"Jangan khawatirkan aku Nia ... aku akan kembali!"
Setelah meneriaki satu kalimat itu aku langsung berlari membelah kerumuman para manusia yang tengah memperhatikan perbincangan Abban dan Zar. Mencoba menjauh dari mereka dan mencari tempat yang sedikit lapang untuk diriku sendiri.
Teriakan dari Nia masih terdengar, gadis itu mengikutiku. Aku tetap fokus untuk berlari tanpa menghiraukan suara Nia yang berusaha mengejarku. Tidak, aku harus melakukan sesuatu jika memang ingin selamat. Entah kenapa aku tersadar tentang warna bintang yang berubah memutih hampir semuaya. Warna bajuku, ya, aku sadar bahwa jubah baju berwarna putih hanya aku yang mengenakannya.
Kakiku rasanya tak ingin berhenti, meski aku tak tahu akan berlari ke arah mana dan untuk apa, tapi aku terus berlari dan berharap menemukan sesuatu.
"Berhenti Fel ... kumohon berhentilah!"
Teriakan Nia membuatku menghentikan aksiku, dengan napas yang begitu terengah lututku terasa begitu lemas akibat berlari terlalu lama dan cepat. Saat masih di kehidupan normal dulu, aku memang sering lari pagi setiap hari ketika libur datang, tapi itu pagi, bukan malam hari seperti saat ini.
Tak ada angin atau sesuatu yang bisa menyejukkan kelelahanku, semua ini mebuatku frustasi.
"Apa kau sudah gila?"
Aku menggeleng dan menoleh ke arah Nia yang kini berdiri di sampingku dengan hembusan napas tak teraturnya, sepertinya dia juga merasa kelelahan.
"Sudah kubilang tunggu aku saja, kenapa kamu mengikutiku?"
"Karena aku khawatir terhadapmu, apa yang kau pikirkan?"
"Aku merasa ada hal yang aneh." Mencoba menetralkan deru napasku dan mulai berbicara. "Zar benar, kita harus mencari jalan keluar."
"Maksudnya?"
Mendongakkan kepala dan melihat bintang-bintang itu masih berada di tempatnya dengan warna yang sama seperti terakhir kali kulihat tadi. Warnanya normal, memang sudah seharusnya warna bintang seperti itu, tapi mengapa kemarin-kemarin warnanya berbeda?
"Aku ingin mengajukan permintaan," ucapku dengan menutup mata dan tangan yag disatukan di depan dada.
Suara derap langkah dari arah belakangku benar-benar aku hiraukan, mataku terus terpejam dan mengucapkan satu permintaan yang sama berulang-ulang dalam hati. Tangan Nia terasa begitu dingin menyentuh penyatuan tanganku, aku tahu Nia akan membantuku untuk meminta permintaan itu.
"Tak ada bintang jatuh, kumohon ... jatuhkanlah satu bintang untukku."
Kalimat itu terus aku lafalkan di dalam hati, terus berusaha meyakini bahwa keajaiban lain akan segera menghampiri. Jika semua hal aneh dapat terjadi akhir-akhir ini, mengapa aku tak membuat keajaiban itu sendiri? Aku butuh keajaiban, aku begitu membutuhkannya.
Semuanya terlihat gelap, mataku masih tertutup dengan rapat dengan tangan bersatu di depan dada. Sentuhan tangan Nia terlepas digantikan oleh sedikit tiupan angin yang terasa menyejukkan. Aku tak tahu apa yang terjadi, tadi tak ada angin sedikit pun ... tapi mengapa saat ini rasanya begitu dingin?
Apa yang aku rasakan dulu kini hadir kembali, pijakan kakiku tak terasa, aku merasa tak berpijak pada daratan. Apakah ... aku kembali terbang?
Perlahan mataku terbuka, mendongak dan memperhatikan bagaimana aku semakin mendekati salah satu satelit bumi di atas langit. Tapi bagaimana? Aku ... menunduk dan melihat apa yang terjadi di bawah sana membuatku ingin menjerit. Mereka semua terdiam dengan kepala mendongak ke atas, seperti ada sihir di tubuh mereka, mereka melihatku tapi tak mengucapkan sepatah kata pun? Apa mereka tak mengkhawatirkan aku?
Namun, tatapan mata mereka terlihat begitu kosong ... apa mereka terhipnotis? Astaga, apa yang harus aku lakukan?
Tak ada pergerakan yang berarti pada mereka, semuanya terdiam dan aku semakin jauh dari mereka, benar-benar terbang mendekati satelit indah itu.
Aku mencoba untuk memperhatikan mereka satu persatu, seharusnya mereka semua terdiam jika benar terhipnotis oleh sesuatu ... tapi ada satu pergerakan di sana, aku masih bisa melihatnya dengan jelas. Ketika menyipitkan mata untuk memperjelas pandangan, saat itu juga pergerakanku terasa lebih cepat dan mereka menghilang dalam pandanganku.
Cahaya yang begitu menyilaukan membuat mataku terpejam dan tak berani membukanya. Ketika cahaya dirasa sudah mulai meredup, saat itu mataku terbuka dan aku melihat semuanya ... tempat yang berbeda dari sebelumnya.
Aku masih berada di atas langit, tapi tempatnya berbeda, ini terlihat seperti ... apa ini? Planet? Aku melihat planet? Tidak mungkin. Jika iya, berarti aku telah diterbangkan terlalu jauh.
Semuanya berwarna biru tua, seperti langit malam biasanya. Yang aneh dan berbeda hanya ... aku melihatnya dengan jarak yang cukup dekat, sangat dekat.
Aku tak bisa terus terdiam, dengan tekad yang cukup kuat tanpa melihat ke bawah, aku mulai menggerakkan tubuhku dan ajaibnya ... tubuhku benar-benar bisa bergerak sesuai dengan harapanku.
Di atas langit ini tidak hanya planet-planet yang bisa aku lihat, tapi juga ada seperti ... mungkin itu bulan, tapi aku tidak terlalu yakin dengan pemikiranku. Saat ini yang harus aku lakukan adalah mencari jalan keluar atau seseorang yang bisa aku pintai bantuan. Tapi sepertinya sia-sia, ini terlihat sepi, sungguh ....
Aku lelah, aku tak punya sayap tapi bisa terbang, hebat. Tapi bukan itu yang aku pikirkan saat ini, aku kesepian dan mulai bosan dengan keajaiban yang lagi-lagi tak sesuai dengan harapanku.
"Kau ingin keajaiban?"
Suara itu membuatku tertegun dan langsung menoleh ke segala arah untuk menemukan seseorang.
"Jangan cari aku, carilah keberuntunganmu."
Suara lembut perempuan itu membuatku mengerutkan kening, memang itu yang aku inginkan.
"Pergilah, kau akan mendapatkannya."
Tepat setelah kalimat itu terucapkan sebuah lubang dari salah satu sudut langit ini terbuka memancarkan cahaya berwarna putih yang menyilaukan. Lagi-lagi mataku menyipit dengan tangan menutup wajah karena cahaya yang dihasilkan begitu menyilaukan.
"Sebelum terlambat, buat keajaiban itu sendiri dan kabulkan harapanmu."
Senyum lebarku terpancar, mungkin ini adalah saatnya untuk aku membuat keajaiban dengan segala harapan yang menggelayut di pundakku. Dengan tergesa aku segera menghampiri lubang itu lalu lagi-lagi cahaya yang menyilaukan membuat mataku tertutup ... kejadian terulang-ulang, aku berada di tempat aneh yang beda dari tempat sebelumnya.
Makasih sudah mengikuti perjalan Felly sampai sini :*
Xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
Star of Luck
FantasyStar of Luck [minor romance] Apa kalian percaya akan keberuntungan? Aku tidak. Karena sampai saat ini keberuntungan tak pernah berada di pihakku, dia selalu menjauhi orang-orang sepertiku. Orang yang tak pernah percaya keberuntungan. Tapi untuk kali...