PROLOG

19 2 0
                                    

Aku sudah cukup lelah mendengar semburan atasanku hari ini, ditambah lagi dengan suasana kota yang sama melelahkan. Langit mendung, motor-motor yang saling mengadu klakson dan belasan manusia yang berebut sisi jalan merupakan perpaduan sempurna untuk menyedot energiku yang tersisa.

Bagaimana bisa satu nama yang keluar dari mulutnya bisa mengubah hari-hariku.

"Dia kemarin telepon gue, nanyain tentang lu,"

Dasar ceking, dia selalu saja membuat orang kerepotan.

Beep!

Ziath Nugraha Sent You a Message.

"Gue mau keluar sama dia nih, tapi sayangnya gue hari ini lembur" Orang ini menambah kesalku, alih alih mengembalikan beberapa ingatan yang telah kuletakkan di tumpukan terbawah.

Beep! Beep! Beep!

"Oke Ziath, kau sekarang benar-benar menggangguku," batinku. Aku segera mengangkat telepon dan siap untuk menlontarkan beberapa kata-kata kasar yang kurindukan. Mulutku sudah lama tak berkata kasar, khususnya kepada Ziath.

"Halo, mbak saya abang ojek," ucap seseorang pria. Beberapa detik aku mengira ia berpura-pura menjadi tukang ojek online. Kegusaran ini membuatku lupa bahwa beberapa menit yang lalu aku memesan ojek online. Ternyata aku masih Eva yang mudah teralihkan. Aku sangka sisi gelap itu sepenuhnya telah meninggalkanku. Kenangan yang sudah kutumpuk sesuai keinginanku menjadi kacau. Runtuh seperti susunan kartu remi yang telah kau susun berpeluh keringat. Dan kemudian tertiup angin dan menunjukkan tepat di depan matamu. Potongan kenangan yang kembali menjadi beberapa episode.

"Saya di depan Kafe Louis, Pak."

Destinesia #OmbakWhere stories live. Discover now