Hai, apa kabar?
Setelah cukup lama memisahkan diri dengan kejadian yang membuatku merasa terharu sendiri, akhirnya jari-jari ini mulai menunjukkan kebolehannya dalam menarasikan apa yang dulu pernah kita miliki bersama. Tentang sesuatu yang kita usahakan agar tetap bertahan meski kita pada akhirnya tahu bahwa ada di antara kita yang akan memutuskan untuk pergi meninggalkan.
Dan setelah semua itu terjadi, kamu berhasil membuatku menjadi penghuni bumi yang menyendiri, menjadikan diri ini tidak lagi mengharapkan kehadiran mentari di pagi hari, dan menjadikan diri ini tidak lagi merasakan bagaimana suasana saat mencintai atau membenci.
Kamu. Sebuah kata yang memenuhi catatan ini. Sesuatu yang terkadang membuatku terjaga di pagi hari karena menunggu sesuatu yang pantasnya tak perlu ditunggu, karena aku tahu; bahwa suatu hal yang belum pasti seharusnya dilupakan dengan kesadaran hati.
Tidak peduli berapa kali kita memaafkan atas semua kesalahan, menganggap semuanya baik-baik saja selagi masih berjalan sebelum pada akhirnya kita memutuskan untuk saling melepaskan. Tidak tahu harus berapa kali aku menghabiskan air mata untuk ini, untuk cerita yang dipaksa untuk berhenti, untuk perasaan yang dipaksa untuk mati, dan untuk relung hati yang dipaksa untuk menyendiri.
Kenangan ini, kuharap membuatmu berkeinginan untuk mengulang sekalingus mengenang selama jemari-jemari ini masih ingin mengulasnya kembali menjadi sebuah memori yang sepantasnya tak perlu dikenang lagi.
Kiran Adara.
***
"Ran, hujannya tambah besar. Mau pakai mantel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
alun [revisi]
Teen Fictionpada akhirnya jumpa-tiada yang pernah kita dustakan bersama dibalas gegas oleh masa.