"Lari cepetan" ucap Alfian kemudian membiarkan Alifia lari sendirian agar Alvaro tidak curiga saat bertemu Alfian,kemudian tak lama Alvaro keluar dari ruangan tadi.
"Ada ifi?" tanya Alvaro sambil melihat sekitar dan terlihat sepi hanya ada Alfian apa mungkin ia salah dengar? Sepertinya tidak.
"Gak ada bro gue barusan lewat juga emang ada apa?" tanya Alfian seolah olah ia tak tau menau dengan apa yang terjadi padahal di hatinya sudah sangat ingin menorehkan darah di wajah tampan Alvaro saat itu juga.
"Boong lu anjing" setelah mengatakan itu Alvaro pergi ke atap tempat dimana biasanya Alifia menenangkan diri bagaimana Alvaro bisa tau? Karena dia mencium baru aroma parfum khas Alifia yang sangat dekat dari sana entahlah Alvaro dapat merasakan itu.Alvaro lari kemudian menaiki tangga dengan sangat cepat dan suara nafas yang sudah tak karuan tanpa ia memperdulian itu.
Ia melihat Alifia yang tengah menatap langit dengan air mata yang sedikit mengalir tampak jelas terekam di wajah Alvaro dia tidak suka melihat wanita menangis apalagi itu karena dirinya merasa menjadi lelaki bodoh.
Merasa sedikit terganggu dengan suara nafas yang tak karuan Alifia perlahan membalik kan badan dan sedikit terkejut melihat kedatangan Alvaro yang sudah bercampur keringat karena jumlah tangga untuk ke sana lumayan banyak.
"Lo? Ng..ngapain coba?" tanya Alifia dan mengusap air matanya dengan kasar dan menatap Alvaro dengan kebingungan.
Tak menjawab pertanyaan Alifia Alvaro malah memeluk gadis yang di depan nya itu.
"Apaan si al ih lepasin! Bau bangke nih!" ucap Alifia dan berusaha untuk tidak larut dalam keadaan.
"Bodo" ucap Alvaro dan tetap memeluk Alifia dengan erat.
"Anjir lepasin! Ih gue ga bisa nafas bego" ucap Alifia kemudian meronta ronta sambil memukul dada bidang Alvaro.
Tak lama pelukan itu di lepaskan oleh Alvaro dan menatap wajah merah Alifia sekarang yang sepertinya sudah mulai membaik meskipun kenyataan nya tidak seperti itu.
"Apa liat liat lo?" tanya Alifia dengan tatapan sadis tapi malah membuat Alvaro ingin tertawa.
"Ketawa tuh langsung ga usah pake di tahan kali" sindir Alifia karena melihat wajah Alvaro yang sepertinya menahan tawa melihat Alifia yang rambutnya berantakan sehabis di peluk oleh nya dan pipi merah semu itu.
"Brisik" timpal Alvaro dengan nada dingin nya kemudian duduk di kursi yang biasanya memang di tempati oleh Alifia.
"Ngapain si lo kesini ganggu aja deh" ucap Alifia kemudian duduk di sambil Alvaro yang sedang menatap langit yang cerah itu.
"Lagian bisa tau juga kalo gue di sini dari Alfian ya?" tanya Alifia secara intens namun tidak di gubris oleh Alvaro dan tetap diam.
"Ih al gue tanya dari tadi nyebelin amat jadi orang!" ucapan terakhir Alifia yang bergumam namun dapat di dengar jelas oleh Alvaro.
"Parfum" ucap Alvaro singkat tanpa memandang wajah Alifia.
"Parfum gue ke cium? Udah dari tadi pagi pake nya kok masih ke cium ya" tanya Alifia pada dirinya sendiri namun masih bergumam sambil kebingungan.
"Langitnya bagus" ucap Alvaro bergumam sambil menatap langit yang mulai gelap dan menandakan hujan akan tiba.
"Iya gelap gitu mau hujan kali udah kaya suasana hati gue aja haha" lirih Alifia sambil ikut menatap langit yang indah itu.
"Kita udah kaya hujan dan teduh pernah ga lo denger kisah mereka berdua? Hujan dan teduh di takdir kan bertemu tetapi tidak bersama dalam perjalanan seperti menebak langit abu abu" Ucap Alifia membuat Alvaro sedikit tertohok sekaligus tertegun mendengar ucapan itu namun berusaha tetap menetralkan wajahnya sekaligus hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Pangeran Es ( End) MASA EDIT
Fiksi Remaja[SLR] " Kita udah kaya hujan dan teduh pernah ga lo denger kisah mereka berdua? Hujan dan teduh di takdir kan bertemu tetapi tidak bersama dalam perjalanan seperti menebak langit abu abu." Ucap Alifia membuat Alvaro sedikit tertohok sekaligus terte...