Chapter XII - Dellione

29.1K 3.3K 211
                                    


Ruangan emas bercahaya kini mulai ditempati oleh beberapa pihak. Disertai dengan perbincangan hangat antar sesama, pembahasan penting yang akan disampaikan sang mantan penguasa daratan Borcest telah disiapkan matang-matang.

Jamuan ini tidak masuk ruang lingkup formal, hanya saja memang dihadiri oleh beberapa pihak penting yang cukup berpengaruh. Rencana pernikahan putra tunggal keluarga Aecryll dengan putri tunggal keluarga Aaron, mulai memasuki tahap serius. Alpha Jackson, tak ingin menganggap remeh momen dirinya menjadi besan dengan sahabat terbaiknya.

Di satu kursi sebelah kanan Jackson, Steven mengambil tempat duduk. Dia tersenyum simpul pada Ferkula Aaron di seberang yang duduk di sisi Suaminya. Wajah wanita itu terlihat kian menua saja. Gurat halus mulai berubah jadi lipatan yang tampak lebih jelas.

Merasa seseorang berjalan ke dekatnya, Steven mengalihkan pandangan. Dirinya segera bangun dan menarik kursi kosong di sebelah kanan. Membiarkan seorang gadis rupawan duduk dengan manis di sana. Tindakan, yang menuai decak kagum dan pujian untuk aksi gentle-nya

Melirik ke kanan, Steven tersungging melihat tampilan dari tunangannya. Wanita yang sehari-harinya memang selalu tampil berkelas itu sekarang mengenakan gaun pendek tanpa lengan berwarna coklat muda dengan rambut pirang yang panjang menjuntai. Sebelah alis sang Alpha naik, sambil bibirnya tersenyum misterius.

"Aw!" Alpha muda itu meringis. Injakan kasar baru saja diterima kaki kirinya. Rasanya nyeri dan berkedut-kedut perih. Iris safirnya bergulir ke sisi lain, mencari sumber dari penderitaannya. Di sana, Alpha Jackson tengah menatap putranya garang karena terpergok memberikan tatapan tak senonoh untuk seorang wanita di depan umum. Tindakan yang sangat tak pantas dilakukan seorang Alpha.

Memberikan sedikit cengiran, Steven kembali menoleh lurus ke depan dengan wajah datar. Mencoba tak menanggapi lagi meski paham jika tatapan biru Ayahnya masih terarah pada wajah tampannya.

Pembahasan alot yang dibenci Alpha, Steven bosan dengan situasi ini. Dia yang akan menikah namun bahkan tak mengerti apa-apa saja yang dibicarakan para makhluk berumur. Matanya bergulir, jelalatan pada apapun pandangan menarik yang dapat menghibur.

Netra safir bergulir ke atas. Menatap langit-langit dengan dominasi emas dan lampu gantung mewah —masih dengan senyum sejuta kebangsatan. Salah satu lampunya berbentuk bunga mawar berwarna putih dengan bohlam terang di pusatnya. Menyipit sambil memiringkan kepala, Steven mengingat-ingat kejadian di malam dua hari lalu.

Dia tersungging sambil tangannya menopang kepala. Sayang sekali, kemarin dia hanya bertemu dengan sosok serigalanya saja. Bagaimana versi manusianya? Delapan tahun berlalu dan apakah ada perubahan padanya

***

"Your Majesty..." dari arah belakang, Maheer memanggil pelan Tuannya. Membuat Sven menolehkan wajah pada hamba setianya.

"Ada apa?"

"Pembangunan sarang bawah tanah hampir selesai. Kondisi Mama juga sudah membaik. Giga membawa seorang dokter dari Blue Moon Pack."

"Dia menculiknya?"

"Ya." Maheer mengedipkan matanya sebentar. Menghalau angin yang masuk ke matanya. "Apa yang akan kita lakukan pada dokter itu jika tugasnya sudah selesai?"

Sven melirik dari ekor mata lembunya, dia kembali menatap pada danau besar di depan. "Bunuh."

Ucapan yang lembut, seringan desau angin di siang hari. Tetapi mampu mematahkan ranting karena tajam. Maheer menundukkan kepala memberi hormat. Tanda bahwa dia akan mematuhi ucapan Tuannya meski membutuhkan tenaga ekstra mengingat kondisinya yang hanya memiliki sebelah kaki saja.

YUNANI : A Rebellious Luna [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang