Jangan sampai membuang-buang waktu, tenaga dan uang –
hanya sekadar mengejar passion dan ingin dipuji di medsos saja.....
Menjadi sosok yang berpura-pura memang tidak enak. Output –nya selalu saja berlawanan dengan hati. Berpura-pura menjadi orang bodoh dihadapan manusia yang bersifat tinggi ternyata menyenangkan. Melihat mereka dengan omongan tinggi menjadi hiburan tersendiri buat Bara. Contohnya Bilang sayang, ternyata cuma suka. Bilang teman, ternyata nyaman. Bilang benci, ternyata masih menyelam dalam kenangan. Terkadang kita tidak bisa bermain-main dengan kata "Bilang". Simplenya, jangan menyebutkan kalau berlawanan dengan hati. Berdiam diri sejenak menahan ego mungkin sedikit mengurangi banyaknya patah hati.
Tubuh yang kusam ternyata harus membuat Bara untuk bergegas mandi dan siap-siap untuk menikmati cantiknya langit senja di Jakarta. Sepatu kets yang dekil sudah memanggil-manggil untuk siap berkelana. Motornya sudah menunggu untuk melawan padatnya kota Jakarta.
Sore itu Bara dan Gayo memutuskan untuk hunting (mengambil objek gambar dan video) di utara Jakarta. Media sosial Instagram membuatnya berselancar semalaman dengan Gayo. Dan mereka memutuskan untuk hunting sunset dan meredakan pikirannya dari wanita yang cantik seperti langit senja sore itu. Iya benar, wanita tersebut bernama Banda Neira.
Sudah berbulan-bulan Neira tidak ada kabar. Bara rasanya hampir putus asa mencarinya. Ia masih berkutat dengan pikirannya kalau Neira sudah bahagia dengan Gema. Tapi beberapa persen pikiran negatifnya, kalau Neira sudah tidak ingin lagi berhubungan dengannya lantaran Neira sedang merayakan hubungannya yang kembali membaik.
Tidak lupa dia membawa persenjataan lengkapnya yaitu kamera DSLR dan tripod (kamera dan tempat berdiri kamera) -nya untuk mengambil gambar senja yang cantik itu. Tujuan mereka berdua cuma untuk menghilangkan kejenuhannya saja. Tempat yang ia tuju adalah pelabuhan sunda kelapa, tempat yang katanya paling asyik untuk menikmati senja. Lanjutlah mereka untuk mengegas motor Bara yang kusam itu.
Mereka harus sedikit meraba-raba untuk sampai lokasi. Tidak lupa ia ke Rumah Akar yang ada di sekitar daerah Kota Tua Jakarta. Sejenak ia menikmati kopi dan rokoknya sambil menggambil momen. Begitulah Bara, Ketika dilanda kejenuhan, cara menghilangkannya adalah dengan berjalan keliling kota Jakarta bersama sepeda motornya yang kusam itu. Kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanan.
Setibanya mereka dilokasi yaitu pelabuhan Sunda Kelapa, mereka disuguhkan dengan pemandangan anak-anak pelabuhan yang sedang asyik berenang. Bara langsung mengeluarkan senjatanya itu untuk mengambil momen. Setelah beberapa saat sebelum ia mendekat, Ia melihat sekumpulan bule (wisatawan asing) yang sedang mengambil gambar tiba-tiba dimintai uang. Sekumpulan bule itu pun langsung memberinya uang yang tidak tahu jumlah nominalnya. Bara dan Gayo pun tersentak kaget, ternyata mereka ketahuan. Langsung saja ia juga dimintai upah menjadi modelnya itu. Bara pun langsung pergi begitu saja tanpa memberikan upahnya.
Dengan sangat lantang, ada seorang anak kecil yang tidak kalah kusamnya dengan Bara berteriak, "Udah woy gak usah! Gak usah dimintain lagi! Gue mau bagi-bagi duit nih buat lo lo pada".
Anak kecil itu langsung menghampiri Bara dan meminta maaf. Bara pun langsung memberikan upah yang sedikit. Ternyata, ia malah menanyakan asal Bara dan Gayo. Setelah diberikannya upah sebagai model, anak kecil itu malah menyuruh teman-temannya untuk bergaya sekali lagi. Bara pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Setelah banyak gambar yang diambil, Bara langsung memesan kopi sambil berbincang-bincang dengan model-model itu. Ternyata namanya adalah Adrian. Adrian berusia kelas 5 SD yang sudah tidak lagi bersekolah. Tugasnya hanya membantu bapaknya sebagai kuli angkat. Bara tersentak heran mengapa ia tidak melanjutkan sekolahnya. Alasan Adrian, karena ibunya sakit-sakitan yang menuntutnya harus berhenti sekolah dan bekerja membantu bapaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Dua Mata : Destinasi Rasa
Teen FictionCerita Bersambung novel "Destinasi Rasa" ini adalah roman percintaan dengan observasi kehidupan, sudut pandang, dan puisi lamunan seorang laki-laki kumal yang bernama Bara Aksara mengenai keluarga, sahabat, cinta, dan cita-cita mendirikan sekolah al...