Penasaran

15 2 2
                                    

Setelah 2 bulan menjalani diet, beratku hanya turun 7 kg. Itu membuatku sungguh kecewa, tidak seperti yang dikatakan google. Tapi itu semua salahku, Yah kuyakin. Karena aku tidak bisa menghalangi nafsu makan yang tiba tiba datang saat aku melihat makanan kesukaanku.

Aku juga mencoba untuk puasa sunnah, tapi hasilnya juga sama. Saat aku mencoba tidak terganggu ketika melihat orang di sekelilingku sedang makan, tapi itu justru melemahkan keimananku.

Hal yang kuharapkan cuma sakit, konon katanya sakit bisa menurunkan berat badan dengan drastis. Tapi hal itu juga nihil. Karena pertahanan tubuhku sangat kuat sehingga tidak sakit.

"Din, kamu kenapa?" tanya Agga menghampiriku yang sedang duduk merenung dibangku.

"Tidak ada kok Ga". Jawabku menyembunyikan kesedihanku akibat dietku yang gagal.

"Gak ada tapi kok murung gitu". Tanya Agga lagi karena tidak puas dengan pertanyaanku sebelumnya.

"Oh iya Ga, katanya kamu mau pinjam catatan Fisika ku kemarin". Kataku mengubah topik pembicaraan dan langsung merogoh tasku untuk mengambil buku fisika.

"Nih, bukunya". Lalu kusodorkan buku tersebut ke Aggandra dan diambil paksa olehnya. Kurasa dia kecewa karena kuubah topik pembicaraan.

"Terus Din, lanjut dong". Desak Agga

"Lanjut apa ya Ga?". Tanya ku pura pura bego, padahal kutahu dengan jelas kalau ia sudah kepo ingin tahu alasanku murung begini.

Agga menghela nafas panjang, saat akan melanjutkan ucapnnya, segera kupotong dengan cepat.

"Duhh.. Kok aku pengen pipis ya, eh Ga aku pergi ke toilet dulu ya". Ucapku seraya langsung berlari kecil meninggalkan Aggandra dengan tanda tanya yang besar dalam otak cerdasnya.

Selama ini aku dan Agga sudah sangat dekat, seperti 2 in 1. Tidak bisa dipisahkan. Kata Agga kami adalah true bestfriend forever. Dia juga sudah sering datang kerumah dan mengantarku pulang.
Agga juga tahu semua tentang hidupku, kecuali fakta bahwa aku mencintainya.

Tetapi tentang hidup Agga, aku tak tahu. Dia tak pernah menceritakanku. Ingin ku bertanya, tatapi terlalu takut. Aku takut kalau dia marah dan tidak berbicara denganku walau dengan emeng emeng dia sedang sibuk.

Dan masalah Siswi siswi yang mengejek dan menghinaku karena dekat dengan Aggandra, sudah agak memudar. Mungkin mereka sudah bosan kali. Tatapi beberapa siswi yang fanatik pada Agga masih terus mengerjaiku bila ada kesempatan.

……………

"Din ayo". Kata Agga
dengan sigap akupun langsung naik motor Agga.

Agga sekarang akan mengantarku pulang.

"Agga, masuk yuk". Ajakku pada Agga setelah sampai didepan rumah.

"Yasudah". Kata Agga
Setelah memarkirkan mobilnya dihalaman rumahku, kami pun masuk

"Ehhh Nak Agga". Ucap ibu yang sedang duduk membaca majalah diruang tamu.

"Ya Tante, Asalamualaikum". Balas Agga mendekati Ibuku dan bersalaman.

"Waalaikumsalam Nak".

"Yaudah, Ga kamu duduk dulu. Aku mau ke atas sebentar". Kataku yang dibalas anggukan oleh Aggandra.

Aku segera naik keatas dan mengganti baju. Tak lupa kubersihkan dulu wajahku di westafel. Agar terlihat lebih bersih di depan Aggandra.
Lalu, aku turun dengan memakai Rok berwarna pink selutut dan membawa segelas jus jeruk untuk Agga. Jus jeruk adalah minuman kesukaan Agga.

"Nih Ga diminum dulu". Kataku menyodorkan just jeruk pada Agga. Dan beralih duduk di dekat Ibu.

Setelah beberapa lama lama berbincang, Agga pun berpamitan pulang.

"Din, kenapa sih kamu melarang Ibu menanyakan tentang kelurganya Agga?". Tanya Ibu heran. Karena aku sungguh sangat melarang Ibu menanyakan tentang keluaraga Aggandra.

"Entahlah Bu, feeling Adin tidak enak saja pada Agga kalu bertanya masalah keluarga. Adin kan sudah beritahu Ibu tentang apa yang dikatakan Nenek Aga". Jelas ku panjang lebar.

"Yaudah deh, terserah Adin saja. Tapi jujur Ibu sangat senang melihat Adin sama Agga. Dia baik, lucu....."

Belum sempat Ibu melanjutkan ucapannya, lagsung saja kupotong "ramah, tampan, pintar lagi". Ucapku melengkapi kata kata ibu, yang membuat Ibu memanyunkan bibirnya. "Ibu selalu mengatakan ini, sampai Adina bisa hafal". Ucapku seraya pergi meninggalkan Ibu.

……………
Seperti biasa, sepulang sekolah saat ini aku pulang dengan Agga. Tapi tidak biasanya, aku akan menunggu Agga yang sedang rapat Osis.

Sekarang sudah pukul 4, sudah 2 jam ku menunggu Agga tapi tak lekas keluar dari ruang Osis.
Jadi kupilih untuk berjalan jalan sekeliling sekolah.
Siswa siswi sudah pulang kerumah masing masing, jadi sekaramg sudah sepi, hanya ada beberapa kelompok siswa siswi yang sedang latihan ektrakulikuler atau belajar kelompok.

Saat ku melangkah melawati koridor belakang sekolah, tanpa tak sengaja kudengar suara yang tak asing lagi, lari belakang kesekolah yang sepi, tepatnya didepan gudang sekolah.

Kurasa mereka sedang berdebat, suara yang ber oktaf oktaf tingginya dikeluarkan, dengan penasaran akupun mendekatkan badanku dengan tembok dan mengintip apa yang sedang terjadi.

'Bagaimana bisa'. Batinku tak percaya.

Tbc...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HAI IDIOT? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang