#A/ Say Hay

5 3 1
                                    

Axel melangkah kan kakinya dengan pasti menuju ruang keadilan, atau yang biasa disebut ruang HRD, bukan karna lelaki gondrong itu sudah menyebabkan masalah namun ia akan menyelesaikan sebuah masalah. Sebuah masalah yang ia sebut misi.

Tok tok tok!
Ruangan itu ia ketuk pelan. Hingga sebuah intrupsi dari dalam membuat Axel tersenyum.

"Mr. Axel, ada yang bisa saya bantu?" Ucap Kepala bagian HRD to the point. Seperti watak HRD pada umumnya, tegas dan berwibawa dan jangan lupakan sorot mata tajam yang selalu mereka perlihatkan dengan penuh keagungan. Namun berbeda lagi bila yang datang adalah salah satu cassanova ditempat itu. Axel Malvin.

"Saya memerlukan biodata karyawan yang berhasil direkrut oleh PT beberapa hari yang lalu. Saya dengar ada yang menjadi anak didik saya dan saya ingin tau lebih dalam mengenai hal tersebut. Bisakah anda membantu saya ?" Dengan sedikit senyum dan suara serak basahnya yang menggoda, siapa pun perempuan pasti tak akan mampu menolak pesona yang ia miliki, dan benar saja,kepala bagian HRD tersebut salah satu korbannya. Semua yang Axel katakan bukan alibi semata,tapi ada beberapa yang benar,seperti anak didik yang akan menjadi bagian inspector di cv nya.

"Tunggu sebentar Mr. Akan saya berikan copy annya.''

"Akan saya tunggu".

Tak butuh waktu lama wanita yang sudah berkepala empat itu kembali dengan satu amplop coklat yang ada ditangannya. Axel tersenyum penuh arti sebelum amplop itu berpindah ketangannya dan berlalu pergi.

Ruang pengamatan, mata dari semua sisi yang tak pernah orang lain tau.
Cctv. Langkah kedua adalah mencari tau siapa yang kakak lelakinya itu temui. Dengan penuh semangat dan seringai yang sangat dibenci Mario itu,Axel kembali menjalankan misinya.

Seorang satpam berdiri dengan satu tangan terletak dipelipisnya sebagai tanda hormat ketika Axel,spv qualityassurance itu muncul dihadapan penjaga yang sudah mulai beruban.
"Pagi mr."

"Pagi. Ada yang harus saya periksa,boleh kah saya melihat rekaman cctv hari ini?" Satpam itupun mengangguk mempersilakan Axel melihat isi komputernya. Senyum kebanggannya tak lepas dari bibir sexy miliknya.

"Kena kau mate"gumamnya pada diri sendiri.

Setelah selesai ia berlalu pergi yang sebelumnya mengucapkan terima kasih pada satpam itu yang secara tidak langsung membantu melancarkan aksinya. Jangan salah kan Axel,Axel anak baik yang akan senang hati membantu kakak lelakinya itu.

Jam makan siang telah berbunyi Axel sengaja pergi kekantin untuk mencari seseorang,walaupun baginya sangat membosankan tapi melakukan hal tersebut lebih membuatnya hidup daripada harus duduk diruang kerja tanpa mengerjakan sesuatu, tugasnya hanya melakukan observasi apa yang telah dikerjakan anak buahnya dan jangan lupakan tatapan memuja dari wanita ditempat itu tanpa melihat umur. Ia tertawa mengejek. Sangat rendah menurutnya. satu persatu karyawan mulai memadati ruang kantin..
"Saatnya"gumam lelaki itu.

15 menit berlalu ia tak kunjung menemukan apa yang ia cari.
"Mungkinkah gadis itu istirahat jam kedua?" Tanya Axel pada diri sediri.
Ia akan menunggu, tekadnya.

Sudah dua kali jam makan siang berlangsung namun gadis itu tak kunjung ia lihat, Axel sudah seperti cacing kepanasan ditempat duduknya. Lelaki gondrong itu menggeram kesal. Saat spv qa itu ingin beranjak dari ruang kaca tak tembus pandang sudut matanya menangkap siluet gadis yang membuatnya menunggu selama hampir satu jam.

"Gadis kecil jelek menyebalkan?" Gumam Axel dengan kerutan didahinya. Dia berfikir mungkin Mario harus memeriksakan kedua matanya, bisa saja lelaki perfeksionis itu mempunyai penyakit katarak atau kelainan mata lainnya. Axel terkekeh pelan dengan pemikirannya itu. Memangnya siapa yang tak tau tabiat saudara lelakinya yang busuk itu, ahh tentu saja hanya si gondrong Axel yang tau. Kakaknya itu selalu tampil perfeksionis diluar kandangnya namun ia seperti macan betina saat didalam privasinya. Yaah walau bagaimanapun harus Axel akui, bahwa Mario memang seorang spv prd yang genius, kritis dan juga cekatan jangan lupakan perasaan terkendalinya yang membuat ia dipandang cassanova perfeksionis. Namun siapa sangka lelaki tenang itu harus merasakan ide brilian seorang Axel,tentu saja Axel yang mengatakan hal itu. Sangat brilian.

Im A SpvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang