Teriakan satu demi satu karyawan saling menyahut memenuhi ruangan terbuka didepan sebuah gedung berwarna putih menjulang sekitar 3lantai.
Naik kan upah kami !!! Suara komando itu terdengar lantang melalui speaker yang dibawanya.
Betull..
Naikkan upah kamii!!!.
Betull..
Kami disini menuntut hak kami.!!!
Setujuu..
Temen temen kita disini untuk apa ??
Tuntut hakk!!!...
Hak apaa ??
Kenaikan upahhh...
Kalau upah tidak dinaikan kita akan apa ??
Mogokkk...
Jadiii---
NAIKKAN UPAH KAMII!!!!!.
Jam menunjukkan pukul 8.00, selama 2 jam teriakan teriakan penuntutan hak itu tak ada balasan. kecewa, mereka tau hal tersebut namun mereka tidak akan selesai sampai disini, tentu saja.
Satu persatu karyawan mulai jenuh dan meninggalkan tempat itu. Percuma saja, karna satu orangpun atasan tak kelihatan batang hidungnya, sedikit mendesah mereka Kembali bekerja,yaa mungkin hanya itu yang bisa mereka lakukan.
"Dasar bodoh, menaikan upah seperti yang mereka mau? Jangan mimpi!" Ucap seseorang dibalik jendela kacanya.
Kertas rapi dengan coretan tinta hitam yang ia bawapun sekarang berubah menjadi kepingan kertas kecil yang tak berarti lagi.
Mungkin jika para karyawan itu melihatnya,mereka tak akan tinggal diam.Disisi lain..
"Dasar atasan tak tau diri! Lihatlah! Kami bekerja untuk siapa?.tak tau balas budi rupanya"
Tawa seseorang membuat nya menolehkan kepalanya.
"Hal seperti ini udah terbiasa terjadi Rin, bahkan setiap tahun. Kau harus mulai terbiasa bukan?"
"Ya,mungkin benar yang kau bilang! Hey,tunggu ! Jika hal ini sering terjadi bukankah mereka tak akan berhenti disini, maksudku apa yang akan mereka lakukan setelah ini?"
Suara gelak tawa terdengar lagi ditelinga perempuan yang bernama Rin tadi. "Kau ternyata begitu polos Irene! Panas yang menyengat ini terasa dingin dengan wajah polos mu yang menggemaskan. Ingin sekali aku menyubitnya"
Irene memutar bola matanya malas "tentu saja aku tak akan mau merasakan sakit akibat ulahmu mrs.lqc yang terhormat"
"Akh kau menyakitiku kau tau?"
"Sudahlah Sarah,lebih baik kita pergi sekarang!"
"Ayoo"
"Ehemm!" Suara itu mengintrupsi langkah mereka,"mau lari kemana kalian setelah kepergok ingin mogok kerja begitu?"
"Jangan asal bicara kau"/"Maaf"
Ucap mereka bersamaan.Irene mengerutkan keningnya"untuk apa kau minta maaf bodoh"
"Sepertinya temanmu itu mengatakan untuk dirinya sendiri mrs.lqc ?"
"Katakan sekali lagi!"titah Irene mulai panas. Wanita itu tak suka dipancing seperti sekarang ini.
"Dan sepertinya ia juga tidak tau sopan santun,"
"Maaf mr--" Iren merasa jengkel pada sahabatnya ini, karna selalu saja mengatakan maaf bahkan mereka tak merasa bersalah, ralat mungkin hanya Irene yang merasa begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Im A Spv
RomanceOrang orang bilang aku adalah Spv yang terkendali, terkendali dalam hal apapun. Namun datangnya dia, aku seperti robot yang kehilangan salah satu batrainya.