

" Kamu anak dari sebuah kesalahan, tapi kamu tidak bodoh kan? Cih. Saya akan sangat rugi melahirkanmu. " Lanjut wanita dewasa yang dipanggil 'Ibu' oleh gadis kecil di hadapannya.

Gadis kecil langsung menunduk dalam, dia terlihat ketakutan. Tangan mungilnya menggenggam boneka dengan erat.

Sepasang tangan terulur untuk merengkuh gadis kecil. Ya, sepasang tangan milik seorang pria dengan pakaian kantornya.

" Halo, malam ini saya pinjam Ibumu dulu boleh? Kamu mau apa? Mau boneka? "

Gadis kecil menggeleng kuat, pria itu menatapnya bingung. Sementara Wanita dewasa sedang memperhatikan keduanya dengan malas kemudian menyilangkan kedua tangan didepan dada.

" Lalu mau apa? Mau makanan? "

Gadis kecil kembali menggelengkan kepalanya.

" Aku mau lihat Ayah. Mau melihat ibu dengan Ayah, mau bermain bersama. Kalau om siapa? Kenapa mau meminjam ibuku? " Pernyataan yang keluar dari bibir mungilnya berhasil membuat rahang pria di hadapannya mengeras.

" Heh! Ngomong apa kamu ini? Sana pergi! Jangan banyak tanya. " Wanita dewasa dengan kasar menarik tangan gadis kecil, membawa gadis kecil menjauh dari hadapan pria yang tadi memeluknya.

Tangisan terdengar nyaring, tangan gadis kecil memerah akibat tarikan kasar dan kuat dari wanita dewasa.

" Kamu ini maunya apa hah? Sudah untung saya mau membawa kamu, kamu itu harusnya mati. Gausah hidup sekalian! Memang benar, harusnya dulu saya tidak membiarkan kamu hidup. Kamu malah memberi beban. "

Matanya membesar, nadanya semakin tinggi. Kemarahannya memuncak, meledak malam itu juga.

Gadis kecil semakin menangis terisak, dia menutup wajahnya dengan kedua tangan mungil. Boneka yang dia genggam terlempar saat wanita dewasa menghempaskan tubuhnya ke sofa.

Kakinya bergetar, telinganya memerah. Gadis kecil benar terlihat sangat ketakutan.

Apa salah gadis kecil ini?

Jika anak seusianya bermain bersama dengan keluarganya,
Sebelum tidur dibacakan dongeng,
Bermain ke taman.

Gadis kecil ini belum pernah merasakannya.

Apa salah gadis kecil?

Jika dia dilahirkan karena sebuah kesalahan kemudian keberadaannya tidak diharapkan. Apa semua itu salahnya?

Apa salahnya? Gadis kecil hanya ingin melihat ibunya tersenyum hangat,
Mengakui bahwa dirinya adalah buah hati yang selama ini ibunya idamkan,
Memeluk tubuhnya,
Menciumnya dengan penuh kasih sayang.

Tuhan, apa ada seseorang yang dilahirkan lebih menderita dari gadis kecil?

" Ibu, maaf. Hiks- aku tidak akan nakal, janji. Hiks hiks. Ibu jangan marah, takutt. " suaranya bergetar.

Wanita dewasa itu mendekat, tampak menghela nafas berat. Dia mulai merogoh saku celana gadis kecil, lalu mulai memasangkan headset ke ponselnya.

" Jangan nangis, cepat pakai ini. "

Gadis kecil mulai menurunkan kedua tangan mungilnya, lalu memasang headset di kedua telinganya.

Hidungnya memerah, matanya bengkak. Nada indah mulai terdengar ditelinganya, membuat hati gadis kecil sedikit tenang. Dengan takut, dia menatap wanita dewasa.

" Tidur, saya akan bangunkan kalau sudah selesai. "

" Ibu cantik, terimakasih sudah mau melahirkan Hawa. Hawa janji tidak akan nakal. "

Gadis kecil yang menyebut dirinya 'Hawa' mulai berani membuka suara. Suaranya pelan, terdengar parau.

Hawa, tersenyum manis ke arah Ibunya.

Wanita dewasa berjalan pergi dari hadapan Hawa kecil. Hawa mulai merebahkan dirinya di sofa, menggigit jempolnya lalu mulai memejamkan mata.

-

HAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang