--Author's POV--
6th August 10:14 PM
1F, Kitchen of MansionSatu demi satu peluru melesat menyerupai hujan cahaya yang dalam hitungan detik menghacurkan apa pun di depannya. Pecahan kaca, denting jatuhnya selongsong kosong, serta suara tembakan terdengar jelas saling beriringan menambah gaduh dapur itu. Semua suara bising yang tak beraturan ini akan membuat siapa pun menutup telinganya. Tentu saja, siapa orang biasa yang tahan mendengarnya? Namun itu pengecualian bagi Zachary Ellis. Ya, seorang pemuda yang tingkat kewarasannya perlu di pertanyakan. Mungkin saja stadiumnya berada di ambang batas atau sudah lewat.
Sudut bibirnya membentuk senyum seringai dan mata mendeliknya memancarkan gairah akan kesenangan. Seakan ia puas dengan apa yang telah dan tengah di lakukannya saat itu. Bagi Zachary semua ini tak lebih dari sekedar game karena itu ia bisa membunuh tanpa rasa takut ataupun bersalah. Tindakannya menjelaskan jika ia hanya bersenang-senang tanpa peduli peluru yang terbuang sia-sia demi satu orang.
“Ada apa? Ayo keluar jadi aku bisa menyelesaikan permainan ini. Kalau kau memang laki-laki berhenti sembunyi dan hadapi aku!” teriak Zachary kegirangan.
Posisi Zachary saat ini lebih menguntungkan. Untuk satu HK MP7 yang kadar tembakannya 950 butir per menit, sudah tak mungkin lagi untuk melawan apalagi Zachary memegang dua senjata mematikan itu di tangannya. Bagi mereka yang melihatnya pasti berpikir jika garis kematian Shin sudah terlihat jelas. Lihat saja bagaimana semua peluru itu dengan mudahnya menembus meja dapur—satu-satunya tempat yang memungkinkan bagi Shin untuk berlindung.
PRAANK!
Kepala Zachary dihantamkan dengan sebuah vas bunga. Jika dilihat vas itu cukup besar sehingga meninggalkan luka yang parah bagi Zachary, ia kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh terlentang di atas permukaan yang keras. Orang yang memukulnya dari belakang adalah Mr. Jenkins. Entah apa yang dilakukannya tadi, sekarang penampilannya tampak seperti seseorang yang kembali setelah membunuh. Oh, mungkin kata yang tepat bukanlah itu melainkan pembantaian. Yah, setiap orang akan berpikir begitu jika melihat Mr. Jenkins saat ini.
Tanpa belama-lama ia segera menjauhkan kedua senjata api, membuangnya di sudut ruang yang tak akan bisa Zachary jangkau.
“Shin, kau bisa keluar sekarang,” sahut Mr. Jenkins memberikan lampu hijau agar muridnya keluar dengan tenang.
Terdengar decitan kayu tua—bunyinya mirip ketika melangkahkan kakimu menaiki tangga kayu yang sudah lapuk. “Kenapa kau lama sekali?” ucap Shin dari belakang meja dapur.
“Bagaimana caramu bisa menghindari hujan peluru itu?” tanya Mr. Jenkins heran melihat Shin yang selamat tanpa luka gores sedikit pun.
“Setiap mansion pasti mempunyai gudang penyimpanan wine di bawah tanah untuk menjaga kualitasnya ... kurasa. Untung aku menemukan satu di sini.”
“Jadi begitu, kau menemukan tempat persembunyian yang bagus,” ucap Mr. Jenkins kesal.
“Oh benar juga, di mana kau bersembunyi? Setahuku di luar sana tak ada tempat yang bisa dijadikan persembunyian,” ujar Shin.
“Jangan hanya berdiri di sana dan cepat bantu aku melepaskan jaket orang gila ini,” ucap Mr. Jenkins sarkasme. Sebenarnya ia bisa melakukannya sendiri tapi hal itu dilakukannya agar Shin berhenti menanyakan pertanyaan yang tidak ingin dijawabnya.
“Tunggu dulu, kau berlumuran darah. Jangan bilang kau bersembunyi di bawah … kau tidak benar-benar melakukannya, kan?” ucap Shin tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISONER SO25-778
Misteri / ThrillerTahanan SO25-778 divonis hukuman mati atas tragedi yang terjadi di Kota Blanc enam bulan silam. Walaupun kasus tersebut sudah terselesaikan dengan jatuhnya hukuman mati terhadap sang tahanan namun suatu hari seorang pria misterius tiba-tiba muncul s...