12 perfect imperfection

609 84 20
                                    

Setelah beberapa hari dirawat keadaan Sana mulai pulih dan akhirnya dia diperbolehkan untuk keluar dari rumah sakit.

Keluarga Sana dari Jepang pun sudah datang, dan karena tidak memungkinkan dia dibawa ke Jepang sebab kesehatannya belum cukup stabil ,dan tidak mungkin juga untuk saat ini Sana berada di apartemennya.

Pada akhirnya keluarga Jaehyun membawa Sana ke salah satu mansion mereka yang ada di luar kota Seoul.

Keluarga Jaehyun cukup welcome terutama ibunya, bahkan tak segan beliau Ikut membantu mengurus Sana.

Keadaan Sana secara fisik semakin baik namun secara mental dia masih terluka.

"Uljima Sana-ya, aku tidak mau kamu terus bersedih". Ucap Jaehyun.

Keduanya sedang berada di balkon kamar, Sana duduk di kursi roda sedangkan Jaehyun berdiri di belakangnya.

"Jaehyun-ah aku tidak apa-apa. Sebaiknya kau menyelesaikan pekerjaanmu, sudah beberapa hari kau tidak pulang ke asramamu, setidaknya kau harus menyapa teman grupmu". Ucap Sana.

"Kau benar akan baik-baik saja?. Baiklah aku akan pergi tapi janji kamu jangan menangis lagi, okay?".

Sana hanya mengangguk dengan pandangan trenyuh, Jaehyun membalas pandangan Sana dengan senyum memberi kekuatan.

"Aku pergi. Oh ya teman-temanmu akan datang nanti. Kalau kau butuh apapun panggil saja eomma".

Sana hanya mengangguk sambil menahan tangis, sebelum Jaehyun pergi dia menarik lengannya. Lalu membuat Jaehyun mendekat kepadanya, Sana mengecup singkat bibir Jaehyun.

Jaehyun akhirnya pergi dengan semanggat dan senyum mengembang.

.

"Sana-ya kau mau masuk?". Tanya eomma Jaehyun.

"Tidak.. eommonim. Tidak usah aku masih mau di sini". Jawab Sama.

"Baiklah, kalau kau butuh sesuatu jangan sungkan memanggilku. Aku juga ibumu".

Keluarga Sana berada di apartemen Sana, mereka datang tiap sore sampai malam. Mereka tidak mau terlalu merepotkan keluarga Jaehyun. Praktis saat siang hari ibu Jaehyun menjadi salah satu yang paling membantu Sana.

Sana masih melamun diatas kursi rodanya, dia memandang pemandangan dari balkon kamar yang langsung menghadap ke sungai.

Sana masih sangat sensitif, membuatnya seringkali menangis.

"Maafkan aku, aku bahkan tidak meyadarinya. Kau ternyata pernah ada di dalam perutku, maafkan eomma tak bisa menjagamu". Sana mulai menangis sesekali dia mengelus perutnya.

Dia juga selalu terbayang tentang Jaehyun, betapa bahagianya dia ketika membicarakan masa depan dan tentang anak.

Berkali-kali dia bilang ingin mempunyai anak di usia muda, ingin menjadi seorang hot dady.

Tapi yang terjadi adalah hal lain, Sana semakin sedih. Terlebih menurut dokter Sana akan sedikit sulit memperoleh keturunan setelah ini.

Dia merasa telah menghancurkan harapan terbesar Jaehyun, Sana tidak mau Jaehyun menyesal seumur hidup jika mereka tetap bersama.

Namun dia sangat mencintai Jaehyun, sangat salah jika Sana berpikir meninggalkan adalah cara terbaik untuk mencegah orang lain terluka, yang ada keduanya semakin terluka.

Banyak pikiran yang menghinggapi kepala Sana, Sana marah pada dirinya sendiri.

"Aku tidak pantas untuknya". Lirih Sana.

* LET ME HOLD YOU TIGHT *Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang