"Tulus, kamu kok malam banget?" Tanya Dini yang baru keluar dari kamarnya begitu tahu anaknya baru saja sampai.
Alih-alih menjawab, Tulus malah balik bertanya, "Eh Mama. Kenapa jam segini udah ada di rumah?"
Tiba-tiba Dini menghampirinya dan memeluknya. "Mama kangen sama kamu." Sahutnya membuat Tulus membalas pelukannya lebih erat daripada biasanya.
"Tulus lebih kangen lagi." Kata Tulus jujur.
Dini melepas pelukannya dan beralih menarik tangan Tulus. Menuntunnya untuk duduk di sofa.
"Kamu gapapa kan?" Tanya Dini khawatir.
Tulus mengulas senyum. "Aku selalu baik-baik aja kok Ma."
Mendengar jawaban anaknya membuat Dini memasang tampang kecewa. "Lus, Mama nggak suka kalo kamu nggak jujur sama Mama. Mama malah merasa bukan ibu kamu kalo kamu nggak mercayain Mama sebagai tempat keluh kesah kamu." Katanya nanar.
Tulus langsung menggenggam tangan Dini. "Tulus nggak maksud begitu Ma. Tulus cuma nggak mau bikin Mama khawatir."
Dini menggeleng. "Malahan dengan kamu bersikap kayak gitu malah bikin Mama lebih khawatir. Mama mau kamu selalu terbuka sama Mama." Dielusnya rambut Tulus sayang. "Kamu yang paling berharga dalam hidup Mama." Tuturnya membuat Tulus begitu berarti.
"Sebenernya, aku sering ngerasain sakit akhir-akhir ini." Wajah Dini terlihat lebih lega mendengar kejujuran Tulus.
Dini kembali memeluk Tulus. Ia takut hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. "Mama, nggak mau kehilangan kamu." Suara Dini mulai bergetar.
"Ma, Tulus juga nggak mau pergi. Tulus pengin bertahan lebih lama lagi."
"Semoga donor buat kamu segera ada."
Tulus mengamininya dalam hati. Ia sangat berharap. Begitupun dengan Dini. Karena ia tidak ingin kehilangan anak semata wayangnya itu. Harta yang sangat berharga dan sangat ia jaga, sayangi, dan cintai.
"Ma, Papa punya murid baru."
"Oh ya?" Dini begitu terkejut.
Tulus pun menceritakan semuanya. Semua yang menurutnya janggal dan semua tentang Melodi.
"Ya udah Tulus tidur dulu ya. Mama juga tidur." Tulus langsung bangkit dan beranjak menuju kamarnya.
Meninggalkan Dini yang termenung sendiri. Dengan berbagai pikiran yang terlintas di otaknya.
***
Seperti apa yang dikatakan Tulus kepada Sarah bahwa ia akan diantar jemput oleh mobil ayahnya. Kini, Tulus berangkat sekolah dengan dijemput mobil putih lengkap dengan supirnya. Semalam, Tulus juga sudah memberitahu Dini tentang ini. Jadi, ibunya itu juga menyetujui. Asalkan Tulus menyetujui, itu bukan masalah bagi Dini.
"Den, nanti jemputnya jam berapa?"
"Nanti saya kabari. Takutnya saya agak telat. Biasa suka pada ngobrol dulu abis pulang sekolah." Jawabnya.
"Oh ya udah deh, Den." Pak supir hendak keluar dari mobil namun dicegat Tulus.
"Bapa mau ngapain?" Tanyanya.
"Saya mau bukakan pintunya."
Disimpannya ponsel bekas bermain game ke saku celananya. "Ya ampun Pak. Ya kali, nggak perlu Pak. Bapak nih udah kayak ke tuan puteri aja deh" Tolaknya dengan nada bercanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETULUS MELODI
Teen FictionTentang dua orang yang memiliki kekurangan. Ceweknya penyandang tuna netra. Cowoknya penderita penyakit jantung. (Terinspirasi dari MV) [Start: 27 Februari 2018]